Kamis, 20 Maret 2014

Sunset Yang Menyaksikan

Sunset Yang Menyaksikan



                Ku tatap langit sore hari itu. Warna jingga disertai mentari yang bulat kehitaman mulai untuk terbenam. Yah, sunset pun tiba. Angin membelai tubuhku begitu indah. Kupejamkan mataku sejenak menikmati tubuhku yang terasa begitu menyatu pada alam dan susana sore itu.
Langit mulai gelap, aku pun memutuskan pulang ke rumah. Saat aku mulai merebahkan tubuhku di atas ranjangku, terdengar suara getar dari hhpku menandakan ada sms masuk. Kulihat pesan itu dari sahabatku ana. “Virli, besok sore ke kolam yah. Ini penting dan wajib” begitulah bunyi pesan itu. Aku pun membalas dengan jawaban singkat “ya” kujauhkan hpku dari tubuhku. Aku ingin kembali pada ketenangan. Kutarik bantal tidur kesayanganku, ternyata ada sebuah benda yang ikut terjatuh bersamanya. Kuambil dan kulihat. Ternyata, itu adalah frame yang bertempelkan foto pacarku (mantan sih lebih tepatnya) aku begitu menyayanginya hingga aku tak bisa menerima keadaan bahwa hubungan kita telah berakhir. Kupandangi sejenak foto itu. Tak terasa, air mataku sudah menumpuk di pelupuk mata dan telah membuncah keluar. Kenangan itu pun kembali. Kenangan saat pertama kali aku bertemu dengan Ilham, mantan yang sangat aku sayang hingga detik ini. Juga kenangan saat kami PDKT, jadian, hingga berakhir. Begitu indah semua itu dengan diselingi kata-kata dan janji yang selalu terucap dari bibir Ilham.
                 Kami bertemu saat acara LDKS kota yang tak kusangka. Dia begitu tampak sempurna dan spesial di mataku. Memberiku rasa nyaman. Kami saling mencintai, hanya karena ada sedikit kesalah fahaman antara mama Ilham akan hubungan kita yang membuat ini semua berakhir.
Terdengar ketukan pintu kamarku yang memecah lamunan dan tangisku. Segera kuhapus air mataku dan mencoba memperbaiki keadaan seolah tak terjadi apa-apa. “Dek, kamu kenapa sayang?” Ternyata kakakku lah yang masuk. Kakakku adalah tempatku berbagi tawa dan air mata, jadi sepandai apapun aku menyembunyikan sesuatu darinya akan ketauan juga. Belum sempat ku menjawab “Ilham lagi ya?” Sontak aku menganggukkan kepala. Kakak membelai kasar rambutku “udah dong, jangan sedih dan terlalu difikirkan. Lagi pula kalian berakhir bukan karena rasa itu hilang kan? Sebuah kesalah fahaman yang perlu waktu untuk difikirkan dan diluruskan saja.” Aku hanya terdiam “woy, nangis terus. Tuh mata udah kaya mata air aja. Udah deh, mana Virli adek kakak yang selalu ceria? Katanya anti galau” kakak menarik kecil bibirku untuk menampakkan simpul kecil sebuah senyuman. Aku meraih kakakku dan secara spontan memeluknya “Ilham is my first love. Di antara mantan-mantanku hanya dia yang bisa membuatku mengerti arti cinta dan kasih sayang kak. Aku gak bisa lupain dia. Usaha move on ku gagal.” Aku menangis sejadi-jadinya di pundak kakak. “Kakak ngerti perasaanmu dek, tapi ya jangan galau terus dong. Jangan selalu dilampiasin dengan nangis. Cari tempat tenang dan indah aja biar bisa refresh otak sekalian. Kamu jadi makin jelek deh, kebanyakan nangis. Senyum dong.” Aku ingin segera beristirahat, maka itu aku berusaha sedikit tersenyum walau berat agar kakak segera meninggalkanku. Kakak pun pergi. “Makasih kakak terhebat” tak lupa ku ucapkan itu sebelum kakakku berlalu dari kamarku. Aku sangat lelah, maka itu tak butuh waktu lama aku pun terlelap.
Esoknya sepulang sekolah aku menuju ke kolam memenuhi janjiku pada Ana. Tampaknya Ana belum datang. Aku pun memilih duduk di atas tribun sambil menikmati hembusan angin dan menatap ombak kecil pada kolam yang memberiku ketenangan tersendiri. Tak terasa, hayalku pun terbang jauh. Aku melamun. Hingga ada seseorang mengagetkanku “Virli!” Sontak aku memekik. “Kaget tau Na.” Ucapku lirih tak bersemangat. “Lagian kamu sih ngelamun aja. Ilham lagi ya? Bosen tau. Move on dong!” Ucap Ana dengan suara menggebu tapi terdengar sedikit mengejek. “Susah” kataku singkat. “Makanya ikutan anak-anak kolam liburan ke Pantai Kuta Bali yuk. Lumayan menghibur diri dan merefresh otak sejenak. Coba melupakan Ilham dengan bersenang-senang selama 3 hari 2 malam” mendengar ucapan Ana  aku ingat saran kakak malam itu. “Gimana? Mau coba ya? Ini juga yang aku bilang penting ke kamu. Aku gak mau kamu larut dalam kesedihan terlalu lama” sambung Ana. “Oh yaa? Ciyus?” Godaku pada Ana. “Iya deh aku mau. Makasih sahabatku tercinta. Udah mau mikirin aku” aku mencoba tersenyum dan mengacak-acak rambut Ana.
Tiba waktunya. Ku genggam foto Ilham dihadapan Ana sebelum keberangkatan. “Apaan tuh?” Tanya Ana. Setelah Ana tau yang aku bawa foto Ilham, foto itu pun diambilnya. “Hellow, gimana mau move on kalau fotonya aja masih kamu bawa-bawa.” Aku pun terdiam “udah tinggal aja”. Ana berkata sambil meninggalkan foto itu di meja dan menarikku menuju rombongan. Aku menatap foto itu dari kejauhan.
                   Kami tiba sore hari, aku pun langsung menuju pantai menanti sunset. Benar saja. Pemandangannya begitu indah. Aku pun begitu terpana menyaksikannya. Ingatanku kembali pada Ilham. Air mataku tak terasa kembali mengalir membawaku dalam sebuah lamunan. Hingga aku baru sadar saat hari mulai gelap dan Ana sudah berada di sampingku. “Udah nangisnya? Udah ngelamunnya? Enak ya, sampe disini ada orang ngomong dikacangin” gerutu Ana dengan manyun. “Hehehehe, maaf ya Ana. Aku gak bermaksud. Aku hanya berhayal dan kefikiran…” belum selesai ku bicara Ana memotong “Ilham? Boseeen. Inget ya, kamu kesini buat seneng-seneng dan berusaha lupain dia!” Cerocos Ana panjang lebar. “Duh, iya-iya. Ya udah kamar yuk.” Alihku agar omongan Ana berhenti. Kami beristirahat.
                         Pukul 3 pagi Virli sudah keluar jalan-jalan di pantai menikmati indahnya bintang tersambung menjadi sebuah rasi yang sangat indah. Tiba-tiba rasi itu berubah menjadi wajah Ilham. Virli ingin kembali menangis, tapi ada sepasang tangan yang dengan erat menutup mata Virli. “Tebak sapa aku?” Suara pemilik tangan itu terdengar. “Ana?” Tangan itu mengendor dan terlepas. “Ini aku Bisma. Ngapain disini sendiri? Dari kemarin aku lihat kamu murung terus dan menyendiri.” Bisma duduk di sebelahku. Baru aku mau menjawab. “Aaahh, Ilham kan? Udah tau udah basi dan udah bosen!” Aku pun kaget “kok kamu tau?” Tanyaku. “Seluruh anggota kolam tau lah. Mereka pun menyayangkan berakhirnya hubungan kalian. Tapi, udah dong jangan dipikir. Kita have fun aja yuk” ajak Bisma. Virli kembali termenung, tanpa sadar ia menyandarkan kepalanya pada pundak Bisma. Bisma, mengusap lembut rambut Virli. Bisma berkata dalam batin “coba kamu lihat aku disini Virli. Ada aku. Aku sayang banget sama kamu. Tapi aku selalu tersingkir oleh mereka yang menyayangimu dan berada di sekelilingmu.”
                                  Cukup lama mereka berkelana pada lamunan dan batin mereka masing-masing. Hingga Virli yang menyadari Bisma ikut melamun “kok kamu jadi ikutan ngelamun sih?” Bisma pun tergagap “gak papa kok.” Bisma meraih tangan Virli dan diletakkannya pada pipinya. Mereka pun saling bertatap dalam. “Virli, lupakan dia. Aku janji akan membantumu dan menghiburmu saat kamu sedih dan kembali kefikiran Ilham. Aku akan berusaha menjadi penghapus perihmu.” Tanpa sadar Bisma mengatakan ketulusan itu pada Virli. “Makasih Bisma, kamu selalu baik.” Virli mengusap pipi Bisma lembut dan tanpa sadar memeluk Bisma. Virli mulai kembali sedikit terisak. Bisma yang mendengarnya langsung mengambil posisi dan berbalik dia yang kini menyentuh dan menghapus air mata pada pipi Virli. “Heh cengeng, udah dong nangisnya. Nangisin apa lagi sih, kurang nih janjiku? Kalau nangis gini jelek ah.” Kata Bisma “aku terharu” jawab Virli. Bisma mencubit genit pipi Virli “udah yuk, udah mulai terang. Pantai yuk main air” Bisma menarik lembut tanganVirli. Mereka bermain air bersama hingga kini Virli dapat melupakan Ilham sejenak.
                    Sore hari tiba. Virli dan Bisma yang lelah bermain seharian beristirahat di tepi pantai sambil menunggu sunset. Bisma tidur pada pangkuanVirli. Hingga tatapan mereka bertemu. Bisma yang sudah tak tahan mengungkapkan rasanya pada Virli berdiri. Bisma meminta Virli untuk berdiri. Diraihnya tangan Virli dan digenggamnya erat. “Virli, aku sudah lama memendam ini padamu. Aku ingin jujur, aku tau mungkin kamu gak bisa beralih dari Ilham secepat ini. Tapi aku ingin jujur. Aku mencintaimu dan aku menyayangimu jauh sebelum Ilham ada. Would you be my girl friend? I’m promise I’ll keep your heart and never hurting it.” Virli terkejut mendengar pernyataan Bisma. Virli menangis antara terharu dan dilema. “Makasih udah selalu ada buat aku Bisma, makasih kamu mau menjadi penghapus perihku. Bukan aku menolak, tapi aku masih perlu terbiasa dengan hadirmu menggantikan posisi Ilham. Aku pun masih belum bisa sepenuhnya melupakan Ilham. Tapi jujur aku mulai merasa nyaman berada di dekatmu. Buat aku merasa lebih nyaman lagi, buat aku terbiasa bersamamu. Maka aku akan sepenuhnya menjadi milikmu.”Virli memeluk Bisma erat. “Aku janji akan berusaha untuk itu Virli. Aku menyayangimu. Aku tak akan pernah melepasmu.” Bisma mencium kening Virli dan memeluknya erat. Kisah mereka disaksikan oleh sunset yang tampak begitu indah sore itu.

Once Week With You


Once Week With You

Senin,
"Aduh, Sorry banget deh ya. gue buru-buru nih , gue beresin bentar deh buku-buku lo yang jatuh, sekali lagi sorry banget !!!" kataku yang sekali lagi menabrak orang. tapi orang yang kali ini benar-benar luar biasa ! Rafaell, adalah cowok populer di SMA Sunrise School' ini. "Yayaya terserah lo deh, bukannya lo (NK) ya? mantannya si Morgan Oey ya? bule dari Singapore lol" jawab Rafaell. 'ini orang kenapa malah ngajak gue ngobrol coba?' gumamku dalam hati. tanpa kupikir cepat-cepat aku langsung berkata "Ya" Lalu aku langsung lari meninggalkan Rafaell Tan di koridor karena data-data yang aku bawa ini langsung aku berikan ke Mr. Rangga di ruang guru.

Selasa , habis pulang sekolah.
aku meminta Virli agar menemaniku ke toko buku dia pun ikut, karena dia ingin membeli novel remaja yang baru. Sebenarnya dia baru beli novel kemarin. hanya saja sudah habis dia baca. "(NK), gua kamar mandi dulu ya, gatahan nih" Ucap Virli. "Iya-iya, jangan kemana-mana ya! langsung kesini" jawab ku ke Virli "Yaya,Oke" jawabnya. lalu Virli meninggalkanku ke kamar mandi. saat aku jalan sambil melihat novel yang ingin kubeli karena aku sedang membaca sinopsisnya 'kelihatannya seru' pikirku. karena aku dari tadi hanya fokus ke sinopsisku tanpa sengaja 'BRUKK!' aku menabrak laki-laki yang sedang memainkan I-phone nya ! dan jatuh. 'oke,sudah keberapa kali gue nabrak orang?!' kataku ke diri sendiri. "Hei, lo(NK)????kok bisa-bisanya ya kita ketemu lagi?" Kata Rafaell tak percaya. "Yaya Rafaell-Rafaell , disini gue sama Virli. beli novel. lo ngapain ya disini?" Tanyaku santai. sebenarnya aku bertanya ke Rafaell karena bosan. "Oh, disini gue sama anak-anak basket. biasa..." jawab Rafaell. "(NK)" teriak Virli. "Ehh,, udah ya bye" kataku ke Rafaell. Lalu aku menghampiri Virli dan berkata "Ehehe, Vir sorry banget. tadi ketemu anak basket lo tau nggak siapa?" Kataku membuat  Virli penasaran. "Engga, siapa emangnya.Reza Anugrah?,Dicky Prasetya?,emm ya!Ilham Fuazie?" katanya berharap, salah satu nama yang dia sebut benar. "Bukan! tebak lagi!" kataku "Oke,oke Bisma Karisma?, atau mantan lo Morgan Oey? ah udah siapa-siapa?" katanya menyerah "Ehehe nyerah nih, Rafaell Tan" kataku semangat. "Jawabnya semangat amat,wah cie lo suka ya sama dia ?? cie yang punya perasaan" ledek si Virli"Enggak! makan yuk laper nih gue" aku mengalihkan pembicaraan "Yukss, Ahhh" jawabnya

Rabu,
Bel pulang sekolah berbunyi juga. pelajaran MTK yang sama sekali tak kupahami akhirnya berhenti juga karena aku hanya bisa menyontek dengan anak pintar disekolahku yang bernama Aliando, yap! dia cowok karena wali kelas kami. menyuruh duduk dengan lawan jenis. agar tidak bercanda. justru itu, kenapa guru itu tidak berfikir kalau bisa saja mereka pacaran?. aku keluar kelas dengan Virli. setelah menunggu sopirku yang tidak juga datang, Rafaell menghampiriku. "Hei,(NK). belom dijemput?"Tanyanya sambil meminum sebotol sodanya. pas dengan dia bertanya Blackberryku berbunyi ternyata mamah yang nelfon. aku minta izin ke Rafaell agar aku mengangkat telfon dulu 'halo??' terdengar suara mamah disebrang sana 'ya mah?' jawabku 'maaf sayang, hari ini papah meeting dan mamah ada rapat di kantor dan pak Dito sakit. jadi kamu bisa pulang sendiri tidak?"kata mamahku 'Ohaha, nggak papa aku pulang naik patas AC aja' lalu langsung kututup telfon mamahku dengan perasaan kesal sebenarnya. "Hei Raf. gue ga dijemput gue pulang sendiri" kataku "Sejak kapan lo pulang sendiri???ehh maaf, gue aja yang nganter. Oh ya, mau temenin gue ke bioskop nonton The Right One nggak??"kata Rafaell. "Aduh gimana ya?? masih siang sih oke, gapapa" kataku mengangguk, lalu masuk ke mobil Ferarinya. di bioskop aku tidak tau kenapa, aku tidak fokus ke filmnya. melainkan aku tidak tau perasaanku ke Rafaell

Kamis,
Rafaell menjemputku pagi hari kesekolah, aku tidak tau. padahal kita belum mempunyai hubungan layaknya hanya sebagai teman'.

Jum'at,
Rafaell mengajaku ke teman kota. entah rasanya aku ingin dandan secantik mungkin ! inikah jatuh cinta ? Oh tuhan ! aku tak tau apa yang terjadi pada diriku ! lalu setelah aku sampai ditaman kota. terlihat Rafaell duduk di bangku itu. lalu aku duduk disampingnya. lalu Rafaell mengatakan perasaanya padaku. tanpa berfikir lama ku balas perasaanya, dan sekarang kami layak dipanggil 'kekasih'

Sabtu,
Malam-malam Rafaell mengajakku lagi ke taman kota. tanpa kupikir panjang, kuterima ajakannya. setelah sampai. Rafaell menceritakan semuanya kepadaku. aku sedih mendengar ceritanya. ini adalah malam yang terahir aku danRafaell . "Sebab itu aku ingin menghabiskan malam ini bersamamu" kata Rafaell padaku. Rafaell divonis penyakit. dan hidupnya hanya 6 bulan. dan besoklah ke 6 bulannya itu. aku dan Rafaell saling menyayangi. aku tak ingin Rafaell pergi..... kuhabiskan malam-malam terahirku dengan Rafaell . kami berpadu bibir dengan bibir. bibir yang lembut menemaniku di malam itu............ lalu Rafaell mengantarkanku pulang .

Minggu,
Aku pergi ke rumah Rafaell , disitu banyak orang. Rafaell menghebuskan nafas terahirnya. aku hanya bisa bersedih, berdoa, agar tenang disana. sandainya waktu itu bisa diulang. dan menghabiskan waktu 'satu minggu bersamanya' dan dimulai dengan aku menabraknya waktu di koridor.

Sabtu, 15 Maret 2014

Where Must I Stay

Kamu memeluk boneka teddy bear besarmu sambil bermain ayunan. Pandanganmu kosong mengarah kebawah. Itulah yang kamu lakukan setelah pulang sekolah. Semenjak kamu ditinggal reza kekasihmu. Kamu menjadi sangat pendiam. Hanya berbicara saat itu perlu dibicarakan.
“Sayang. Dicari temenmu.” Mamamu datang mengusap rambutmu.
“Siapa mah?” tanyamu tanpa memandang wajah mamamu.
“Bisma.” Jawab mamamu.
“Hm, aku lagi males ketemu sama dia mah.”ucapmu berdiri dan menuju kamarmu namun mamamu menahan tanganmu.
“Bisma mama suruh kekamarmu ya.” Kata mamamu. Kamu melepaskan tanganmu dari tangan mamamu.
“Terserah mama.” Ucapmu kemudian pergi kekamar.

Toktoktok..

Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamarmu. Tidak membukakanya. Kamu malah tidur memeluk teddy bearmu dan pura pura memejamkan mata. Mamamu membukakakn pintu kamarmu lalu menyuruh bisma masuk.
“Dia butuh teman nak. Tante harap kamu bisa gantiin reza dihatinya.” Ucap mamamu. Bisma menghela nafas panjang dan mengangguk. Menurut mamamu hanya bisma yang bisa membantumu dari keterpurakanmu karena reza. Reza yang masih berstatus menjadi kekaasihmu pergi meninggalkanmu tanpa alasan yang pasti. Dia meninggalkanmu begitu saja. Dan kabarnya hilang sudah selama satu bulan ini.
“Saya masuk ya tante.” Izin bisma.
“Silahkan nak.” Tante tiara. Mamamu. Membukakan pintu kamarmu.
Bisma melihatmu tiduran di atas ranjangmu sambil memeluk bonekanya. Boneka itu boneka pemberian dari reza. Bisma berjalan mendekatimu. Kamu bisa mendengar suara langkah kaki bisma yang semakin jelas. Tante tiara menutup pintu kamarmu.

“Hei.” Bisma duduk tepi ranjangmu sedangkan kamu membelakangi bisma.
“Kamu ngapain kesini? Emang yang nyuruh dan ngizinin masuk kekamarku siapa, bisma?” tanyamu masih tetap membelakanginya.
“Aku minta maaf. Aku lancang.” Kata bisma.
“Ada perlu apa kamu kesini? Bukanya kamu harus basket?” ucapmu.
“Kok kamu tau kalau aku sore ini ada basket?” tanya bisma balik.

Kamu memutar kepalamu lalu memposisikan dirimu sendiri duduk menyilangkan kakimu dan masih tetap memeluk boneka teddy bearmu.
“Kamu gimana sih. Kita kan udah temenan lama.” Ucapmu mendeliik menatap bisma. Bisma tersenyum tipis sambil menggaruk kepalanya yang sebenarnya tak merasakan gatal sekalipun.

“Liat aku main basket yuks. Daripada kamu bengong sendiri dikamar.” Ucap bisma memegang dan menarik tanganmu.
“aku maunya kalau reza yang ngajakin aku.” Ucapmu menarik tanganmu kembali memeluk teddy bear.
“Reza lagi reza lagi!” keluh bisma sambil melihatmu tajam.
“Aku aja gak tau siapa reza! Kamu kok bisa secinta itu sih sama dia.” Kata bisma.
“kamu ngga pernah peduli sama aku soalnya bis.” Ungkapmu.
“Emang dari dulu kamu pernah peduli sama aku?” tanya bisma balik.
“Ngga pernah sih.” Ucapmu.
“Yeee. Yaudah ayo sama aku, liat basket.” Ucap bisma berdiri lalu menarik tanganmu.
“Bisma, aku males. Aku males ngeluarin onthel.” Katamu.
“Jiah. Yaudah aku tinggal sepdaku disini, terus aku pinjem sepeda minimu buat kita goncengan, gimana?” tanya bisma.
“Yaudah deh terserah kamu aja.” Bisma langsung menarik tanganmu dan keluar dari kamar. Nggak lupa bisma memintakanmu izin dulu. Dan tanpa ragu tante tiara memberi izin.

*

“Naik gih. Hati hati.”  Kamu naik di tempat boncengan, bisma lalu mengayuh sepeda kelapangan basket sekolah. Sekolah dengan rumahmu memang tidak begitu jauh. Rumahmu dengan rumah bisma juga tidak begitu jauh. kamu dan bisma sudah berteman semenjak bisma pindah kebandung saat kamu duduk dibangku SMP.
“Bisma jangan kenceng kenceng kek.” Ucapmu memeluk bisma dengan maskud berpegangan agar tidak jatuh.
“Aku udah telat nih.” Bisma mengayuh sepedamu dengan tempo cepat hingga kamu cepat sampai disekolahan.

“Bisma! Lama sekali kamu!” Pembina basket langsung memarahi bisma habis habisan karena bisma terlambat. Memang latihannya sangat disiplin. Dan bisma disana sebagai kapten, jadi bisma mempunyai tanggung jawab yang besar.
Kamu duduk dibangku untuk melihat bisma. Lalu matamu mengarah pada seorang anak laki laki yang bersama Pembina basket yang seperrtinya sedang dikenalkan oleh Pembina basket.
“Kayanya itu anak baru deh. Aku nggak pernah liat.”ucapmu.
Kamu melihat sepertinya mereka selesei perkenalan. Semua tim basket dari SMAmu kemudian pemanasan. Setelah pemanasan selesei orang yang baru kamu tau tadi berjalan dan duduk disampingmu. Keringatnya menetes seperti habis mandi.

“Manis sekali.” Batinmu.
“Hai.” Kamu kaget ketika dia menyapamu.
“Eh hai.” Balasmu. “Anak baru ya?” sambungmu.
“Iya hehe, baru aja pindah kemarin dan bersekolah tadi pagi.” Jelasnya.
“Namanya siapa? Dan kelas?” tanyamu.
“Dicky. Kelas XI IPS 3.” Dicky mengulurkan tangannya sedangkan kamu membalas uluran tangan dicky.
“(sebutnamakamu), XI IPS 1.” Balasmu. Dicky mengangguk kembali memperhatikan para pemain lain yang sedang berlatih basket diikuti olehmu..

Sinopsis.

Reza, yang masih berstatus menjadi kekasihmu pergi meninggalkanmu tanpa alasan apapun. Kamu dan Reza sudah menjadi sepasang kekasih semenjak kamu duduk dibangku SMP. Namun ketika kelas sebelas SMA tibatiba reza menghilang tanpa sebab. Dia hanya mengirimkanmu pesan “Aku pergi dulu ya, nanti kembali lagi kok, aku sayang sama kamu.” Dan hingga sekarang. Tiga bulan waktu telah berlalu, namun Reza tak kunjung datang padamu. Kamu sudah berusaha mencarinya, namun tidak ada yang mau member tahumu. Dan semenjak itu kamu menutup hatimu rapat rapat untuk siapa saja.

Sementara ketika kamu sendiri, Bismalah yang selalu berada disampingmu. Kamu dan bisma sudah bersahabat sejak SMP. Bisma tipe cowok yang bertanggung jawab. Dia selalu berusaha agar kamu tidak merasa kesepain, namun tetap dihatimu hanya kekosongan yang ada. Bisma yang merasa tak rela hanya karena reza, dia berusaha apapun agar kamu bisa melupakan reza dalam kehidupanmu, dan menganggap bahwa kamu sudah putus dengan reza, namun tetap tak bisa, kamu tetap ingin menunggu reza.

Datanglah dicky, murid baru dengan wajahnya yang kalem dan manis itu, mempunyai daya tarik sendiri untukmu. Kamu suka melihat senyumnya. Suka ketika dicky melihatmu. Matanya sangat teduh menurutmu, dan sepertinya kali ini hatimu akan terbuka kembali. Dicky mengubahmu seperti dulu lagi. membuatmu tersenyum kembali.

Melihat kamu tertarik dengan dicky. Bisma hanya bisa pasrah, bisma hanya sahabatmu, enggak lebih dari itu. Dan setelah tau kamu dekat dengan dicky. Bisma mencoba mencari gadis yang bisa di cintai. Namun hatimu, hatimu sakit ketika bisma bercerita bahwa dia sedang menyukai seorang gadis, bisma selalu semangat saat dia bercerita padamu, tapi hatimu sakit ketika mendengar cerita bisma, apa yang sebenarnya terjadi padamu?

Ketika dicky menyatakan cinta padamu, kamu sangat bingung kamu harus menjawab apa. dan saat itu juga bisma bercerita bahwa dia akan menyatakan cinta pada gadis yang sering dia ceritakan padamu, dan kamu berusaha untuk mencegahnya, kamu tak rela bisma dimiliki siapapun, bisma harus tetap denganmu, lalu bagaimana dengan dicky? hatimu sudah sangat mantap dengan dicky. dan pada waktu itu juga. Reza kembali. Reza kembali dalam hidupmu, dan Kenyataannya adalah Reza kakak dicky. Reza kembali berusaha membuatmu mencintai dia lagi. yang aslinya dalam hati kecilmu kamu masih menunggu kedatangan Reza.
Lalu, pada siapakah hatimu akan berlabuh? Where must you stay?

“Dicky. Kelas XI IPS 3.” Dicky mengulurkan tangannya sedangkan kamu membalas uluran tangan dicky.
“(sebutnamakamu), XI IPS 1.” Balasmu. Dicky mengangguk kembali memperhatikan para pemain lain yang sedang atih basket diikuti olehmu..


“Kamu pindahan darimana dick?” tanyamu pada dicky.
“Aku dari Jakarta.” Jawab dicky tanpa memandangmu, dicky melihat anak anak yang sedang bermain basket.
Kamu melihat bisma yang keluar dari arena basket, menghampirimu dan dicky.
“Dick, masuk gih. Gue capek.” Kata bisma. Dicky hanya mengacungkan jempolnya lalu masuk ke arena latihan. Bisma duduk disampingmu.
“Kamu mau pulang sekarang atau nanti?” tanya bisma. Namun kamu tidak menggubris omongan bisma, kamu melihat ke arena latihan, pandanganmu tak lepas dari dicky.
“Heh.” Bisma menyenggolmu membuat kamu tersentak dan gelagapan sendiri.
“Kamu ngeliatin siapa sih?” tanya bisma sambil melihat kearah lapangan.
“Enggak kok bis.” Elakmu.
“Oh, dicky ya? Dia anak baru.” Jelas bisma.
“Aku tau.” Jawabmu cepat.
“Kamu suka?” kata bisma menyelidik, kamu melirik bisma sinis dan berdiri.
“Apasih kamu bis. Aku mau pulang.”Ujarmu.
“Eh kok gitu sih? Jadi kamu ninggalin aku?”Bisma menahan tanganmu dan dia ikut berdiri.
“Iya, masalah?” katamu mendorong bisma pelan dan pergi meninggalkan bisma. Bisma hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Dia sama sekali tak bisa menebak apa yang kamu mau, apa yang kamu inginkan..

**

“Eja, aku kangen sama kamu.” Lirihmu. Kamu sedang berada ditaman dulu kamu suka bermain bersama reza setelah pulang sekolah. Reza satu tingkat lebih tua dari kamu dan reza tidak satu sekolah denganmu. Kamu duduk didekat air mancur dan tanganmu bermain air disana.
“Kamu kapan ya balik lagi.” Lirihmu lagi. Kamu duduk sembari duduk di dekat pancuran di tengah tengah taman. Taman ini sebenarnya taman bermain anak, banyak sekali mainan disini, mulai dari perosotan ayunan hingga mainan pasir yang ada rumah rumahan kecil. Namun ketika menjelang sore taman ini sangat sepi.

“Kaaak… hiks. Kakak dimana?” kamu mendengar suara tangisan anak kecil di mainan pasir.
“Eh suara anak siapa.” Kamu berjalan menuju sumber suara. Suara semakin terdengar jelas. Kamu melihat anak kecil menangis terduduk di pinggiran mainan pasir. Anak kecil cewek. Kamu menghampiri dan jongkok didepan anak kecil itu.
“kamu kenapa sayang?” tanyamu mengusap rambut anak kecil dengan lembut.
“Kakak.. hiks kakak..” anak itu hanya memanggil memanggil kakaknya, sama sekali tak menyebutkan nama.
“Nama kakak kamu siapa?” tanyamu. Gadis kecil itu malah semakin menangis.
“Eh eh kok nangis lagi sih.” Kamu menggendong gadis kecil itu. Bola matamu menelusuri setiap taman, berharap orang yang dicari anak ini ada disini. Namun disini sepi, tak ada siapa siapa.
“Kamu pulang sama kakak dulu aja ya sayang.” Gadis kecil itu memeluk lehermu dan kamu tersenyum mendapat perlakuan seperti ini. Kamu suka dengan anak kecil.
Ketika kamu membalikkan badan, kamu dikejutkan oleh sosok yang taka sing lagi bagimu.
“Dicky?!” pekikmu kaget. Gadis kecil itu langsung menoleh.
“Kakakk..” tangan gadis itu meronta agar dia berada didekapan kakaknya. Kamu memberikan gadis itu pada dicky.
“Dia adekmu?” tanyamu.
“Hehe iya, maaf ya. Tadi aku ketoilet sebentar.” Ucap dicky menggendong gadis kecil itu.
“Ini adek kandungmu?” selidikmu.
“Bukan. Aku minta mamaku ngadopsi anak dipanti asuhan, aku kesepian dirumah enggak ada temen.” Kata dicky.
Kamu dan dicky berjalan menuju air mancur dan duduk disekitar air mancur. Sedangkan adik dicky berlari lari mengejar kupu kupu yang hinggap dari bunga ke bunga. Kamu tersenyum melihatnya.

“Kamu sendirian aja disini?” tanya dicky.
“Iya.” Balasmu.
“Ngapain? Bukan masa kecil kurang bahagia kan?:p” ledek dicky.
“Yee, enggaklah dick. Aku Cuma suka aja disini kalau sore, tenang banget rasanya.” Jelasmu.
“Iya, disini kalau sore sepi, ngga kaya kalau pagi. Rame.” Kata dicky.
“Haha, bener.” Jawabmu. Ketika kamu menoleh ke dicky, matamu dan mata dicky saling bertemu.

“Mata dicky…” batinmu.

“Hei!” dicky melambaikan tangannya didepan wajahmu hingga kamu tersadar dalam lamuanmu.
“Eh iya.” Jawabmu gelagepan.
“Kamu kenapa?” tanya dicky.
“Hehe nggapapa siih, Cuma ngelamun aja :p” jawabmu asal.
Dari kejauhan tibatiba ada yang memanggil namamu, dan suara nya semakin mendekat, kamu tau itu suara bisma..
“(sebutnamakamu)” bisma berada didekat dan bisma melihat dicky. Kamu menghentikan aktivitas tertawamu, bisma geram tangannya mengepal. Sebal.
“Kenapa bis?” tanyamu pelan.
“Sory ganggu, tapi mamamu nyuruh aku jemput kamu. Katanya kamu ngga bawa sepeda.” Jelas bisma tanpa melirik dicky sekalipun.
“Yaudah kamu pulang aja, aku juga mau pulang sama adikku.” Dicky memanggil gadis kecilnya.
“Vika, ayo pulang.” Gadis kecil yang dipanggil vika tadi berjalan menuju dicky dan langsung digendong dicky.
“Bilang dada dulu sama kakaknya.” Kata dicky sambil mengayunkan tangan mungil gadis itu.
“Dada kakak.” Kata vika.
“Daa, kapan kapan main kerumah kakak ya, kakak punya boneka banyak banget.” Dicky tersenyum lalu berpamitan denganmu dan bisma. Sekarang hanya ada kamu dan bisma.

“Kok bisa ketemu sih?” tanya bisma sewot.
“Jodoh kalik.” Balasmu asal.
“jadi kamu ngarep nih?” tanya bisma.
“Apasih bisma, kamu tiap sore jangan bikin kesel aku bisakan? Aku males.” Ucapmu meninggalkan bisma. Bisma berlari kecil untuk mensejajarkan langkahmu.
“Iya deh iya, aku minta maaf.” Kata bisma.
“Hm.” Jawabmu.
“Marah ya?” tanya bisma.
“Menurutmu? Aku mau pulang sendiri aja.” Balasmu ketus pada bisma, namun bisma cepat cepat menahan tanganmu.
“Kamu boleh marah sama aku, tapi jangan bikin aku seperti lari dari tanggung jawabku, aku Cuma disuruh mamamu, jemput kamu.” Ucap bisma menarik tanganmu dan mengantarmu pulang, kamu hanya mendesis kesal saat berboncengan dengan bisma..

**

Selesei belajar kamu merapikan buku bukumu dan memasukkan nya kedalam tas. Kamu hendak mengambil novel dilaci, namun tibatiba ada yang menggedor gedor jendelamu.
“Pasti bisma deh.” Ucapmu berjalan malas menuju jendela, kamu membuka jendela dan tebakanmu tidak meleset. Bisma dengan senyumnya datang padamu. Dia memang sering seperti itu tiap malam, bahkan ketika kamu bertanya kenapa dia senang malam malam gedor gedor jendela kamu, bisma hanya menjawab “Memastikanmu, kamu sudah tidur apa belum.”
“Bisma.. mau ngapain? Mau mastiin aku udah tidur apa belum?” ucapmu bosan membelakangi bisma sambil melipat tanganmu dan kamu letakkan diantara dada dan perutmu.
“Kali ini, memastikan. Kamu masih marah ngga sama aku.” Kata bisma. Dia meloncat dan duduk di jendelamu dan memutar badankuu.
“Kamu ngga marahkan sama aku?” tanya bisma.
“Aku marah, puas?” katamu sebal kembali membelakangi bisma.
“Emang kenapa?” tanya bisma.
“Kamu nyebelin bisma, kamu nyebeliin, nyebelin!!” ucapmu.
“Aku kan tadi sore dan kemarin sore Cuma nanya aja, kamunya aja yang gampang tersinggung, emang salah ya? Sahabat khawatir sama sahabatnya sendiri?” tanya bisma. Kamu membalikkan badanmu dan menatap bola mata bisma. Kamu tak pernah bisa marah pada bisma.
“Hah! Iya bisma aku ngga marah kok. Aku ngga bisa marah sama kamu.” Ucapmu ikutan duduk disamping bisma. Kalian berdua berbalik badan dan menghadap luar yang hanya ada bintang, bulannya ketutup mendung.
“Bisma..” lirihmu menyandarkan kepalamu dipundak bisma.
“Rasanya kangen itu ngga enak ya, nyiksa hati banget.” Ucapmu.
“Emang kamu lagi ngerasain itu?” tanya bisma, dan kamu mengangguk.
“Aku kangen sama eja, dia kapan balik?” tanyamu.
“Lupain dia aja, dia ngga akan balik. Percuma kamu nungguin harapan yang ngga pasti. Apa kamu mau terus hidup dalam ketidakpastian?” tanya bisma.
“Tapi aku sayang sama eja, dan eja udah terlalu.. hm.” Kamu tidak melanjutkan kata katamu.
“Kamu bisa ngelupain dia, tinggal niat kamu aja. Dari hati apa enggak.” Kata bisma.
“kalau hatiku ngga akan pernah bisa.” Ucapmu.
“Kata siapa? Kata kamu sendiri kan? Kamu aja belum nyoba, masa udah bilang ngga bisa sih.” Kata bisma.
“Sebenarnya sih, aku tertarik sama seseorang bisma.” Ucapmu pada akhirnya dengan malu malu. Bisma menoleh dan menatapmu serius.
“Iya? Sama siapa?” tanya bisma antusias.
“Sama dicky.” Bisma memandangmu sayu, dia hanya bisa menelan rasa kekecewaan yang cukup dalam, jadi apa arti dia selama ini disampingmu?
“Iya yah? Emang dicky gimana orangnya?” tanya bisma, matanya memandang langit, begitu juga dengan kamu.
“Aku ngga tau, pas liat dia pertama kali aku deg degan, sama halnya waktu aku pertama ketemu eja. Rasanya sama bisma!” ucapmu menggoyang goyangkan tubuh bisma.
“Emang kalau pas ketemu aku, rasanya gimana?” tanya bisma.
“Yee, kalau ketemu kamu mah biasa aja.” Ucapmu santai pada bisma.
“Yah, berate rasa kita beda dong!” ucap bisma
“Maksutmu?”
“Aku kalau ketemu kamu, aku ngerasa apa yang kamu rasain pas kamu ketemu dicky.” Ucap bisma memandangmu serius.
“Hah?” kamu ikut memandang bisma serius.
“Hahahahaha, dasar!” bisma menarik hidungmu kencang membuat hidungmu memerah hingga matamu berair.
“Huh bisma.” Kamu mengusap ngusap hidungmu.
“Sakit ya?” tanya bisma.
“Iya dodol!” jawabmu. Bisma mengusap mengusap hidungmu dengan lembut, dan saat itu kamu bisa melihat bola mata bisma.
“Bisma, aku beruntung punya kamu yang selalu disampingku.” Ucapmu tiba tiba pada bisma.
“Aku juga beruntung, bisa selalu disamping kamu.” Kata bisma menyudahi mengusap hidungmu, dia menarik kepalamu agar menyender pada pundaknya.
“Nyanyi dong bis, udah lama kamu ngga nyanyi dideketku.” Ucapmu menyenggol bisma.
“Beneran pengen banget aku nyanyi?:p” ledek bisma.
“Iyaaa!” ucapmu.
“Okeoke, ehemm…I'm broken Do you hear me I'm blinded Cause you are everything I see..I'm dancing, alone..i'm praying..That your heart will just turn around, And as I walk up to your door,My eye turns to face the floor, Cause I can't look you in the eyes and say..
When he opens his arms And holds you close tonightI t just won't feel right Cause I can love you more than this..When he lays you down, I might just die inside It just don't feel right Cause I can love you more than this..Can love you more than this..
If I'm louder Would you see me?Would you lay down, in my arms and rescue me?Cause we are, the same..You saved me, when you leave its gone again,And then I see you on the street In his arms, I get weakMy body falls I'm on my knees,Praying..
When he opens his arms, And holds you close tonight It just won't feel right Cause I can love you more than this..
When he lays you down, I might just die insideIt just don't feel right, Cause I can love you more than this..I've never had the words to say..But now I'm asking you to stay, For a little while inside my arms..And as you close your eyes tonightI pray that you will see the light..That's shining from the stars above, When he opens his arms And holds you close tonightIt just won't feel rightCause I can love you more than thisCause I can love you more than this.."

“Stop bisma!” katamu.
“Yee, lagi enak enak juga.” protes bisma.
“Kok lagunya galau banget sih-,-“ protes balikmu.
“Iya ya emang? Kan itu lagunya lagi ngetren aja.” Jelas bisma.
“Oh gitu ya?” kamu kembali menyenderkan kepalamu dipundak bisma, bisma kembali bernyanyi hingga kamu memejamkan matamu, merasakan angin malam. Bisma melirikmu lalu mengambil tanganmu yang dingin karena angin malam. Bisma mendekatkan bibirnya pada pipimu, lalu dia mencium pipimu… kamu telah tertidur..

**

Bisma berangkat sendiri pagi ini. Karena saat bisma menghampirimu kamu sudah berangkat duluan. Sesampainya di sekolah bisma melihatmu berdiri diarena parkir.
“Nah itu dia anaknya, sukurin deh ya nungguin kelamaan, salah siapa ninggal.” Bisma meletakkan sepedanya. Saat dia hendak menghampirimu tibatiba dicky datang dan langsung menggandengmu.
“Udah aku parkirin, masuk yuk.” Kata dicky. Lalu kamu dan dicky masuk ke sekolah..
“Sabar bis..sabar.” ucap bisma. Bisma lalu melangkahkan kakinya masuk kesekolah, namun saat itu juga dia menabrak seorang cewek.

“Eh sorry.” Kata bisma lalu menolong cewek itu. Cewek itu meraih tangan bisma dan berdiri dengan dibantu bisma.
“Makasih yah.” Ucapnya. Bisma terpaku dengan gadis yang berada didepannya saat ini.
“Eh I iyaa.” Bisma geladapan sendiri dan salah tingkah ketika gadis itu menatap bisma.
“Em.. kenalin aku dinda.” Gadis itu mengulurkan tangannya.
“Bisma.” Jawab bisma “Murid baru?” tanya bisma. Gadis itu mengangguk.
“Bisa anter aku keruang bina konseling?” tanya dinda.
“Eh bisa bisa.” Dengan senang hati bisma mengantar dinda, dan saat itu kamu melihatnya.
“Bisma sama siapa?-_-“ batinmu.
“Kok aku jadi kaga enak gini sih, Kaya ngga rela bisma deket sama orang lain. Hm egois banget aku.” Batinmu kesal..

“Kok aku jadi kaga enak gini sih, Kaya ngga rela bisma deket sama orang lain. Hm egois banget aku.” Batinmu kesal.. 


**

Tett.. Tett..

Bel tanda pulang sekolah pun dibunyikan. Kamu dan dicky ada janji untuk pergi ketaman saat kalian berdua bertemu dengan adik dicky.
“(sebutnamakamu..)” suara bisma melemah ketika dicky menghampirimu dan menggandeng tanganmu.
“Mereka mau kemana?” pikir bisma. bisma hendak mengikutimu namun ketika bisma mengambil sepedanya, dia melihat dinda sedang menangis di trotoar bersama seorang laki laki tua. Bisma menghampirinya dengan sepeda.
“Dinda?” lirih bisma melihat dinda jatuh. Bisma menarik tangan dinda lalu menariknya agar berada disamping bisma.
“Siapa kamu?” tanya lakilaki tua itu.
“Bisma, bawa aku pergi dari sini. Dia monster!” ucap dinda bersembunyi dibalik punggung bisma.
“Dinda, ayo pulang sama papa!” ucap lakilaki itu menyebut dirinya sendiri ‘papa’
“Anda bukan ayah saya. Saya tidak mempunyai ayah selain papa.” Ucap dinda. Laki laki itu menarik tangan dinda dengan kasar. Bisma melirik curiga lalu menarik paksa dinda hingga terlepas dari cengkraman laki laki itu dan membawa dinda lari.
“Naik aja.” Dinda berpegangan pada kedua pundak bisma dan bisma mengayuh sepeda dengan cepat.
“Bisma pelan pelan, aku takut.” Kata dinda mencengkeram pundak bisma. bisma membelokkan sepedanya ke sebuah gang.

Ciiiitttt..

“Huuuh..” Bisma membuang nafas panjang dan mengusap keningnya dengan lengannya. Dinda turun diikuti bisma.
“Kamu nggapapakan?” tanya bisma.
“Iya, gak papa kok. Makasih ya bisma. aku pergi.” Dinda hendak pergi meninggalkan bisma namun bisma segera menahan tangan dinda.
“Mau kemana? Katanya tadi nggak mau pulang?” tanya bisma bingung.
“Emang siapa yang mau pulang?” tanya dinda balik.
“Lah terus?” dinda hanya mengangkat kedua bahunya lalu pergi meninggalkan bisma. dengan berlari bisma menuntun sepedanya mensejajarkan langkahnya dengan dinda.
“Kamu mau kemana?” tanya bisma.
“Mau kemana mana.” Jawab dinda. “Aku akan selalu pergi kemanapun aku mau.” sambung dinda lagi.
“Oh gitu?” dinda mengangguk.
“Tadi beneran ayah kamu ya?” tanya bisma, dan dinda menggeleng.
“Dia suami mamaku.” Ucap dinda. “Yang kedua.” Sambung dinda kembali.
“Ayahku sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Dan sekarang. Suami mamaku jahat. Dia selalu berbuat kasar denganku ketika mama nggak ada.” Jelas dinda. “dia nggak segan segan buat mukul aku, kalau aku telat pulang. Atau aku melanggar peraturannya. Bahkan untuk memiliki teman. Susah.” Air mata dinda menetes dipipi chubby dinda. Bisma merasa bersalah karena tak seharusnya dia menanyakan seperti itu pada dinda.
“Eh, maaf  dinda. Bukan maksutku. Kamunya jangan nangis dong.” Kata bisma.
“Haha, udahlah nggak papa. Btw bisma, kamu maukan jadi temenku?” tanya dinda dengan wajah manis dan polosnya. Bisma luluh melihat wajah dinda hingga dia mengangguki perkataan bisma.
“Minum minum dulu yuk. Mendung nih. dingin.” Kata bisma. bisma menunggangi sepedanya lalu dinda naik dan mereka pergi ke kedai coffee terdekat.

**

“Di idung kamu ada ice cream tuh.” Dicky menunjuk hidungmu yang belepotan dengan eskrim.
“Serius?” tanyamu. Dicky mengangguk tersenyum gemas padamu. Kamu hendak mengusapnya dengan lengan bajumu namun dicky menahannya. Dicky mengusap hidungmu dengan lembut menggunakan jempolnya.
“Jangan pakek baju, nanti kotor, besuk masih dipakaikan?” kata dicky. Kamu tersenyum malu sambil melanjutkan makan ice cream.
“2 hari lagi, tahun baru.” Ucap dicky.
“Iya nih. Tahun baru.” Ucapmu.
“Punya kenangan indah di tahun 2012?” kamu berhenti makan ice cream mendengar dicky member pertanyaan seperti itu. Jelas kamu langsung terlintas bayangan seorang reza yang telah meninggalkanmu hingga saat ini.
“Kenangan?” ulangmu lirih.
“Iya, kenangan.” Ucap dicky.
“Sebenarnya, aku nggak tau ini kenangan yang menyenangkan atau tidak. Tapi di tahun 2012 aku mengenal sosok yang sangat aku sayang sampai sekarang.” Ucapmu. “Bahkan ketika dia ninggalin aku, aku masih sangat amat mencintainya. Aku ingin menunggunya, tapi, dia seperti tak pernah merasakan bahwa aku sanga menunggu kehadirannya.” Ucapmu, matamu mulai berkaca kaca.
“Aku merindukannya. Sangat.” Katamu.
“Kok kamu nangis?” tanya dicky memiringkan kepalanya melihat air matamu yang sedikit demi sedikit jatuh dipipimu.
“Gimana aku nggak nangis, dia… dia pacar aku dicky. Aku belum putus sama dia, tapi dia nggak pernah balik lagi. Dia kasih aku ketidak pastian.” Ucapmu.
“Jadi kamu punya pacar?” tanya dicky dengan nada memelas.
“Aku nggak tau.” Katamu. Tibatiba hp dicky berbunyi.
“Halo.” Ucap dicky menjauh darimu. Dia seperti bicara serius, selang beberapa menit dicky mengakhiri pembicaraan.
“Aku harus pulang.” Kata dicky.
“Loh? Kenapa?” tanyamu.
“Vika jatuh dari tangga, aku harus bawa dia kedokter. Aku ngga bisa anterin kamu, gapapakan?” tanya dicky.
“Yaudah gapapa, aku juga masih mau disini.” Ucapmu. Dicky tersenyum lega, ketika dia hendak pergi kamu menahan tangan dicky lalu kamu berdiri dihadapan dicky.
“Hati-hati.” Ucapmu, dicky kembali tersenyum dia mengobrak abrik rambutmu lalu meninggalkanmu. Kamu sangat senang mendapat perlakuan seperti itu dari dicky. Sepertinya kamu menyukai dicky..
Kamu kembali duduk dan mengingat kenangan kenanganmu bersama reza ditaman ini. “Eja jangan salahin aku ya, kalau aku berpaling. Aku capek nungguin kamu terus.” Batinmu..

**

“Bibir kamu..” bisma menunjuk bibir dinda yang belepotan dengan susu panas yang ia pesan dikedai. Bisma lalu setengah berdiri lalu tanganya maju mengusap noda disekitar bibir dinda. Sejenak mata bisma dan dinda saling bertemu.
“Eh.. bisma.” dinda menjauhkan tangan bisma.
“Hujan.” Kata dinda melihat jendela kedai yang lama kelamaan basah karena titik air air hujan.
“Bisma aku harus pergi.” Tibatiba dinda berdiri.
“Loh? Kan lagi ujan din.” Kata bisma.
“Gpapa, aku bisa naik taksi.” Dinda langsung pergi begitu saja meninggalkan bisma. kebetulan taksi lewat didepan kedai. Bisma melihat dinda yang masuk kedalam taksi dari jendela kedai. Dan saat itu juga bisma tersenyum. Bisma melihat kejendela, sepertinya ada barang dinda yang tertinggal. Bisma mengambilnya, ternyata itu gelang tali dinda yang terlepas, disana ada tulisannya dinda.
“Besok aja deh ngembaliinnya.” Ucap bisma memasukkan gelang dinda disaku bajunya.
“Kerumah (Sebutnamakamu) dulu ah, mau cerita.” Ucap bisma kembali mencangklong tasnya dan menuju kerumahmu.

Kamu masih berteduh dimainan rumah rumahan di taman tadi. Bajumu sudah setengah basah karena hujan semakin deras. Sedangkan kamu tidak membawa sweater atau jaket. Badanmu menggigil ketika angin datang menerpa tubuhmu.
“Dingin banget. Ayolah cepet reda. Aku ngga tahan dingin.” Lirihmu duduk didalam rumah rumahan tempat anak kecil biasa bermain.

Bisma sampai dirumahmu. Bisma mengetuk pintu rumahmu lalu bibimu membukakan pintu untuk bisma.

“eh den bisma.”
“Iya bi. Mau ketemu (sebutnamakamu)” kata bisma.
“loh, tapi non (sebutnamakamu) belum pulang den.” Kata bibimu.
“serius bi?” tanya bisma kaget.
“Tapi ini ujan banget.” Bisma lalu Nampak berpikir lalu dia melihat jam tangannya yang basah.
“Yaampun, jam 4 sore, biasanya dia ditaman.” Batin bisma “Bi, bisma pinjem payung ya.” Ucap bisma. bibimu langsung mengambilkan payung bisma, dan bisma langsung ketaman..

“(sebutnamakamu)!!” teriak bisma di taman. Bisma mencari carimu namun kamu tak Nampak. “Dia kemana sih, apa masih jalan sama dicky.” Pikir bisma. bisma lalu berjalan ketaman bermain dan melihat permainan anak anak satu satu.
“Bisma!” kamu melihat bisma dan langsung memanggil bisma. bisma menoleh dia langsung berlari menghampirimu.
“Huh.. untung kamu kesini.” Ucapmu. Bisma berdiri dihadapanmu dengan tatapan yang sangat menakutkan.
“Kamu kenapa bis?” tanyamu.
“Tau ujan, kenapa ngga langsung pulang? Dicky mana?” tanya bisma bertubi tubi.
“Tadi dicky pulang duluan, aku masih mau disini soalnya.” Jelas mu. Bisma tak memperpanjang masalah lagi. Dia lalu membuka payung dan menarik tanganmu agar berdiri.
“Aduh.” Keluhmu. “Kenapa?” tanya bisma.
“Kakiku linu bis. Dingin banget soalnya.” Bisma merasakan tanganmu terasa dingin. Bisma melepas jaketnya lalu disampirkan kepunggungmu, dan setelah itu dia berjongkok dihadapanmu.
“Naik.” Kata bisma. kamu naik kepunggung bisma, bisma berdiri sambil membawa payungnya dia menggendongmu.
“Aku bawain aja payungnya.” Bisma lalu memberikan payungnya padamu, dan kamu menenggelamkan kepalamu dipundak bisma..

**

“Kamu ganti dulu aja bis. Kan baju kamu ada yang diaku. Seragam kamu basah kuyup gini.” Katamu setelah bisma meletakkanmu dikasurmu.
“Yadeh.” Bisma melepaskan baju seragamnya dan diletakkan diranjangmu, dia masih pakai dalaman putih. Lalu bisma ke almari. Kamu dan bisma memang sudah biasa seperti itu.
“Ganti dulu.” Ucap bisma. kamu mengangguk.
Kamu melepas sepatumu dan saat itulah kamu tau ada sebuah gelang dilantai. Kamu memungut barang itu.
“Ini punya siapa?” batinmu. Kamu mengamati gelang itu dan disana tertulis nama “Dinda.”
“DInda?” lirihmu. Tibatiba bisma datang sambil membawa handuk dan mengeringkan rambutnya yang sedikit basah. Mungkin handuk dari bibi.
“Bisma, ini punya kamu?” tanyamu menyodorkan gelangnya.
“Oh, bukan itu tadi punya dinda, ketinggalan dikedai.” Jelas bisma.
“Tadi kamu jalan sama dinda?” tanyamu. Bisma duduk disampingmu.
“Kalau dibilang jalan sih nggak ya, tapi kalau dibilang kebetulan ketemu sih mungkin.” Kata bisma nyengir didepanmu.
“Maksutmu?”
“Tadi aku nolongin dinda gitu. Terus aku ajak dia kekedai tempat biasa kita kesana deh.” Ucap bisma.
“Gitu ya?” katamu lesu mengembalikkan gelangnya ketelapak tangan bisma.
“Kenapa?” tanya bisma. kamu menggeleng.
“Kok kaya nggak suka gitu aku sama dinda?” tanya bisma kembali.
“Aku Cuma takut, kamu ngelupain aku.” Jawabmu jujur memandang bola mata bisma.
“Haha, nggak mungkinlah.” Bisma mencubit kedua pipimu seperti biasanya.
“Manamungkin, aku tetap mencintaimu (Sebutnamakamu)” batin bisma masih terus mencubiti pipimu dengan gemas..

**

Hari ini adalah hari terakhir ditahun 2012. Kamu dan dicky rencana akan merayakannya ditaman bersama adik dicky.
Hari sudah menunjukkan pukul 19.00. dluar terlihat gerimis.
Tinntiiinn.. kamu mengintip ke jendela luar. Terlihat mobil dicky disana. Kamu langsung beranjak dari tempat tidurmu. Mamamu dan papamu sedang keluar kota. Sedangkan kamu dirumah sendiri. Kamu keluar lalu mengunci pintu rumahmu.
“Haii adik kecil.” Katamu saat dicky keluar dari mobil menggendong vika.
“Haii kakak cantik.” Ucap vika.
“Kakak, main komedi putar ya.” Ucap vika.
“Loh?” kamu melirik dicky tanda bingung, karena rencana sebelumnya hanya bermain bermain di taman.
“Hujan nih, gimana kalau kita ke transtudio bandung aja, kan indoor.” Ucap dicky.
“Yaudah, aku nurut kamu aja dicky, sini vika aku gendong.” Ucapmu gentian menggendong vika..

“Selesei!” bisma berteriak dengan girang melihat hasil karyanya selesei. Dia membuat rumah rumahan dari stik es krim yang direkatkan, dan bisma memasukkan boneka teddy bear didalamnya. Boneka teddy bear yang sangat kecil, namun diboneka tersebut ada jahitan mungil juga bertuliskan namamu.
“Pas Jam 00.00 nanti aku bakal kasih kejutan buat kamu, dan aku akan nyatain perasaan kekamu.” kata bisma bersemangat.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. bisma beranggkat dari rumahnya menggunakan ontel untuk kerumahmu.
Sedangkan kamu masih asik bermain dengan vika dan dicky disini. Wajahmu terlihat sangat senang begitu juga dengan vika.
“Hm, vika ngantuk kak.” Ucap vika. Kamu menggendong vika lalu vika meletakkan kepalanya dipundakmu.
“Adek kamu lucu banget dick.” Ucapmu.
“lucuan aku sih.” Kata dicky.
“Hii, nggak. Kakaknya enggak lucu sama sekali!” ucapmu.
“Yeee, belum tau aja kamu.” Ucap dicky, dicky melirik jam tangannya.
“udah jam 22.45 nih.” Ucap dicky. “Pulang yuks. Sambil liat kembang api dijalan. Kayanya masih ujan. Dna pasti macet banget.” Ucap dicky, kamu kembali mengangguk dan kalian pulang dari tsb.
Bisma mengetuk rumah mu berkali kali, namun tak ada yang menjawab. Bisma duduk dipinggiran teras rumahmu sambil mengadahkan tangannya.
“Gerimis.” Lirih bisma. bisma bersandar di tembok teras kamu. Sepertinya bisma kedinginan.
“Kamu kemana sih.” Desis bisma. “Gak biasanya kamu tahun baru keluar.” Sambung bisma kembali.
23.45..
Bisma melirik jam tangannya. 15 menit lagi tahun akan berganti. Dan bisma masih menunggumu. Bisma melirik karya tangannya tadi.
“Aku harus tetap disini.” Ucap bisma..

23.55..
Bisma melihat mobil terparkir didepan rumahmu. Spontan bisma langsung berlari kebelakang rumahmu dan mengintipmu. Matanya terbelalak kaget melihat kamu dan dicky keluar..
“Tunggu kembang api disini aja.” Ucap dicky. Kamu mengangguk, sedangkan vika sudah tertidur pulas didalam mobil.
Bisma melirik jam tangannya. 23.58..
Bisma melihat tangan dan tangan dicky saling bertautan, matamu dan mata dicky mengarah keatas.
“10..9..8..7..6..5..4..3..” kamu dan dicky menghitung mundur bersamaan, sedangkan bisma..
“2..1..” bisma juga menghitung mundur sambil menahan kepedihannya..
DOOOORRRR!! Kembang api menghiasi langit langit, begitu besar dan indah.
“Happy New Year!!” teriakmu dan dicky bersamaan, kamu dan dicky tertawa lepas, sedangkan bisma? menahan luka dibelakangmu..
Selang beberapa menit, dicky berpamitan pulang karena vika.
“Makasih ya dicky buat mala mini.” Ucapmu.
“Iya, aku juga makasih.” Ucap dicky. “Boleh kasih sesuatu gak? Buat rasa terimakasih aku.” Ucap dicky.
“Ha? Apa?” tanyamu. Tibatiba dicky mencium pipi kananmu lembut, membuatmu tersipu malu, dan membuat hati-bisma-sangat-terluka.
“Happy new year.” Ucap dicky. Dicky masuk ke mobil dan pergi, kamu tersenyum melepas kepulangan dicky..

Ketika kamu masuk kepekarangan rumah, begitu terkejutnya kamu ada bisma disana..
“Bi bisma..” ucapmu.
“Hai.” Kata bisma tersenyum padamu. “Aku Cuma mau kasih ini kok.” Bisma menyodorkan karya tangannya tadi.
“Happy new year ya.” Ucap bisma lirih lalu berjalan melewatimu. Kamu menahan tangan bisma.
“Sejak kapan kamu disini?” tanyamu. Bisma melepas tanganmu yang menahannya.
“Gak penting kok. Yang penting aku udah kasih itu buat kamu. Walau ngga tepat waktu aja.” Ucap bisma kemudian pergi dari rumahmu dengan kepedihan yang sangat amat dia rasakan.
Kamu mengambil surat yang ditali dirumah itu.
“Selamat Tahun baru ya. Aku cinta kamu. Kamu harus tau itu.” Itulah yang ditulis bisma disurat itu. Kamu mengejar bisma hingga gang, namun bisma sudah tidak ada.
“Arghh!!” kamu mengutuk dirimu sendiri, menyalahkan dirimu sendiri.
“Maafin aku ya bisma.” lirihmu berjalan kembali kerumah, dengan air mata yang akan siap menetes..

“Arghh!!” kamu mengutuk dirimu sendiri, menyalahkan dirimu sendiri.
“Maafin aku ya bisma.” lirihmu berjalan kembali kerumah, dengan air mata yang akan siap menetes..


3 hari setelah kejadian itu, sepertinya bisma seperti menghindarimu. Setiap kamu mengajaknya berbicara bisma selalu berlaga tergesa gesa dan ingin segera meninggalkanmu.
“Bisma!” kali ini kamu menahan tangan bisma karena sudah beberapa kali bisma menolakmu untuk bertemu ataupun berbicara.
“Kenapa?” tanya bisma.
“Aku pengen ngomong sama kamu! Kamu kenapa gak pernah mau dengerin aku ngomong sekarang!” bentakmu didepan bisma, didepan teman temanmu yang baru keluar kelas.
“Kamu dengerin aku lah! Sekali aja! Apa aku udah ngga penting buat kamu lagi?” ucapmu menatap kedua bola mata bisma. bisma lalu menarik tanganmu dan membawamu pergi dari tempat kerumunan.
Bisma membawamu kebelakang sekolah, lalu melepas tanganmu dan membalikkan badannya.
“Bisma!” teriakmu.
“kamu kenapa sih?”  tanyamu lagi lalu menarik tangan bisma agar menghadap padamu.
“Udah beberapa hari ini kamu ngehindar sama aku. Kamu selalu ngga mau aku ajak ke taman, nggak mau aku ajak belajar bareng. Mamaku nanyain kamu aku sms kamu juga balesnya Cuma singkat singkat. Kamu emang….” Belum selesei bicara bisma kemudian memelukmu.
“Kamu pasti gak akan percaya kalau aku seperti ini, karena..” kata kata bisma terhenti dan dia lebih erat memelukmu.
“gara gara aku masih cemburu sama kamu.” Sambung bisma pada akhirnya.
“cemburu?” batinmu tersenyum dipelukan bisma.
“bisma, lepas.” Kamu mendorong tubuh bisma.
“cemburu apa an sih, cemburu sama siapa?” tanyamu.
“kamu ngga peka ya?” tanya bisma berbalik arah dan meninggalkanmu pergi.
“Bisma!” saat kamu ingin menahan bisma, tibatiba ada yang memanggilmu dari belakang. Kamu menoleh begitu pula dengan bisma.
“di dicky.” Ucapmu kaget. Dicky menghampirimu namun kamu berbisik dulu pada bisma.
“Pokoknya aku mau ketemu kamu bisma, nanti sore ya! Ditaman. Aku kangen sama kamu!” bisikmu. Bisma melirikmu lalu mengangguk dan pergi meninggalkanmu.

“Hei.” Sapa dicky.
“Hai dick.” Jawabmu.
“Temenin aku yuk.” Dicky menggandeng tanganmu lalu merangkul pundakmu.
“Kemana?” tanyamu.
“Jemput vika di rumah tanteku.” Kamu tersenyum lalu memenuhi permintaan dicky dengan senang hati, dan sedari tadi bisma memperhatikanmu ditempat yang tidak kamu tahu.
“Hah!” gerutu bisma. ketika bisma membalikkan badan…
“Yaamplop!” bisma tercengang melihat dinda yang ada dihadapannya sekarang.
“Ngapain sih din, ngaget ngagetin aja.” Ucap bisma kesal pada bisma.
“Yaah, maaf ya bisma. bukan maksut aku.” Ucap dinda menunduk.
“Eh eh, jangan pasang wajah polos kamu.” Kata bisma tibatiba merangkul dinda. Dan jantung dinda menjadi berpacu begitu cepat.
“Ke kenapa?” tanya dinda.
“Kamu cantik banget soalnya kalau pasang wajah polos hahaha.” Gombal bisma membuat semu merah timbul di pipi dinda.
“Yah malu malu.” Bisma menyentil dagu dinda otomatis dinda tersenyum malu, dan bisma berhenti pada aktivitas tertawanya. Dia memperhatikan dinda ketika dinda tersenyum.
“Bisma!” panggil dinda namun bisma masih melihat dinda.
“Bisma!!” teriak dinda. Bisma gelagepan sendiri dan langsung nyengir nyengir ngga jelas.
“Bis, mau anter aku nggak?” tanya dinda pada akhirnya.
“Eh, kemana?” tanya bisma.
“Ke toko buku.” Jawab dinda.
“Em.. gimana yaaaaa..” goda bisma sambil melangkahkan kakinya meninggalkan dinda, dinda berlari kecil mensejajarkan langkah bisma.
“Yaudah sih kalau enggak mau, aku berangkat sendiri aja hehe. Duluan ya bisma. maaf ngerepotin.” Ucap dinda lembut berniat melangkahkan kakinya lebih cepat..
“Ih, mau dianterin malah ninggal.” Ucap bisma tibatiba membuat dinda menghentikan langkahnya.
“Jadi bisma mau?” tanya dinda. Bisma tersenyum lalu menggandeng tangan dinda.
“Berangkat pakek motor aja ya. Jadi kerumah aku dulu. Ambil motor. Yuk.” Ucap bisma. dinda tersenyum manis menundukkan kepalanya saat bisma menariknya berjalan.

Sesampainya dirumah bisma. bisma mengajak dinda masuk kerumahnya. Dirumah bisma tidak ada siapa siapa. Karena memang bisma hanya hidup dengan papanya. Sedangkan papanya selalu bekerja, dan mama bisma sudah meninggal. Walau selalu sibuk, bisma selalu mengerti posisi papanya. Dia bukan anak yang pada umumnya selalu berontak ketika orang tua mereka sibuk. Bisma selalu berpikiran positip bahwa papanya seperti itu juga karena dia dan demi bisma sendiri.
Dinda melihat dinding dinding rumah bisma, disana banyak sekali foto.
“Bisma, mama kamu cantik ya.” Ucap dinda.
“Iya. Kaya kamu.” Kata bisma sambil melepas sepatunya.
“Kok kaya aku sih?” tanya dinda.
“Nggak tau, tapi emang kaya kamu. Menurut aku sih hehe.” Ucap bisma nyengir.
Mata dinda berhenti berputar ketika melihat.. sederet foto bisma dengan gadis, dan terlihat sangat akrab, dan disitu mejanya di kasih tulisan.
“Friend, Love, Spirit.”
“Bisma, inikan….” Ucap dinda terpotong ketika bisma menghampiri dinda.
“Iya itu (Sebutnamakamu)” ucap bisma.
“Kamu sama dia pacaran ya?” tanya dinda…

**

“Kakak cantiiiikk.” Vika langsung berlari dan merentangkan tangannya ketika melihatmu.
“Sayaang, kamu makin cantik aja. Udah beberapa hari nggak ketemu kamu, kakak kangen!” ucapmu menggendong vika.
“vika juga kangen sama kakak cantik.” Ucap vika mencium pipimu.
“Yah cium cium.” Sambar dicky.
“Ih kak dicky kenapa? Pengen cium kakak cantik juga ya?” tanya vika.
“Ngga ding, kakak udah pernah cium kok :p” ucap dicky menaik turunkan alisnya genit, kamu langsung mencubit pinggang dicky karena malu, disana juga ada tante dicky. Tante dicky hanya tersenyum melihat kalian bertiga.
“Ini pacar dicky ya?” tanya tante dicky.
“Ngga kok tan, temen dicky.” Jawab dicky.
“Oh. Oh iya dicky. Reza besok pulang dari aussie, dia bilang. Dia udah bebas dari penyakitnya.” DEG!
Mendengar nama ‘reza’ jantungmu langsung berdetak kencang.
“Reza?” pikirmu. “Aih, reza siapa juga. yang pasti bukan rezaku. Dia nggak penyakitan.” Batinmu menepis pikiranmu.
“Serius tante?” tanya dicky “Wah udah kangen sama bang eja. Lama banget nggak ketemu. Kesepian.” Ucap dicky.
“Kamu punya kakak dick?” tanyamu. Dicky mengangguk dan tersenyum.
“Yaudah ya tante dicky pulang dulu.” Ucap dicky mencium punggung tangan tantenya dan diikuti olehmu…

“Main ketaman dulu mau?” tanya dicky tibatiba.
“Eh? Ketaman? Nggak nggak, jangan ketaman.” Ucapmu gelagepan mengingat kamu ada janji dengan bisma sore nanti. Sedangkan ini sudah jam 3 sore.
“Dicky, aku mau.” katamu.
“Yah kakak cantik jangan pulan, temenin vika main dulu.” Ucap vika.
“Itu kemauan vika bukan aku loh.” Ucap dicky. Kamu melihat vika yang tengah ingin menangis. Dan kamu tidak tega.
“Hm, mau main kemana sayang?” tanyamu pada vika.
“Kerumah kakak aja! Katanya kakak punya boneka banyak!” usul vika.
“Ke kerumah ka kakak?” tanyamu ragu, vika mengangguk semangat.
“Ya yaudah deh, kita kerumah kakak!” ucapmu. Dicky tersenyum dan kalian bertiga menuju rumahmu..

**

“Duh bisma gerimis, gimana dong?” tanya dinda mengadahkan tangannya keluar. Bisma dan dinda berada ditoko buku. Dan gerimis mengguyur kota bandung.
Bisma melepas jaketnya lalu menyampirkan dipunggung dinda.
“Kamu pakek jaket aku aja. Kamu kan cewek.” Ucap bisma.
“Terus kamu?” tanya dinda.
“Aku? Aku gakpapa dong, aku kan lakik!” ucap bisma lalu menarik tangan dinda. Bisma melepas jam tangannya agar tidak kehujanan dia meliriknya.
“Udah jam setengah empat.” Kata bisma. bisma segera memasukkan jam tangannya disaku celananya lalu bisma mengantar dinda pulang..

Selang beberapa menit bisma sampai dirumah dinda, ternyata hujan belum turun disini. Otomatis ditaman juga belum turun hujan. Bisma melihat langit yang tertutup awan hitam tebal.
“Huh. Aku harap kamu ngga nungguin aku.” Kata bisma.
“Bisma makasih yah.” Kata dinda menyerahkan jaket bisma lalu bisma memakainya.
“Iya sama sama. Aku duluan ya dinda. Makasih buat hari ini juga. udah denger ocehanku.” Ucap bisma.
“Iya. Mau ketaman ya? Semoga berhasil ya bisma.” ucap dinda tersenyum.
“Amin. Makasih. Duluan ya din!” dinda mengangguk dan melambaikan tangannya. Disaat bisma sudah pergi air mata dinda perlahan turun dan segera mungkin dia menghapus air matanya lalu masuk kedalam rumahnya..

**

Vika kamu dan dicky berada diruang tamu. Vika bermain main dikarpet dengan bonekamu. Sedangkan kamu dan dicky duduk bersandar disofa. Hatimu sangat gelisah. Ketika kamu melihat jendela langit sangat gelap disana. Dan..
“Bisma, jangan tungguin aku plis, dan kenapa hpmu nggak aktif. “ batinmu.
“(sebutnamakamu)” panggil dicky lirih. Kamu menoleh pada dicky. Dicky menggeser posisi duduknya menjadi dekat sekali denganmu.
“Kenapa dick?” tanyamu memasukkan ponselmu kedalam saku rok seragam sekolahmu.
“Pernah nggak ngerasa nyaman saat kamu lagi bareng sama aku?” kamu langsung membuang mukamu menghadap kedepan dan tak berani menatap dicky yang sedang menatapmu.
“Ma maksut kamu?” tanyamu. Dicky menarik tanganmu dan meletakkan ditelapak tangannya.
“Aku Cuma pengen tau, apa kamu ngerasain hal yang sama seperti yang aku rasain saat aku lagi sama kamu.” Ucap dicky. Kamu kembali menoleh meliihat dicky.
“Waktu ketemu kamu buat yang pertama kalinya aja. Aku udah ngerasain hal yang beda dari kamu.” Ucap dicky.
“Maksut kamu apasih dicky? Aku nggak ngerti.” Katamu menunduk sambil memainkan jari jarimu, menautkannya satu samalain.
“Aku jatuh cinta sama kamu.” Bisik dicky membuatmu berhenti dan mengangkat wajahmu melihat dicky.
“Apa katamu?” tanyamu. Dicky hanya tersenyum melihatmu tidak menjawabmu.
“Mau nangkep cintaku yang lagi jatuh nggak?” tanya dicky lagi….

**

Ketika bisma sampai ditaman, kamu belum ada disana. Bisma lalu duduk dibangku biasanya kamu dan bisma bermain dan ngobrol… Hujan lalu turun mengguyur taman. Mungkin bukan hanya taman namun seluruh komplek disini. Badan bisma menjadi basah, bisma berlari berteduh dibawah pohon. Lalu dia mengambil jam tangan yang ada disakunya.
“Mungkin (sebutnamakamu) ngga kesini.” Ucap bisma.
“Mending aku kerumah dia aja.” Bisma menerjang hujan yang cukup deras menuju motornya lalu dia berangkat kerumahmu..

“Dicky, aku rasa ini terlalu cepat.” Katamu melepas tanganmu dari genggaman dicky.
“Terlalu cepat? Iya memang. Karena aku juga ngga mau kehilangan kamu.” Ucap dicky.
“engh..” kamu menggaruk garuk kepalamu yang tidak gatal dan bingung mau jawab apa.
“Kasih waktu aku ya dicky.” Ucapmu pada akhirnya melirik dicky.
“Siap! Besok aku akan bawa aku kerumahku. Dan kamu harus jawab disana.” Ucap dicky.
“Hmm, baiklah dicky..” lalu tibatiba dicky mencium keningmu dan menarik tanganmu. Digenggamnya tanganmu…

Bisma tiba didepan rumahmu, dia kaget ketika melihat ada mobil dicky disitu. Bisma lalu mengendap endap berjalan masuk kepekarangan rumahmu. Bisma lalu menuju kesebuah jendela dan bisma mengintip dibalik jendela itu….
Begitu sangat menyakitkan, untuk kedua kalinya bisma melihatmu dan dicky. Dan kali ini dicky memelukmu. Hati bisma lebih hancur daripada yang dia rasakan dulu. Dia langsung melangkah mundur. Air matanya keluar namun selalu tertutupi dengan air hujan yang menghujam tubuh dan wajahnya.. bisma pergi tanpa tau pasti kemana dia akan pergi…

**

Hingga pulang sekolah, kamu tidak melihat bisma. sepertinya bisma tidak masuk sekolah hari ini.
“Hm, bisma kemana ya?” tanyamu dalam hati. Tibatiba ada yang menahan tanganmu dari belakang.
“Udah punya jawaban?” tanyanya.
“Dicky?”
“Dicky kasih aku waktu ya. Besok deh besok.” Ucapmu.
“Hmm, jadi aku harus nunggu kamu lebih lama?” tanya dicky.
“Dicky….” Ucapmu memelas,
“Iya, aku selalu tungguin kamu kok. Mau pulang? Aku anter ya.” Ucap dicky.
“Enggak, aku mau kerumah temen dulu, nggapapakan?” tanyamu berhati hati pada dicky.
“Okedeh. Hati hati.” Dicky melambaikan tangannya ketika kamu pergi dan kamu membalas lambaian tangan dicky..

Kamu naik ojek untuk kerumah bisma. rumah bisma Nampak sangat sepi. Kamu berjalan lalu menekan bel dirumah bisma. dan selang beberapa detik bibinya bisma membukakakn pintu.
“Eh bibi hehe.” Kamu memang sudah mengenal bibi yang bekerja dirumah bisma.
“Non kok kesini? Den bisma ada dirumah sakit.” Terangnya.
“Apa bi? Bisma kerumah sakit?” tanyamu.
“Iya non, semalem bibi ditelfon sama den bisma suruh nemenin den bisma, eh tapi den bisma tengah malem badannya panas banget. Dan tau sendirikan non. Den bisma kalau udah panas badannya suka teriak teriak garagara kepalanya pusing.” Terang bibi bisma.
“Terus, bisma sekarang dirumah sakit mana?”  tanyamu dengan nada panic.
“Di Hasan Sadikin non.” Tanpa berpamitan kamu langsung meninggalkan bibi, kamu berlari ke gang untuk mencari taksi…

*

Kamu tiba dirumah sakit hasan sadikin. Berlari ke bagian informasi dan menanyakan kamar bisma. setelah mendapatkan jawabannya. Kamu berjalan cepat sambil menyalahkan dirimu sendiri.
“Ini semua pasti gara gara aku. Bisma kemarin pasti ujan ujan nungguin aku. Argh!” ucapmu kesal. Kamu telah sampai didepan kamar bisma. saat hendak membuka pintu kamu melihat seseorang sudah berada disamping bisma dari jendela yang tirainya tidak ditutup.
“Din dinda?” lirihmu. Kamu melihat dinda sedang menyuapi bisma disana. Bisma terlihat senyum ketika dinda mengusap bibir  bisma. pemandangan yang sama sekali tidak indah untukmu. Butiran air matamu meleleh begitu saja dipipimu.
“Bahkan… argh! Sahabat macam apa aku. Kenapa aku bisa setega ini sama bisma.” lirihmu.  Kamu masih memandang mereka berdua dari luar. Dan ketika melihat dinda berdiri sontak kamu langsung berbalik badan dan segera meninggalkan tempat itu namun dinda sudah keburu keluar dan melihat.
“Hei.” Dinda berlari dan menahan tanganmu.
“Kamu mau nengokin bisma? kamu…” dinda berhenti berbicara ketika kamu melihat dinda dengan air mata yang berkaca kaca.
“Jangan salah paham, aku sama bisma engga ada apa apa kok.” Ucap dinda.
“Ngga. Kamu lebih pantas buat bisma. bukan aku.” Ucapmu melepas tanganmu dan ingin kembali pergi namun dinda tetap menahan tanganmu.
“Tapi bisma. bisma menginginkan kamu. Bukan aku buat yang ada disampingnya!!” Teriak dinda dengan suara bergetar. Dinda langsung pergi begitu saja meninggalkanmu, dan kamu masih tetap menangis, dan pergi dari rumah sakit…

**

“Dicky!” kamu pergi kerumah dicky. Dan ketika bertemu dicky kamu langsung memeluk dicky.
“Hei, kamu kenapa?” tanya dicky terlihat bingung. Kamu hanya menggelengkan kepalamu di pelukan dicky.
“Masuk dulu ya.” Ucap dicky. Dicky merangkulmu lalu mengajakmu keruang tamu. Dan duduk disofa. Dicky lalu mengambilkan mu air putih.
“minum dulu. Biar kamu tenang.” Ucap dicky. Kamu minum air putih yang diberikan oleh dicky..
“Kamu kenapa?” tanya dicky.
Kamu berniat bercerita terus terang dengan dicky. Kamu berniat untuk mengatakan yang sebenarnya bahwa kamu sedang bingung dengan perasaan kamu sendiri.
“aku….” Belum sempat kamu berbicara, seseorang memotong pembicaraanmu.
“dicky. Lo taruh mana kotak kecil yang ada dikamar gue?” kamu mengenal betul suara siapa yang berada dibelakangmu sekarang. Dicky berdiri dan kamu menoleh.
“Re re reza..” lirihmu. Reza kaget melihatmu. Bibirnya menganga melihat gadis-yang-masih-berstatus-kekasihnya berada di depannya. Kamu berdiri dan air matamu kembali terjatuh, tanpa basa basi reza berlari dan memelukmu, hingga gelas yang kamu pegang tadi terjatuh dan pecah..
“Aku kangen banget sama kamu.” Ucap reza lirih. Kamu masih belum percaya dengan ini, kamu belum membalas pelukan reza. Dicky terlihat bingung dengan apa yang dia lihat kini. Kakaknya adalah saingannya sendiri?.....

“Aku kangen banget sama kamu.” Ucap reza lirih. Kamu masih belum percaya dengan ini, kamu belum membalas pelukan reza. Dicky terlihat bingung dengan apa yang dia lihat kini. Kakaknya adalah saingannya sendiri?...


Reza masih tetap memelukmu sedangkan kamu berusaha mencoba untuk melepaskan pelukan reza.
“Kamu ngga kangen sama aku?” tanya reza begitu kamu berhasil lepas dari pelukannya. Kamu menatap reza tajam, air matamu masih tetap berlinang, dan kamu diam tanpa berkata apapun.
“kamu inget aku kan? Aku pacar kamu.” DEG! Mendengar itu dicky langsung membelalakan matanya dan menarikmu agar berada sejajar disampingnya.
“masuk lo apa bang? Pacar? Kapan lo jadian?” tanya dicky dengan nada mendesak.
“gue udah lama sama dia. Dan? Kenapa kalian bisa saling kenal?” tanya reza.
Kamu lansung berlari tanpa memperdulikan mereka. Reza dan dicky ikut berlari mengejarmu. Dan saat taksi pertama lewat rumah dicky, kamu langsung naik. Dicky dan reza terhenti sejenak dan saling memandang.
“Bang..” dicky belum selesei omong, namun tangan reza sudah memberi kode agar dicky tidak melanjutkan kata katanya.
“siapapun lo untuk dia, yang jelas dia masih menjadi milikku, dan tetap menjadi milikku.” ucap reza kemudian meninggalkan dicky. Dicky mengepalkan tangannya sambil menatap punggung kakaknya.
“Dan sampai kapanpun, aku ngga akan biarkan, dia maafin lo, kak.” Ucap dicky lirih dengan nada geram.

**

“Bisma.Aku butuh kamu banget.” Ucapmu lirih. Sekarang kamu duduk dijendela biasa bisma dan kamu duduk disitu saat bisma suka main malam malam kerumahmu.
“Aku nggak bisa ngatasin masalah serumit ini. Reza balik lagi bis. Dan dia, dia kakaknya dicky. Aku harus gimana bisma? apa aku harus lari dari masalah?” ucapmu menatap langit yang terlihat mendung.
Kamu mendengar suara bel pintu dibunyikan, mungkin bibi kamu sudah tidur, kamu berjalan menuju pintu rumahmu, dan kemudian membukakan pintu. Begitu terkejutnya ketika kamu melihat siapa yang berada di depan pintu sekarang. Siapa lagi kalau bukan reza, bagian yang paling berate yang pernah menghilang dari hidupmu. Kamu hendak menutup kembali pintunya, namun reza menahan, tentu saja tenaga reza lebih kuat dibandingkan dengan tenagamu. Reza membuka pintu dan menarik tanganmu agar keluar dari rumah.
“Aku mau ngomong sama kamu! Dengerin aku dulu, aku mau minta maaf dan bisa jelasin semua.” Kata reza menggegam tanganmu erat.
“Aku tau aku salah, aku udah ngilang gitu aja, aku nggak pernah bilang sama kamu. Dan aku minta maaf. Aku sekarang kembali buat kamu.” Ucap reza.
“Minta maaf katamu ja? Kamu ngga tau gimana ngerasain jadi aku kan? Kamu enak ya. Pergi se enak kamu sendiri. Pergi tanpa alasan. Terus dateng juga seenak kamu sendiri.” Ucapmu “Kamu nggak tau gimana jadi aku kan? Berbulan bulan aku hidup dalam ketidakpastian!” ucapmu “aku sakit emang kamu tau? Aku nangis emang kamu tau? Aku kesepian emang kamu tau?” tanyamu.
“Aku tau aku salah. Aku mohon, aku mencintaimu. Aku ingin nerusin hubungan kita. Jangan berhenti.” Ucap reza.
“Hubungan kita? Aku kira hubungan kita sudah mati.” Ucapmu menarik tanganmu agar terlepas dari genggaman reza.
“Kamu bilang apa sih, aku belum pernah bilang berpisah, dan aku nggak akan pernah bilang!” ucap reza.
“Asal kamu tau, aku disana juga mikirin kamu. Memang kamu juga tau kalau disana aku juga kesepian? Aku menangis? Aku melawan sakit? Perih?” tanya reza menatapmu tajam. Kamu juga menatap reza dengan tajam. Mata reza memerah, dan matamu sudah mengeluarkan air mata.
“Kenapa kamu baru datang? Kenapa kamu datang disaat waktu yang gak tepat? Kenapa jja kenapa? Kenapa kamu harus datang disaat… arghh!” kamu memutar badanmu membelakangi reza, reza mengekorimu dan dia tetap memohon padamu.
“Disaat apa? Apa kamu berpacaran dengan dicky? Adikku sendiri? Putuskan dia!” spontan ketika kata kata itu meluncur dari bibir reza kamu langsung berbalik dan menampar reza.
“Kamu pikir, kamu lebih baik dari dicky ha?” tanyamu.
“Pikir dong jja, siapa yang selalu ada disaat kamu nggak ada? Dicky selalu nemenin aku!” ucapmu.
“Bohong! Dicky baru beberapa waktu pindah ke Indonesia, dia baru saja mengenalmu, apa dicky Cuma kamu jadiin tempat pelarian aja dari aku? Aku tau, kamu pasti masih mencintaiku.” Kata reza.
“Benar bila kamu bilang kalau aku masih mencintaimu.” Ucapmu “Tapi nggak semanis seperti dulu, nggak sepenuh dan setulus seperti dulu.” Sambungmu lagi.  Kamu menjauh reza yang mematung karena ucapan dan perkataanmu tadi, menurut dia itu adalah perkataan yang sangat menyakitkan.
“Dengerin aku dulu.” BRAK!! Kamu menutup pintu rumahmu kasar dan berlari kekamar sambil menangis. Kamu mengambil pakaian seragammu dan memasukkan keransel kamu berniat untuk menemui bisma sekarang juga. kamu melirik jam dinding masih pukul 20.30 dan kamu berharap bisma belum tidur dan jam jenguk belum tutup.
Kamu melihat keluar melalui jendela, mobil reza sudah tak terlihat lagi. Kamu memasang kertas kecil di depan pintu kamarmu. “Bi, aku nemenin bisma dirumah sakit.” Dan setelah itu kamu pergi kerumah sakit…

Kamu lega ketika jam jenguk ditutup masih nanti pukul 22.00. dengan matamu yang masih memerah kamu berjalan cepat menuju kamar bisma dirawat. Selang beberapa menit kamu sampai dan…
“Kamu?” kamu melihat dinda berada didepan pintu kamar bisma dirawat sambil memegang mangkuk seperti habis menyuapi bisma, tanganmu mengepal erat ingin sekali kamu meninju cewek yang berada dihadapanmu ini karena sudah berani beraninya mencoba menggantikan posisimu dihati bisma.  kamu tanpa berkata apapun membalikkan badan dan hendak pergi namun dinda langsung memegang tanganmu dan menarikmu kasar menuju rumah sakit..
“Kenapa kamu selalu ngehindar waktu aku disini buat nemenin bisma?” tanya dinda to the point. Kamu tidak berkata apapun, kamu lebih memilih memalingkan wajahmu.
“Kamu kenapa nggak pernah jenguk bisma? kamu selalu hilang?!” ucap dinda.
“ITU SEMUA KARENA LO!!” teriakmu didepan wajah dinda.
“Karena aku?” ulang dinda, kamu kembali memalingkan muka.
“Jadi, aku salah nemenin bisma saat butuh temen? Saat dia butuh tempat curhat, bahkan saat dia kesepian, nungguin orang yang disayang sendiri.” Ucap dinda membuatmu melihat dinda.
“Bisma nungguin kamu! Kamu nggak tau kan seberapa besar harapan dia? Harapan dia kamu nengokin dia dan nemenin dia saat sakit seperti ini.” Ucap dinda.
“Dia sama sekali enggak mengharapkan aku ada disampingnya, karena kamu yang selalu diharapkan bisma, kamu kamu dan kamu!” teriak dinda dengan tangisan yang kecil, air mata dinda sedikit demi sedikit keluar membasahi pipi mungilnya.
“Kamu ngga tau gimanakan jadi bisma? aku bisa ngerasain apa yang dirasain bisma sekarang!!” kata dinda, kamu menunduk langsung tanpa melihat dinda karena merasa bersalah.
“Aku sayang sama bisma, aku kira dia akan jatuh hati sama aku. Tapi apa? Dia tetap pada kamu, dia tetap mencintaimu kamu, bahkan ketika kamu menyakitinya berkali kali, dia selalu bercerita yang baik baik tentang kamu. Dan apa kamu tau bagaimana perasaanku? Hancur. Sakit, dan merasa tak dihargai sama sekali. Aku selalu mencoba tersenyum ketika bisma bercerita tentang kamu dihadapanku. Karena apa? Karena aku suka ketika bisma tersenyum, walau bukan karena aku, tapi kebahagiaannya adalah salah satu hal yang berharga dalam hidupku.” Ucap dinda.
“Dan bisma merasakan hal yang sama! Dia pasti selalu mencoba tersenyum saat mendengar ceritamu bukan? Dia selalu berusaha ada disetiap kamu membutuhkan seseorang bukan?” tanya dinda menggoyang goyangkan tubuhmu. Kamu menangis lagi pada akhirnya.
“Bisma sayang sama kamu. Dan kamu harus tau itu. Bisma menunggumu, dan jangan kamu sia siakan itu. Dia teman, sahabat, cowok yang baik.” Kata dinda melepasmu..

“Makasih dinda.” Ucapmu menghapus air matamu dan berlari pergi meninggalkan dinda. Kamu berlari menuju kamar bisma.
Setelah sampai dikamar bisma, kamu langsung membuka pintu kamar bisma, membuat bisma terkejut dengan kedatanganmu, posisi bisma setengah duduk karena dia sedang menonton tv.
“(sebutnamakamu)” ucap bisma. kamu berlari dan langsung memeluk tubuh bisma sambil menangis.
“Aku butuh kamu bisma, aku butuh kamu, jangan cuekin aku, jangan jauh jauh dari aku, jangan pergi dari aku, jangan berpaling dari aku, aku butuh kamu. Jangan pergi dari sampingku, tetaplah disampingku. Aku bukan apa apa tanpamu.” Ucapmu menangis dipelukan bisma, kamu menangis sesegukan hingga menimbulkan suara. Baju dibagian pundak yang dipakai bisma basah karena air matamu. Namun… bisma tersenyum dan mengusap rambutmu pelan.
“Aku kan memang selalu ada disampingmu.” Ucap bisma “Walau tanpa kamu sadari. Kapanpun aku selalu berada disampingmu.” Ucap bisma lirih.
“Kamu kenapa?” tanya bisma mendorong badanmu pelan agar melepas pelukannya. Kamu menghapus air matamu sendiri dengan punggung tanganmu lalu menggeleng didepan bisma.
“Maafin aku ya bis. Aku baru jengukin kamu. Kamu mau marah sama aku, aku ngga papa kok.” Ucapmu dengan nada penuh penyesalan.
“Duduk gih.” Suruh bisma. kamu menarik sebuah kursi dan duduk disamping tempat tidur bisma.
“kamu kenapa dateng kok tiba tiba nangis gitu? Mana nangisnya kenceng banget, kaya anak kecil baru aja ketemu ayahnya -_-“ ucap bisma.
“Aku Cuma khawatir sama kamu kok.” Katamu “Tapi aku lebih merasa bersalah lagi sama kamu. Harusnya aku yang selalu ada disini buat nemenin kamu, eh aku…” bisma memotong ucapanmu.
“Kamu nggak perlu merasa bersalah kaya gitu. Kalau udah terjadi yaudah biarin aja. Toh aku juga ngga akan pernah marah sama kamu. Dan nggak akan bisa marah sama kamu.” Ucap bisma. “Kamu juga nggak perlu khawatir sama aku. Kalau kamu mau pacaran atau…”
“Bisma.. aku lagi nggak pacaran sama siapa siapa.” Selamu pelan.
“Aku pilih nggak punya pacar kalau kamu harus jauh jauh dari aku. Karena aku nggak bisa. Aku butuh kamu.” Ucapmu, kamu memberanikan diri menggegam tangan bisma.
“Badan kamu masih panas.” Ucapmu. Dan bisma mengangguk.
“Aku kena tifus. Jadi gini deh.” Ucap bisma.
“Pasti gara gara aku ya bisma. kamu kehujanan pas nungguin aku ditaman, eh aku malah…….em…” ucapanmu terpotong karena pada saat itu kamu bersama dicky.
“Udahlah. Aku nggak papa kok. Aku baik baik aja.” Ucap bisma.
Kamu menunduk dan suasana menjadi hening dirumah sakit, hanya suara tv yang dinyalakan bisma dengan volume kecil terdengar. Bisma merasa aneh dengan sikapmu, bisma merasa kamu ingin bercerita sesuatu, tetapi kamu tak bisa menceritakan.
Perlahan tangan kanan bisma yang tidak terpasang infuse memegang puncak kepalamu dan mengusap rambutmu pelan, membuat kamu mengangkat wajahmu.
“Kamu mau ngomong sesuatu?” tanya bisma, dan kamu menggeleng pelan dengan tatapan lesu.
“Beneran?” tanya bisma lagi. Kamu tidak menjawab pertanyaan bisma malah menarik tangan bisma lalu kamu meletakkan kepalamu ditangan bisma. kamu memejamkan mata dengan posisi duduk namun kepalamu diletakkan di tempat tidur diatas tangan bisma.
“Kamu…”
“Aku ngga papa kok bis. Kamu tidur aja. Aku mau disini sampai pagi sama kamu. Disampingmu.” Ucapmu.
Bisma tersenyum mendengarnya, ini adalah moment yang dia tunggu tunggu, yaitu bersamamu, dan kamu berada disampingnya untuk menemaninya.
Dan disaat itulah sepasang mata melihatmu, dia menangis melihatmu dengan bisma. Dinda berjalan pulang sambil menangis merelakan perasaannya untukmu…

Dan disaat itulah sepasang mata melihatmu, dia menangis melihatmu dengan bisma. dinda berjalan pulang sambil menangis merelakan perasaannya untukmu…

**

“Ngh..” kamu merasa  ada yang berherak dibawah pipimu. Perlahan kamu membuka matamu dan ternyata tangan bisma kamu jadikan bantal semalaman suntuk.
“Udah pagi ya?” tanyamu sambil mengangkat kepalamu. Bisma langsung menariknya dan menggerak gerakkan tangannya.
“Eh kenapa?” tanyamu dengan muka yang amat polos/
“Tanganku kesemutan.” Jawab bisma.
“Eh kok bisa?” tanyamu kembali -_-
“Yaamplop, semalem kamu jadiin tanganku bantal.”
“Hah? Serius bis? Wew hebaaat.” Katamu mangguk mangguk.
“Kok hebat sih? Ini tanganku kesemutan!” gerutu bisma.
“Terus maunya diapain?” bisma menyodorkan tangannya kedepan wajahmu.
“Diusep usep kaya anak kecil hehe.” Ucap bisma nyengir.
“Yeee, ogah.” Jawabmu.
“Kan, dasar ngga tau terimakasih banget ya. Awas aja, lain kali kamu ngga boleh nunggu aku disini.” Kata bisma memalingkan wajahnya. Dengan wajah kesal kamu menarik tangan bisma dan mengelus elusnya pelan.
“Puas?” tanyamu. Bisma tertawa dan mengangguk.
Kamu dan bisma bercandaan dari jam empat pagi tadi, hingga sekarang sudah jam setengah enam pagi.

“Kamu ngga sekolah?” tanya bisma.
“Huh, ngga tau.” Jawabmu malas. Kamu sangat tidak ingin bersekolah hari ini, karena pasti disekolah nanti kamu harus bertemu dengan dicky. Dan pastinya dicky akan mengajakmu bicara, masalah yang kemarin, ketika dia menyatakan cintanya padamu.
“Gimana kalau hari ini aku nemenin kamu ngga sekolah bis?” tanyamu sambil memasang wajah imut.
“Dih, aku nggak usah ditemenin segala, kagak bikin aku mati juga. Kamu kan udah nemenin aku sejak semalem, itu udah cukup buat aku.” Kata bisma.
“Ngga seru isssh.” Ucapmu.
“Udah berangkat sekolah sana.” Kata bisma mengacak ngacak rambutmu yang memang sudah berantakan.
“Tapi bisma, hmm….”

Toktoktok..  Suara ketukan pintu ruang rawat bisma terdengar, kamu berdiri dan berjalan membukakan pintu.

“Dinda.” Ucapmu. Dengan ekspresi wajah kaget dinda melihatmu sepagi ini disini dengan kondisi badanmu yang berantakan.
“Kamu disini? Eh maksutnya udah disini?” tanya dinda.
“Iya, semalem ngga pulang.” Jawabmu.
“Oh gitu ya. Aku mau bawain bisma sarapan, dia ngga suka makanan rumah sakit.” Dinda tau kebiasaan bisma, sedangkan kamu? Kamu hanya bengong melihat dinda masuk, dan kedatangan dinda disambut suka cita bisma. Kamu merasa sangat tersingkirkan saat ini. Namun kamu meredam rasa kesalmu sendiri dan memilih mandi di toilet rumah sakit yang sudah disediakan.
Selang beberapa menit, kamu selesei mandi. Dan kamu harus melihat dinda sedang menyuapi bisma. kamu sudah memakai seragam.

“Cieh romantis banget.” Ucapmu memecah keheningan.
“Apadeh (Sebutnamakamu)” jawab bisma.
Kamu duduk disofa sedangkan dinda duduk disamping bisma.
“Enak ye, pagi pagi udah ditemenin sama dua bidadari cantik.” Kata bisma sambil menaik turunkan alisnya.
“Gimana kalau aku poligami aja?”
buuk! Kamu langsung melempar bisma dengan handuk bekas yang kamu pakai tad
i.
“Poligami, poligami. Emang kamu bisa adil?” tanyamu. Dinda hanya tertawa kecil sambil menyuapi bisma.
“Bisa dong, bisma gitu loh.” Ucap bisma.
Setelah selesei menyisir rambutmu dan memakai sepatu kamu berdiri disamping bisma dan..
“Gini deh bis.” Ucapmu. “Katamu tadikan kamu bisa adil to?” tanyamu, dan bisma mengangguk. “Sekarang gini aja deh, aku liat kamu sama dinda kaya gini aja udah cemburu. Terus gimana kalau poligami? Apa yang akan terjadi kalau aku liat kamu sama dinda seranjang? Wew mati deh hatiku.” Ucapmu. Dan dinda serta bisma melihatmu dengan penuh tanda tanya.
“Kamu curhat ya?” sambar dinda pada akhirnya membuatmu gugup dan lidahmu menjadi kelu untuk menjawab pertanyaan dinda.
“Eh.. eh.. aku berangkat dulu deh. Sampai jumpa disekolah ye din!” Katamu langsung ngebirit keluar dari ruang rawat bisma. Dinda tersenyum penuh arti memandang bisma.
“Kayanya (sebutnamakamu) mulai suka sama kamu deh bis.” Ucap dinda.
“Amin aja.” Ucap bisma tersenyum.
“Eh aku berangkat dulu ya bis.” Kata dinda.
“Iya, kamu hati hati dijalan. Dan makasih ya buat sarapannya. Enak!” ucap bisma.
“Iya sama sama. Duluan ya bis.” Ucap dinda, dan bisma mengangguk.

**

Sedari tadi disekolah, kamu terus menghindar dari dicky. Hingga pulang sekolah pun kamu dengan diam diam meninggalkan dicky.
Kamu berjalan sambil celingak celinguk melihat kiri kanan. Kamu takut apabila bertemu dengan dicky sekarang, kamu belum siap untuk menjawab pertanyaan.
Tapi mungkin hari ini bukan hari keberuntunganmu. Tibatiba kamu menabrak seseorang dan yang pasti kamu tau dari sepasang sepatunya. Itu sepatu dicky. Kamu mendelik menatap dicky yang berada dihadapanmu sekarang.

“Kenapa kayak ngehindar gitu?” tanya dicky dan kamu menggeleng.
“Kamu ngga mau ketemu aku?” tanya dicky lagi.
“Ngga kok dick.” Jawabmu. Dicky lalu mengambil tanganmu dan menarik tanganmu agar mengikutinya.
“Mau kemana?”  tanyamu. Dicky membawamu ke atas gedung sekolah paling tinggi yang sedang dibangun.
“Ke atas.” Jawab dicky singkat dan tetap memegang pergelangan tanganmu erat.
Setelah sampai diatas. Dicky melepaskan tanganmu dan dia berjalan lurus kedepan.

“Jadi, kak reza itu pacar kamu?” tanya dicky memutar badannya menghadapmu. Tangannya masuk pada kedua saku dicelananya. Jarak kalian cukup jauh. Angin sore menerpa membuat rambutmu berantakan.
“Iya.” Jawabmu “Tapi itu dulu.” Sambungmu lagi.
“Dulu? tapi kata kak reza,. Kalian belum putus.” Balas dicky.
“Aku nggak tau bisa ngelanjutin hubungan itu lagi apa nggak.” Jawabmu. Kamu berjalan kedepan dan sekarang membelakangi dicky.
“Bukankah. Kakakku sangat berati dimatamu? Bukankah dia yang selama ini yang kamu tunggu?” desak dicky.
“Dia memang berarti bagiku.” Ucapmu.
“Lalu…” kata dicky.
“Tapi, aku sekarang sudah tak mengerti apa arti berarti lagi bagiku. Semua ini gara gara reza, yang selalu mengabaikan arti berarti ku untuk dia.” Sambungmu.
“Kamu salah. Kamu masih berarti buat kak reza.” Kata dicky membuat mu kaget dan berbalik melihat dicky.
“Kamu..”
“Apa? Kamu kaget aku bilang gitu?” tanya dicky mendekatimu. Kamu mengangguk.
“Aku.. aku bilang kaya gitu karena aku nggak mau dua orang yang aku sayang sama sama terluka.” Kata dicky lembut. Dicky sekarang tepat berada didepanmu. Begitu tulusnya dicky mencintaimu, hingga dia tak ingin kamu terluka, dan begitu sayangnya dia pada kakaknya walaupun pernah bilang kalau dia nggak akan ngerelain kamu bersama kakaknya sendiri.
“Aku memang pernah ngerasa ngga rela, kamu sama kak reza. Tapi kalau ketidak relaan Cuma bikin sakit, aku akan coba ngerelain kamu sama kak reza.” Jelas dicky membuat matamu berkaca kaca, penjelasan dicky disitu sudah memperlihatkan begitu sayangnya dicky denganmu.
“Dick..”
“Jangan menangis didepanku.” Dicky perlahan menghapus air matamu yang mulai jatuh membasahi pipimu kemudian memelukmu.
“Jangan pernah menangis didepanku. Aku menderita ketika melihatmu menangis.” Ucap dicky lalu melepas pelukan singkatnya, dia menggandeng tanganmu dan mengajakmu duduk di tepi gedung sambil melihat melihat langit yang mulai oranye karena hari sudah sore.
“Tumben cerah.” Ucap dicky. Kamu masih diam, diam memikirkan kata kata dicky tadi. Hatimu masih tetap bingung dengan apa yang terjadi sekarang, bingung bagaimana cara menyikapinya.
“Kok diem?” tanya dicky.
“Dick, tentang pertanyaan yang kemarin…” ucapmu.
“Lupain aja, nggak pentingkan?” ucap dicky.
“Kok ngomong gitu sih dick?” tanyamu balik.
“Emang, kalau aku tanya lagi masalah itu. Kamu mau jawab apa?” tanya dicky.
“Eh.. em..” kamu mengalihkan pandanganmu ke langit langit dan Nampak berpikir mencari alasan yang tepat, mencari kata kata yang pas untuk dicky.
“Haha, ngga bisa jawabkan? Yaudah lupain ajalah.” Ucap dicky.
“Kamu mau ngelupain aku?” tanyamu pada dicky.
“Lupain kamu? Kayanya nggak gampang deh.” Balas dicky.
“Kenapa nggak gampang?” tanyamu balik.
“Sekarang aku tanya sama kamu, kenapa kamu nggak bisa lupain kak reza?” tanya balik dicky.
“Karena… karena aku mencintainya.” Jawabmu.
“Dan begitu pula denganku, karena aku mencintaimu.” Ucap dicky.
“Pernah denger lagu ini?” sambung dicky lagi.
“Lagu apa?” tanyamu.

“Cinta tak mungkin berhenti. Secepat saat aku jatuh hati. Jatuhkan hatiku kepadamu, sehingga hidup ku pun, berarti. Cinta tak mudah berganti, tak mudah berganti jadi benci. Walau kini aku harus pergi. Tuk sembuhkan hati.
Hanya kamu yang bisa. Bisa membuatku rela, rela menangis karenamu.. cinta tak mungkin berhenti, secepat saat aku jatuh hati…..”
“Stop dicky!” katamu membungkam bibir dicky.
“Aku ngga suka lagu kayak gitu.” Ucapmu.
“Kenapa? Kan aku ngungkapin perasaanku.” Balas dicky. Kamu berdiri dengan raut wajah kesal menatap dicky, dicky pun ikut berdiri dan menatapmu.
“Aku nggak pernah nyuruh kamu buat berhenti cinta sama aku.” Ucapmu.
“Terus? Aku harus cinta sama kamu terus? Padahal kamu nggak cintakan sama aku?” ucap dicky.
“Bukan kayak gitu dicky!” balasmu.
“Terus apa lagi?” tanya dicky. Tibatiba kamu memeluk dicky membuat dicky bingung dengan apa yang kamu lakukan sekarang.
“Udah diem, aku pengen peluk kamu!” ucapmu…

**

“Besuk kamu udah boleh pulang bis?” tanyamu pada bisma. kamu berada di rumah sakit lagi malam ini.
“Iya dong.” Kata bisma bersemangat.
“Wesss, makan makan nih-_-“ jawabmu ngasal.
“Hubungannya apa coba?” tanya bisma.
“Nggak ada.” Jawabmu sekenanya juga.
“Eh, kamu nggak capek? Mau tidur disini lagi?” tanya bisma.
“Iya, kenapa? Boleh kan?” tanyamu pada bisma.
“Boleh bangetlah.” Kata bisma
“Eh aku ketoilet dulu ya bis. “ ucapmu. Kamu meletakkan ponselmu didekat tempat tidur bisma dan saat kamu pergi ke toilet, ponselmu berbunyi. Bisma menjadi penasaran, karena ponselmu berbunyi berkali kali menandakan kalau ada pesan masuk. Bisma mengambilnya dan layar ponselmu tertera 5 pesan masuk namun tidak nama kontaknya. Bisma membuka pesannya dan.
“Kamu dimana? Aku dirumah kamu sekarang. Aku pengen ketemu sama kamu. Kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku mohon. –Reza.”

DEG! Bisma langsung kaget dengan apa yang dia baca sekarang.
“Reza sudah kembali?” batin bisma “Jadi itu. Jadi itu alesannya kemarin (sebutnamakamu) menangis.” Sambung bisma kembali.
Ketika kamu kembali dari toilet kamu melihat bisma tengah membawa ponselmu, dengan cepat kamu langsung menyambar ponselmu dan melihat apa yang sedang bisma lihat, kamu membelalakan matamu ketika tau reza sms.
“Bis.” Ucapmu lirih.
“jadi reza udah kembali?” tanya bisma.
“Iya bis.” Jawabmu lirih.
“terus?” tanya bisma lagi. Dan kamu menggeleng pelan.
“Temuin gih, dia nungguin kamu.” Ucap bisma, dan lagi lagi kamu menggeleng.
“Aku nggak mau ketemu dia.” Ucapmu.
“Kenapa?” tanya bisma.
“Dia kakaknya dicky bis!” balasmu.
“a apa?” bisma lebih kaget mendengar semua ini.
“Kenapa kamu nggak cerita sama aku? Aku kamu anggep apa?” tanya bisma dengan nada kecewa.
“Jangan bikin aku ngerasa bersalah lagi bis, aku udah capek sama permainan hidup.” Ucapmu lesu.
“Jadi kamu mau lari dari masalah?” tanya bisma.
“Kalau memang itu yang harus aku lakukan, aku harus melakukannya.” Ucapmu.
“Jadi menurut kamu itu benar?” desak bisma kembali.
“BISMA! JANGAN MOJOKIN AKU!” gertakmu.
“Aku nggak mojokin kamu..” balas bisma.
“Iya, kamu mojokin aku bisma!”
“Aku Cuma mau, apa yang kamu mau sebenarnya. Kamu masih sayangkan sama dia? Jangan munafik jadi orang, Cuma bikin sakit hati buat kamu sendiri.” Kata bisma.
“Terus aku harus gimana? Ninggalin kamu, yang selama ini selalu ada buat kamu? Pasti aku akan salah!” ucapmu frustasi.
“Kamu ngga salah. Aku fine kok kamu tinggalin, aku nggak ngeharapin kamu ada disini, kamu disini kan juga mau kamu.” Ceplos bisma, bisma berdusta padamu, pada dirinya dan hatinya sendiri, dia menjilat ludahnya sendiri. Namun bisma melakukan itu semua demi kamu, hatinya sangat sakit sekarang, karena tak dipungkiri lagi. Bisma memang benar benar menginginkanmu selalu berada disisinya.
Dadamu sesak mendegar pernyataan dari bisma, bahwa dia tidak mengharapkanmu berada disisinya.
“Jadi, kamu pengen aku pergi?” tanyamu.
“Kalau itu lebih baik.” Kata bisma membuang mukanya.
“Oke kalau itu mau kamu bisma, aku harap kamu nggak nyesel dengan apa yang kamu mau.” ucapmu menangis dan meninggalkan bisma, kamu berpapasan dengan dinda, namun kamu menghiraukan dinda dan cepat pergi meninggalkan rumah sakit..

**

Reza masih stay dirumahmu untuk menunggumu, dia duduk diteras rumahmu sambil menghentak hentakkan kakinya pelan tanda dia sedang gelisah. Tibatiba reza berdiri ketika melihat sebuah taksi berhenti didepan rumahmu. Mata reza langsung berbinar binar melihatmu datang kesini.

“(Sebutnamakamu)” reza berlari menujumu yang masih berada di dekat pintu gerbang rumahmu.
“Kamu dateng!” ucap reza.
“Sesuai mau kamu jja.” Ucapmu dengan nada bergetar, tanganmu bergetar karena kamu masih meredam emosi karena bertengkar dengan bisma tadi.
“Makasih yah.” Kata reza melepas pelukannya, reza lalu memegang kedua pundakmu.
“Aku enggak mau basa basi lagi sama kamu. Aku mau bilang, kalau aku nggak bisa hidup tanpa kamu, tolong kembalilah bersamaku.” Mohon reza.
“Aku akan memperbaiki kesalahanku, dan nggak akan lagi mengulang kesalahanku.” Sambung reza lagi.
Tiba tiba, ada yang mengklakson. Sebuah mobil buka, membawa serangkaian lampu kelap kelip berada didepan rumahmu, ketika lampu itu dinyalakan. Ternyata sederetan lampu tersebut membentuk sebuah rangkaian kata.
“SORRY, FORGIVE ME. I LOVE YOU!” Itulah tulisan yang ada di mobil tersebut. Kamu memutar badanmu dan menatap reza tajam.

“Masih mau kan kasih kesempatan aku? Aku sayang kamu (sebutnamakamu)” ucap reza. Reza lalu menarik tubuhmu agar memeluknya. Dan kamu memejamkan matamu, mengingat apa yang terjadi hari ini. Dari dicky, dicky yang mengatakan bahwa kamu masih sangat berarti untuk reza, mengingat begitu relanya dicky melepasmu, lalu bisma, pertengkaran tadi membuatmu sangat gelisah dan marah. Dan ketika kamu mengingat kata kata bisma yang menyakitkan tadi, kamu semakin menangis dipelukan reza.
“Iya jja, aku kasih kesempatan satu kali lagi buat kamu. Aku mau bersama kamu lagi.” Dan pada akhirnya kata kata itu keluar dari bibir kamu, spontan reza melepas pelukannya dan memegang kedua pipimu.
“Kamu serius?” tanya reza.
“Aku serius, kapan sih aku nggak serius hehe.” Jawabmu tersenyum semanis mungkin. Reza mencium keningmu cukup lama, lalu dia kembali memelukmu.
“makasih. Aku janji, dan aku akan buktikan sama kamu.” Kata reza.
“Aku harap. Kita bisa memulainya dari enol.” Lirihmu, dan reza mengangguk. Ketika memelukmu, reza mengacungkan jempol pada sopir yang membawa rangkaian kata tadi, ketika topinya dibuka, ternyata itu dicky. Dicky mengacungkan jempolnya dan tersenyum. Air matanya keluar melihat kejadian ini secara langsung, namun dicky cepat menghapusnya, karena dia tau, ini yang benar…

Kamu dan reza duduk diteras rumah seperti yang kalian dulu, bercerita bercandaan. Kamu mengeluarkan ponselmu, lalu..
“Bisma. aku udah ngelakuin apa yang aku mau. sekarang, aku sudah kembali dengan reza. Makasih buat tadi :’)” Kamu memilih sent lalu memasukkan ponselmu lagi.
“Sms siapa?” tanya reza.
“Bisma jja, dia sakit, nanyain keadaan nya aja.” Jelasmu, reza hanya mengangguk dan tersenyum, dia lalu merangkulmu.
“Ini malam terindah setelah malam ketika kita jadian dulu.” Ucap reza mencium pelipismu..

**

“Bis, ada sms.” Ucap dinda mendengar hp bisma berbunyi.
“Tolong dong din.” Kata bisma. dinda mengambilkan ponsel bisma yang tadi di charger, lalu bisma membaca pesan yang masuk.
Selang beberapa detik. Bisma langsung membelalakan matanya melihat sms darimu, hatiinya hancur sekarang!
“Kamu kenapa bis?” perlahan dinda melihat mata bisma yang sedikit berair dikelopak matanya.
“Bisma!” dinda menggoyangkan tangan bisma, dan bisma menyodorkan ponselnya agar dibaca dinda. Betapa terkejutnya dinda membaca smsmu. Dinda duduk disamping bisma dan memegang tangan bisma.
“Bisma, kamu nggak papakan?” tanya dinda. Bisma menggeleng, bisma menggegam tangan dinda begitu erat. Sedangkan dinda hanya bisa meringis karena mungkin sedikit sakit. Dinda mengepalkan tangan yang satunya, pikirnya.. Kamu adalah gadis paling tega didunia ini…
 Bisma, kamu nggak papakan?” tanya dinda. Bisma menggeleng, bisma menggegam tangan dinda begitu erat. Sedangkan dinda hanya bisa meringis karena mungkin sedikit sakit. Dinda mengepalkan tangan yang satunya, pikirnya.. Kamu adalah gadis paling tega didunia ini…

Setelah kejadian itu. Kamu sama sekali tidak berhubungan dengan bisma. dirumah maupun disekolah, ketika kamu bertemu dengan bisma, bisma selalu menghindarimu, dia enggan menyapamu, bahkan melihatmu dia tak mau.

Kamu melihat bisma bersama dinda terus, selalu berangkat bareng, kekantin bareng, bahkan mereka sering berduaan di taman, hanya sekedar untuk menghabiskan waktu setelah pulang sekolah.
Entah kenapa, melihat itu semua membuat hatimu begitu gelisah, padahal kamu sudah mempunyai reza yang begitu menyangimu. Kamu selalu memikirkan bisma. memikirkan apakah bisma benar benar membencimu, apakah bisma benar benar telah melupakanmu.

Bel pulang sekolah pun berbunyi. Kamu keluar kelas. Lalu kamu melihat bisma yang sepertinya sedang menunggu seseorang. Kamu memberanikan diri untuk menemui bisma, baru melangkah tibatiba dinda datang dan bisma langsung merangku ldinda. Bisma dan dinda melewatimu tanpa memperdulikanmu. Bisma melirikmu dan hatinya sangat merasa bersalah sekarang, dia tak tau apa yang sedang dia lakukan, yang dia rasakan sekarang adalah, dia melakukan hal yang seharusnya tidak dia lakukan, dia membohongi hati dan dirinya sendiri.

Kamu masih menatap mereka berdua yang berjalan menuju gerbang sekolah, dan dari sana pula reza datang. Reza tersenyum melihatmu yang sepertinya sudah menunggu dia.
“Hai, sayang.” Ucap reza merangkulmu.
“Ha hai.” Ucapmu pelan dan ragu.
“Makan siang dulu yuk. Aku laper banget. Tadi ngga sempet makan siang akunya.” Ucap reza.
“Oh, iya terserah kamu aja, mau makan dimana?” tanyamu.
“Ya dimana aja deh.” Reza menarik tanganmu dan pergi dari sana, kamu hanye menurut sambil menundukkan kepalamu.

**

Selama makan, kamu hanya memandangi makananannya dan bermain dengan garpu. Reza yang melihatmu seperti merasa aneh dengan sikapmu.
“Kamu kenapa?” tanya reza. Dan kamu belum menjawab karena kamu sama sekali tidak mendengar ucapan reza. Reza melambaikan tangannya didepan wajahmu hingga kamu tersadar.
“Eh, kenapa jja?” tanyamu.
“Harusnya aku yang tanya sama kamu, kamu kenapa?” tanya reza.
“Emang aku kenapa? Aku nggak kenapa kenapa. Makanannya enak ja, hehe.” Jawabmu ngasal.
“Kamu belum makan makanan itu sama sekali.” Sahut reza menatapmu tajam.
“Aku sudah makan kok.” Jawabmu berbohong.
“Berhenti bohong, kamu kenapa?” tanya reza. Dan lagi lagi kamu hanya menggeleng.
“Aku Cuma pengen pulang.” Jawabmu pada akhirnya. Reza lalu meletakkan sendoknya lalu dia berdiri dan menarik tanganmu..
__

“Kamu lagi ada masalah ya?” tanya reza.
“Ngga kok jja.” Jawabmu tanpa melihat reza. Kamu dan reza sudah sampai didepan rumahmu.
“Yakin?” tanya reza.
“Iya, sayang.” Jawabmu dan tersenyum didepan reza, melihatmu tersenyum reza juga tersenyum lalu dia mencium keningmu sekilas.
“Yaudah gih istirahat sana, aku juga mau istirahat.” Kata reza.
“Oh ya jja, dicky apa kabar? Kok akhir akhir ini aku mau nemuin dia susah?” tanyamu. Reza menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal karena bingung mencari alasan.
“Oh, dicky… dicky ke rumah tantenya di Jakarta.” Jawab reza.
“Oh gitu ya. Yaudah deh. Kamu hati hati ya.” Katamu.
“Siap bos.”

**

Bisma terlihat sangat gelisah malam ini, dia terlihat sangat frustasi karena semua ini. Dan sekarang dia benar benar ingin menemuimu. Bisma membuka jendela nya dan terlihat awan hitam yang menutupi bulan, menyebabkan bulan tidak dapat terlihat sepenuhnya. Semua yang bisma lihat mengingatkan padamu, bisma ingat benar ketika dia setiap malam mengunjungimu. Terkadang melihat langit bersamamu dijendela kamarmu.
“Argghh!!” bisma mengacak ngacak rambutnya frustasi, dia mengambil jaketnya dan pergi keluar rumah..

Kamu duduk ditaman biasanya kamu disana, malam ini kamu memutuskan untuk keluar rumah karena satnight. Reza tidak bisa menemanimu karena dia ada tugas lain dengan temannya. Kamu duduk sambil memikirkan bisma. ya memang bisma yang selalu ada pikiranmu sekarang.
“Bisma, aku kangen sama kamu.” Ucapmu lirih. Kamu bermain dengan karet dan membuatnya berbagai bentuk. Kamu membentuk karet itu menjadi sebuah bintang. Lalu kamu mengangkat tanganmu, layaknya menempelkan bintang karetmu dilangit, kamu mendongak dan ketika itu juga matamu terbelalak kaget, melihat siapa yang sedang berjalan menujumu, dan dia berhenti ketika melihatmu.

“Bisma.” lirihmu.
Bisma bingung apa yang harus dia perbuat sekarang, hasrat untuk memelukmu sangat besar ketika bisma berhadapan denganmu. Dia melangkah maju namun pada akhirnya, dia memilih memutar badannya dan melangkah kembali, dia lagi lagi membohongi dirinya sendiri.
Kali ini kamu tidak tinggal diam. Kamu berlari dan mengejar bisma, menahan tangan bisma agar dia tidak bisa pergi lagi.
“Bisma, tunggu aku.” Katamu.
Bisma berhenti melangkah, melirik tangan kanan nya yang kamu pegang, namun bisma tak memutar badan nya menghadapmu. Dia takut ketika melihatmu, dia tidak bisa menahan dirinya.
“Bisma, aku ingin bicara. Lihat aku.” Ucapmu. Dengan perlahan memutar tubuhnya hingga berhadapan denganmu, lalu dia melihatmu. Dan ketika itu juga kamu merasa tak berdaya dengan tatapan bisma. tatapan yang sangat kamu rindukan, entah bagaimana mengungkapannya. Kamu sangat ingin memeluk bisma sekarang.

“Apa?” tanya bisma pada akhirnya. Kamu masih diam dan menatap bisma, kamu tidak bisa berpikir jernih. Kamu lupa mau bicara apa pada bisma.
“a aku…” kamu menggelengkan kepalamu dan menunduk.
“Aku pergi.” Kata bisma pada akhirnya. Bisma memegang tanganmu yang menahan tangannya lalu melepaskannya. Dia pergi dari hadapanmu.
“Bisma..” lirihmu, namun bisma tidak mendengarnya, bisma berjalan meninggalkanmu.
“Aku merindukanmu, itu yang tadi ingin aku katakan.” Ucapmu lirih, kamu menangis sekarang dan membalikkan badanmu menuju bangku lagi.
Bisma berjalan sambil mengutuk dirinya sendiri, lalu dia berhenti melangkah.
“Apa yang ingin dia katakana? Apa dia merindukanku? Sama halnya dengan yang aku rasakan saat ini.” Batin bisma..

Kamu masih berjalan menuju bangku, air matamu masih menetes. Kamu bermain dengan karet yang sejak tadi kamu pegang hingga karetnya terputus.
“Bisma, aku merindukanmu.” Ucapmu. Dan tibatiba saja seseorang memelukmu dari belakang. Tangannya melingkar dipinggangmu, mengunci tanganmu juga.
“Aku lebih sangat merindukanmu.” Kamu tau itu suara bisma, kakimu lemas sektika. Bisma memelukmu dan kamu sangat merasa nyaman ketika seperti ini.
Hening. Hening ketika bisma memelukmu, selang beberapa menit bisma melepaskannya. Lalu bisma mengajakmu duduk dibangku.
Suasana kembali hening, kamu dan bisma tidak berbicara apapun. Hanya suara jangkrik menambah suasana lebih hening. Kamu melirik bisma yang terdiam dan sepertinya dia bingung untuk berbicara, sama hal nya denganmu. Bingung apa yang harus dibicarakan sekarang.
“Sudah lama sekali.” Ucapmu pada bisma akhirnya, bisma melihatmu.
“Kita tidak berdua seperti ini.” Sambungmu dan bisma tersenyum.
“Dan sudah lama sekali, aku tidak melihat taman ini.” Kata bisma.
“Bagaimana kita bisa bertemu disini?” tanyamu melihat bisma penasaran.
“Entahlah. Mungkin Tuhan tau, kalau kita sedang saling merindukan.” Kata bisma, dan itu berhasil membuatmu tersenyum. Bisma memegang tanganmu yang kamu letakkan dipahamu.
“Aku bingung mau ngomong apa.” Kata bisma.
“Aku juga.” jawabmu. Kamu meletakkan kepalamu dipundak bisma.
“Biarkan tetap seperti, aku ingin bersamamu saat ini.” Ucapmu.
“Aku lebih ingin lama untuk bersamamu, seperti ini.” Balas bisma…

**

Kamu dan bisma sepakat untuk merahasiakan pertemuan kalian kemarin malam. Menganggap tidak pernah terjadi apapun ketika kalian bertemu.
Senin siang dibandung terasa dingin karena mendung. Dan mungkin sebentar lagi hujan mengguyur kota ini.
“Bis. Kayanya kali ini aku nggak bisa nemenin kamu deh.” Kata dinda. “Aku harus pulang, aku udah lama nggak kerumah.” Sambung dinda lagi.
“Oke.” Jawab bisma singkat. “Oh ya.” Kata bisma “Makasih ya din, udah nemenin aku, tiap kali aku butuh temen, mungkin Cuma kamu yang bisa ngertiin aku sampai seperti ini.” Sambung bisma.
“Iya bis, sama sama. Aku seneng kok bisa nemenin kamu.” Ucap dinda.
“Din.” Panggil bisma.
“Kenapa bis?” tanya dinda kembali. Bisma duduk disamping dinda, duduk dibangku depan kelas.
“Kamu, ngelakuin ini. Bukan berati kamu jatuh cinta sama aku kan?” tanya bisma.
“Ha?” Dinda kaget mendengar pertanyaan bisma, kenapa bisma tibatba bertanya seperti itu.
“Bukan begitu bisma, tapi..”
“Aku kan Cuma tanya yang jawabannya Cuma perlu dijawab ya atau gak.” Sela bisma. dinda menunduk dan dia mengangguk.
“Dinda, jangan jatuh cinta sama aku.” Kata bisma.
“Kenapa bis? Ini hatiku, jadi apapun yang aku lakukan, bukan urusan kamu.” Jawab dinda.
“Bukan begitu, masalahnya, aku nggak pengen kamu terluka kalau Cuma gara gara aku. Aku nggak akan pernah bisa sama kamu.” Kata bisma lirih.
“Aku sudah tau, aku udah tau resiko apa yang akan aku terima. Tapi jangan ngelarang aku buat nemenin kamu.” Mohon dinda.
“tapi bagaimana kamu bisa melupakanku, kita selalu bersama sama.” Ucap bisma.
“Memang kenapa? Kan aku yang terluka bukan kamu. Apa kamu takut jatuh cinta sama aku?” tanya dinda.
“Aku sudah bilang, aku tidak akan jatuh cinta kepada siapapun kecuali..” bisma tertunduk tak ingin melanjutkan perkataannya. Dinda  tau siapa yang bisma maskut.
“Kapan sih kamu mau bangun bis buat ngelupain cewek itu, udah cukup hati kamu sakit buat dia.” Ucap dinda.
“Apa untungnya kamu nungguin dia? Dia nggak akan menyadarinya. Dia itu cewek kejam!” ceplos dinda.
“Dia nggak kejam.” Ucap bisma.
“Bisma! sadar dong. Kamu boleh sayang atau jatuh cinta sama cewek lain, tadi jangan dia. Aku nggak mau kamu terluka. Kamu terluka, dan aku akan lebih terluka.” Kata dinda melihat bisma tajam.
“Jangan khawatirin aku, aku nggak papa din.” Ucap bisma.
“Lihat aku yang selalu menemanimu bis.” Ucap dinda menangis, bisma melihat mata dinda yang berkaca kaca dan bisma langsung memeluk dinda.
“Din, maafin aku. Aku salah. Aku minta maaf din. Jangan nangis Cuma karena aku, aku mohon.” Kata bisma.
“Gimana nggak nangis sih bis, aku udah terlalu sakit. Dan udah nggak kuat lagi buat mendem perasaan ini buat kamu.” Kata dinda. “Hatiku sama halnya dengan hatimu sekarang, hancur dan terpuruk. Tapi apakah tak bisa, kita membangun dan memperbaiki hati kita dengan cara kita untuk bersama sama?” tanya dinda dipelukan bisma. dan jawabannya adalah, bisma menggeleng pelan. Dinda kembali menangis sesegukan, dia menahan betapa perihnya hati dia…

Kamu melihat bisma sedang memeluk dinda disalah satu bangku didepan kelas. Kamu langsung memalingkan wajahmu dan berjalan seakan kamu tak pernah melihat kejadian itu. Ketika kamu sampai di koridor sekolah, kamu mengadahkan tanganmu keluar, dan basah. Hujan sudah kembali mengguyur. Angin bertiup sedikit kencang membuat bulu romamu berdiri. Apalagi reza bilang, dia akan terlambat menjemputmu.

Sekolah mulai sepi, dan reza tak kunjung datang. Hujan tambah lebat dan anginpun semakin kecang. Kamu memundurkan langkahmu agar tidak terkena hujan, namun saat melangkah, seseorang dibelakangmu, dan kamu menabraknya.
“Eh, maaa… bisma?!” pekikmu.
“Kenapa belum pulang?” tanya bisma.
“Belum dijemput.” Balasmu.
“Oh yaudah, aku duluan.” Kata bisma. kamu terlihat bingung dengan perlakuan bisma, kenapa dia dingin lagi padamu. Ketika bisma melangkah menjauhimu, kamu mengejarnya, namun karena lantai licin, kamu terjatuh.
“Arh!” jeritmu tertahan membuat bisma menoleh kebelakang dan melihatmu terjatuh. Bisma langsung berlari dan jongkok dihadapanmu.
“Kamu ngapain sih.” Tanya bisma.
“Mau nahan kamu.” Katamu jujur, bisma diam dan melihatmu tajam. Tanpa berkata apapun bisma membantumu berdiri. Dan tanpa basa basi kamu memeluk bisma.
“Bisma, aku cemburu kamu pelukan sama dinda.” Katamu.
“Jangan coba ngehindarin aku lagi, aku mohon. Aku pengen kita temenan kaya dulu lagi.” Ucapmu.
“Bisma, ngomong dong. Aku lagi nggak ngomong sama patungkan?!” katamu.
“Aku juga cemburu ketika kamu bersama reza, bahkan bukan hanya reza, tapi dicky. Ketika dicky mencium pipimu. Ketika dicky memelukmu. Dan paling sakit ketika kamu sudah kembali bersama reza, apa kamu pernah merasakan yang seperti itu?” tanya bisma dan dengan polosnya menggeleng.
“Lalu aku harus apa?” tanyamu.
“Entahlah.” Jawab bisma. kamu lebih erat memeluk bisma dan tak terasa air matamu menetes dibaju bisma. perasaan bingung kini melandamu.

Reza memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah lalu dia mengambil payung. Reza masuk kekoridor sekolahmu. Dan matanya terbelalak kaget, ketika melihatmu berpelukan dengan seorang laki laki.
“(Sebutnamakamu)” Mendengar itu suara reza, bisma kaget dan spontan langsung melepas pelukannya.
“Reza…..”

“(Sebutnamakamu)” Mendengar itu suara reza, bisma kaget dan spontan langsung melepas pelukannya.
“Reza…..”


“Apa mah? AS?” dinda terkejut ketika mama dinda menyuruh dinda untuk pergi ke AS.
“Buat apa mah?” tanya dinda lagi. Mama dinda menyerahkan selembar amplop dari rumah sakit. Mungkin hasil check up yang dilakukan dinda beberapa hari lalu, ketika dinda merasa dadanya sesak.
Dinda perlahan membuka amplopnya dan membaca isinya. Betapa terkejutnya. Disana ia terdiagnosa memiliki tumor disekitar paru parunya.

“Kamu harus berobat ke AS.” Ucap mama dinda.
“Di Indonesia aja mah, dinda mohon sama mama.” Mohon dinda.
“Dinda sayang, mama minta ini buat kesehatan kamu, mama nggak mau kehilangan kamu sayang. Mama mohon dengan sangat.” Mama dinda memeluk dinda dengan sangat memohon agar dinda mau menurutinya.
“Tapi mah…” Dinda membalas pelukan mamanya dengan tangisan kecil membuat mamanya bingung. Mama dinda lalu melepas pelukan dinda lalu mengajak dinda duduk dan menenangkan dinda.
“Kenapa sayang?” tanya mama dinda.
“Dinda, dinda udah betah tinggal disini. Dinda nggak mau jauh jauh dari Indonesia.” Jelas dinda.
“Nanti kamu akan kembali ke Indonesia setelah semua selesei, dan kamu sehat total.” Jelas mama dinda.
“Bukan begitu mah.” Ucap dinda.
“Kamu punya pacar sayang, disini?” tanya mama dinda. Dan dinda menggeleng.
“Lantas?”
“Dinda punya orang yang begitu dinda suka. Dinda sayang sama dia. Dia semangat dinda selama ini mah.” Jelas dinda.

“Apa yang diceritain papamu?” tanya mama dinda. Dinda langsung diam enggan menjawab. Dinda ingat dulu waktu di suruh papa nya pulang, dinda bertemu dan diajak pergi oleh bisma.
“I iya mah.” Ucap dinda.
“Haha, kalau begitu. Ajak dia ke AS. Nemenin kamu.” Ucap mama dinda.
“Kayak dia mau aja mah.” Jawabmu lesu.
“Di coba dulu ya sayang.” Mama dinda mencium pipi dinda.
“Mama juga akan coba ngomong sama temen kamu, yang penting kamu bisa sehat. Mama Cuma pengen yang terbaik buat kamu.” Dinda tersenyum lalu memeluk mamanya.
“Makasih mah.” Kata dinda..

**

“Eja, kapan kamu dateng?” tanyamu gugup didepan reza. Sedangkan bisma hanya menyaksikanmu dan Reza. Bisma tersenyum tipis lalu melangkah menghampirimu dan reza.
“Tenang aja. Aku sama dia gak ngapa ngapain kok. Kita temenan dari kecil. Aku bisma.” Dan setelah itu reza menghela nafas leganya, Reza tau bisma. karena kamu dulu sering menceritakannya.
“Yaudah, kita pulang dulu bis.” Kata reza dan bisma mengangguk sambil tersenyum. Reza menggandeng tanganmu dan bisma hanya melihat kalian berdua.
“Aku nggak bisa nebak jalan pikirmu.” Lirih bisma masih menatapmu.

“Eja, kamu nggak marahkan?” tanyamu saat kamu dan Reza sampai didepan rumahmu, namun kalian masih berada didalam mobil.
“Ngapain marah. Aku udah percaya sama kamu kok.” Ucap reza.
“Iya jja? Kamu udah percaya banget ya sama aku?” tanyamu.
“Iya sayang.” Balas reza.
“Gimana kalau aku,  Sewaktu waktu mau ninggalin kamu? Buat orang lain?” tanyamu serius pada reza. Reza menoleh lalu mendekatkan wajahnya pada wajahmu.
“Kok kamu ngomong gitu? Aku percaya kamu nggak akan ninggalin aku.” Ucap reza lembut.
“Aku kan Cuma nanya jja. Seandainya aja.” Katamu.
“Hehe, nggak. Aku nggak percaya dan aku yakin kamu nggak akan pernah ninggalin aku. Aku sayang sama kamu, kamu juga sayang sama aku kan?” tanya reza. Dan kamu mengangguk pelan. Reza tersenyum kecil, lalu dia mencium bibirmu sekilas.
“Udah lama banget, nggak dapet itu :p” ledek reza membuat pipimu merona.
“Hehe, yaudah jja. Aku turun dulu ya. Kamu hati hati ya.” Katamu.
“Iya. Siap bos.” Kata reza. Kamu turun dari mobil reza lalu melambaikan tangan pada reza dan berlari kerumah karena hujan..

**

“Dinda, ngapain malem malem kerumahku?” Tanya bisma kaget karena dinda ada dihadapannya sekarang, dinda langsung memeluk bisma.
“Kamu kenapa?” tanya bisma..

___

“Apa AS?” tanya bisma.
“Iya bis. Aku disuruh mama ku kesana.” Ucap dinda.
“Ngapain? Pindah gitu?” tanya bisma lagi, lalu dinda menggeleng. Dinda mengeluarkan amplop yang diberikan mamanya tadi kepada bisma. Bisma membuka lalu membacanya, begitu terkejutnya dia setelah membaca apa isi dalam amplop itu.
“Kamu sakit?” tanya bisma, dan dinda mengangguk.
“Kenapa nggak pernah cerita sama aku?” tanya bisma.
“Aku aja juga baru tau tadi siang bis.” Jelas dinda.
“Terus?” tanya bisma.
“Mamaku minta aku ke AS buat ngejalanin pengobatan disana, karena di Indonesia Teknologi kedokteran belum secanggih disana.” Jelas dinda.
“Yaudah, ikutin aja mau mama kamu. Itukan demi kebaikan kamu din.” Ucap bisma.
“Bis. Aku butuh temen disana.” Dinda memegang tangan bisma erat.
“Aku tadi bilang sama mamaku, kalau aku nggak mau pergi kesana. Karena aku nggak mau jauh jauh dari kamu, bis.” Sambung dinda lagi.
“Kamu ngomong apa sih? Aku nggak mungkin pindah kesana. Aku suka di Indonesia.” Ucap bisma.
“Aku mohon bis. Setelah itu kita pulang. Kamu sekolah disana juga.” Mohon dinda.
“Nggak bisa gitu juga din.” Ucap bisma melepas tangan dinda dari tanganmu.
“Kenapa? Masalah orang tua kamu ya?” tanya dinda.
“Bukan. Kalau orang tua, orang tua mungkin akan suka kalau aku mau sekolah di Luar Negri karena itu memang cita cita mereka, tapi…”
“(sebutnamakamu)?” tanya dinda. Dan bisma mengangguk.
“Kamu disana juga bakal lupain dia bis, kamu disana bisa belajar buat ngelupain cewek itu. Dan memulai lembaran baru. Aku mohon bisma.” kata dinda. Bisma menatap dinda dengan tatapan bingung lalu dia menatap kedepan.
“Bakal aku pikirin lagi, din.” Ucap bisma tersenyum pada dinda, bisma lalu menarik kepala dinda dan menyandarkan dipundaknya.
“Kamu jaga kesehatan ya.” Kata bisma. dinda tersenyum dan mengangguk, dia senang sekali, mendapat perlakuan seperti ini dari bisma..

**

Kamu masih terjaga disaat tengah malam. Kamu menatap fotomu dengan bisma, dan menatap fotomu dengan reza juga.
“Kenapa ya, bisma jadi serumit ini.” Ucapmu.
“Mungkin gak kalau, kalau.. jodohku itu bisma?” sambungmu lagi.
“Ah ngomong apa sih aku. Aku udah punya reza juga. sadar (sebutnamakamusendiri) kamu nggak boleh plinpan.” Ucapmu.
“Hm, tapi…”

__

Bisma masih terjaga dan belum tidur, dia masih memikirkan perkataan dinda tadi. Apa yang dikatakan dinda memang ada benarnya juga. Seharusnya bisma tak terus menerus terpuruk seperti ini, hanya karena menunggu cintamu.
“Apa yang akan terjadi apabila aku berpamitan pada (sebutnamakamu)?” batin bisma.
“haha, manamungkin dia peduli padaku.” Sambung bisma lagi, bisma menghela nafas panjang lalu memeluk gulingnya.
“Mungkin itu yang terbaik.” Ucap bisma lirih…

**

“From : Bisma.
Nanti Malam, aku tunggu di taman biasa. Jam setengah tujuh yah. Usahain datang, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Lebih dari sekedar penting.”
Kamu mendapat sms dari bisma pada saat pulang sekolah. Dan tak lama kemudian kamu melihat bisma bergandengan tangan dengan dinda keluar sekolah.
“Huh..” desismu kesal.
“Apa yang bisma mau omongin yah.” Pikirmu.
Kamu melihat reza melambaikan tangannya didepan gerbang sekolahmu, kamu segera menghapus sms dari bisma lalu memasukkan ponselmu kesaku rokmu.
“Cepet banget jja.” Katamu.
“Hehe iya dong. Eh, kemana dulu gitu yuks.” Kata reza.
“Kemana jja emang kamu maunya?” tanyamu.
“Ke situ patenggang aja.” Kata reza.
“Eh? Siang siang gini? Emang nggak takut kalau entar disana hujan. Kan sampainya pasti sore jja.” Ucap reza.
“Nggak ah, langitnya gak mendung mendung amat. Yuks berangkat keburu kemaleman ntar pulangnya.” Ucap reza menarik tanganmu..

**

“Aaaaaah.” Kamu berteriak diatas batang pohon yang lumayan besar namun sudah tumbang yang langsung menghadap pada danau sambil merentangkan tanganmu. Kamu sangat merindukan suasana damai seperti ini.
“Suka?” tanya reza dan reza memelukmu dari belakang menaruh kepalanya dipundakmu. Kamu mengangguk sambil tersenyum.
“Kalau suka, aku bakal sering sering ajak kamu kesini deh.” Kata reza memejamkan matanya.
“Hehe, ya sokatuh kalau kamu nggak capek nyupir haha.” Jawabmu.
“Oh ya (sebutnamakamu), aku mau bilang sesuatu.” Kata reza. Reza memutar badanmu agar menghadapnya.
“Tutup mata kamu dulu dong.” Suruh Reza.
“Hah? Tapi kamu nggak mau ngapa ngapain aku kan jja?” tanyamu polos.
“Haha, ya nggaklah. Emang aku cowok apaan.” Kata reza.
Kamu lalu menutup matamu perlahan. Setelah itu Reza mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya, lalu membukanya.
“Sekarang buka mata kamu.” Kata reza. Perlahan kamu membuka matamu. Reza tengah tersenyum memegang sebuah cincin dan tanganmu.
“Aku pengen. Kamu jadi milikku selamanya.” Ucap reza.
“Bersamalah denganku, untuk selama lamanya. Dan kita akan tunangan dulu. Sebelum kita menikah nanti.” Ucap reza.
“Eja, kita masih kecil. Aku masih SMA, kamu juga baru kelas duabelas kan.” Katamu.
“Aku nggak peduli. Aku Cuma nggak mau kehilangan kamu.” Ucap reza.
“Pakai cincin ini, ini symbol bahwa kamu tak akan pernah meninggalkanku.” Sambung reza lagi.

Tibatiba jantungmu berdebar begitu cepat. Dan kamu langsung teringat bisma..

“Aku pakaiin ya.” Ucap reza, perlahan dia memasukkan cincin itu pada jemarimu.
“Bisma.” batinmu. Baru sampai pertengahan, kamu menarik cincin dari reza.
“Jja, maafin aku.” Katamu pelan dan menunduk. Reza kaget dengan apa yang kamu lakukan. Apa ini berati kamu tidak bisa bersamanya?
“Kamu kenapa?” tanya reza.
“Aku.. aku…” kamu bingung mau jawab apa, reza menatapmu begitu serius.
“Kenapa? Jangan bilang kamu nggak bisa samasama aku?” tanya reza.
“Nggak jja,bukan gitu. Aku.. aku, aku Cuma belum siap aja, nerima apa yang kamu kasih buat aku.” Ucapmu “Masih banyak kemungkinan yang akan kita lewati nanti jja.” Katamu. “Mending cincinnya kamu simpen dulu aja. Buat nanti kalau aku sudah benar benar siap.” Jawabmu.
“Huh, kukira, kamu akan meninggalkanku.” Ucap reza memelukmu.
“baiklah kalau itu mau kamu. Akan aku lakukan. Demi kamu.” Sambung reza lagi masih tetap memelukmu…

**

“Mendung, masa tetep mau ketemuan sih.” Ucapmu. Kamu melihat jam dinding sudah jam setengah tujuh. Diluar berangin. Kamu mengambil sweatermu.
“Huh. Aku nggak mau ngulangin kesalahan lagi. Aku bakal ketemu bisma.” ucapmu lalu pergi ketaman, dimana kamu dan bisma sudah berjanji untuk bertemu disana..

Sesampainya disana, kamu sudah melihat bisma duduk dibangku. Kamu berjalan menghampirinya.

“Maaf bisma, udah buat kamu nunggu.” Ucapmu lalu duduk disampingmu.
“udah biasa kok nungguin kamu.” Balas bisma tersenyum dan kamu tertawa kecil.
“Kenapa bis? Tumben pengen ketemu?” tanyamu.
Bisma bingung ingin memulai darimana untuk mengatakan bahwa dia memutuskan akan menemani dinda ke AS.
“Dinda sakit.” Ucap bisma tibatiba.
“Benarkah? Dia sakit? Parah?” tanyamu.
“Dia punya tumor ganas disekitar paru parunya.” Jawab bisma.
“Ooh. Lalu apa hubungannya denganku, bis?” tanyamu.
“Dan dia akan berobat ke AS.” Ucap bisma “Lalu, aku akan menemaninya.” Sambung bisma lagi. Mendengar itu hatimu terasa sangat sangat sakit. Bisma akan meninggalkanmu demi dinda?
“Be berapa lama kamu disana?” tanyamu pelan.
“Mungkin aku akan pidah disana, bersama dinda.” DEG!
Kamu menatap bisma dengan tatapan sedih. Air matamu keluar sedikit demi sedikit dan akhirnya menetes. Bisma tak berani menatapmu.
“Bisma, kamu mau ninggalin aku?” tanyamu dengan suara yang sudah serak. Bisma tau kamu menangis ketika mendengar suaramu, dan bisma tetap tak mau melihatmu, dia menunduk dan dia mengangguk.
“Bisma. kamu tega sekali.” Sambungmu lagi.
“Maafin aku. Tapi ini pilihanku.” Ucap bisma lagi.
“Lihat aku bisma!” teriakmu pada bisma. kamu berdiri dihadapan bisma yang sedang duduk. Bisma mengangkat kepalanya dan melihatmu.
“Kamu harus gantian ngertiin aku dong, aku udah ngertiin kamu selama ini. Kali ini aku mohon.” Ucap bisma ikut berdiri.
“Nggak. Aku nggak akan pernah ngertiin kamu, kali ini.” Ucapmu.
“Kenapa? Kamu egois?!” kata bisma.
“Aku egois karena aku nggak mau kehilangan kamu bisma!” ucapmu.
Bisma diam, dia hanya menatapmu.
“Sudahlah, aku tetap akan pergi. Tujuan kesini aku Cuma ingin bilang itu aja, aku akan pergi bulan depan.” Kata bisma.
“Aku pergi.” Sambung bisma lagi “Kamu cepet pulang, mau hujan.” Kata bisma.
“Aku nggak akan pergi dari tempat ini.” Jawabmu.
“terserah kamulah. Aku capek sama kamu. Hentikan sampai dari sini permainanmu. Kalau kamu memang mencintaiku, tinggalkan reza dan pergi padaku.” Ucap bisma meninggalkanmu.

Dan saat itu juga, hujan turun langsung deras. Bukannya pergi kamu malah duduk dibangku, membiarkan hujan mengguyur tubuhmu, membiarkan air matamu tertutupi oleh hujan.
Bisma sudah sampai luar taman, namun ketika dia menoleh kebelakang dia tidak melihatmu, padahal hujan. Bisma lewat pinggiran jalan karena ada pepohonan agar tidak begitu terkena hujan. Dan bisma kembali ketaman.
Bisma terkejut melihatmu masih duduk dan menangis disana, pikir bisma apa kamu benar benar tak ingin dia meninggalkanmu.

Bisma berlari menghampirimu, bisma lalu menarik tanganmu agar berdiri.
“Kamu apa apaan sih?!” bentak bisma. Dan kamu diam menangis.
“Kamu jangan kayak gini. Aku mohon. Jangan siksa aku terus seperti ini, karena ke egoisan perasaanmu sendiri.” Ucap bisma. lalu hening… hanya terdengar suara air hujan yang turun..
“Kamu jangan seperti ini.” Ucap bisma sekali lagi. Dia melangkah mendekatimu, lalu memeluk tubuhmu yang sudah basah kuyup, begitu pula dengan bisma.
“Jangan pergi bisma.” kamu meremas baju bisma menahan tangis yang pada akhirnya tidak bisa kamu tahan juga.
“Maafin aku..” Ucap bisma…
 Jangan pergi bisma.” kamu meremas baju bisma menahan tangis yang pada akhirnya tidak bisa kamu tahan juga.
“Maafin aku..” Ucap bisma…


“Kali ini, aku nggak akan maafin kamu bisma, aku nggak akan.” Ucapmu masih menangis. Kamu sama sekali tidak membalas pelukan bisma, kamu hanya meremas pakaian bisma.
“Toh kamu juga udah bahagia kan dengan pilihanmu sendiri, reza. Sekarang biarin aku yang milih apa yang ingin aku pilih. Dan aku senang dengan apa yang aku pilih.” Ucap bisma.
Kamu melepaskan dirimu dari pelukan bisma, lalu menatap tajam bisma.
“Benarkah, kamu bahagia dengan pilihanmu sekarang?” tanyamu pada bisma. Bisma menunduk lalu dia mengangguk.
“Liat aku bisma, sejak kapan kamu takut liat aku?!” bentakmu.
“Apa lagi? Apa kamu gak denger? Kamu tuli apa pura pura tuli,ha!” bentak bisma balik. Kamu kaget dan langsung terdiam. Wajah bisma memerah di bawah guyuran air hujan.
“Apa kurang lama kita bersama sama? Apa itu kurang buat kamu? Apa kamu masih mau liat aku tersiksa gara gara perasaanku kekamu?” sambung bisma lagi. Kamu terdiam dan menunduk. Kamu benar benar tak tau harus bagaimana lagi untuk menahan bisma, agar dia tetap disisimu.
Bisma menghela nafas panjang lalu dia memegang pundakmu.
“Kalau emang kita ditakdirkan buat bersama, kita akan bertemu nanti.” Ucap bisma melembut.
“Tinggal tunggu Tuhan menentukan waktunya aja.” Sambung bisma.
“Sekarang kita pulang.” Ucap bisma lagi. Bisma menggandengmu dan menarik tanganmu, namun kamu hendak bergerak dari tempatmu.
“Pergilah” ucapmu tanpa melihat bisma.
“Nggak bisa gitu. Kamu disini karena aku. Kamu berati tanggung jawabku.” Jawab bisma.
“Tinggalin aku, bisma!” suruhmu. Bisma kembali mencoba mengambil tanganmu, namun kamu menghindarinya.
“Pergilah. Tinggalkan aku sendiri disini. Gak usah khawatir. Aku akan baik baik aja.” Jawabmu. Bisma melihat bibirmu yang bergetar tanda kamu sangat kedinginan. Bisma memilih tidak pergi dan tetap berdiri dihadapanmu.
“Aku akan pergi, kalau kamu mau pergi.” Ucap bisma.
“Kita akan hujan hujan disini.” Bisma duduk dibangku lalu menarik tanganmu agar kamu duduk disampingnya.
“Nanti kamu sakit.” Ucapmu singkat menunduk.
“Nanti kamu juga sakit. Jadi kita sama sama sakitnya, impaskan?” balas bisma.

Kamu menghela nafas kesal karena kelakuan bisma. Dia mampu membuatmu menangis takut kehilangan dia, namun dia juga mampu membuat hatimu merasa nyaman saat ini.
Kamu dan bisma terdiam dalam keheningan. Hujan pun semakin lama semakin reda, dan kamu juga bisma masih duduk dibangku.
“Sudah redakan? Kalau gitu kita pulang.” Ucap bisma. Bisma lalu berdiri dan berjalan dihadapanmu mengulurkan tangannya, dengan maksut membantumu berdiri.
“A aku, aku ma masih ing ingin di disini.” Ucapmu terbata bata karena tubuhmu menggigil kedinginan
“Huuh.” Bisma menghela nafas kesalnya.
“Mau sampai kapan kamu akan disini?” tanya bisma.
“Sampai kamu mengatakan, kalau kamu nggak akan pergi meninggalkanku.” Bisma tercengang mendengar perkataanmu,dia sangat kaget kamu bisa berbuat nekat seperti itu.
“Aku Cuma nunggu itu kok bis, kalau kamu mau pulang, silahkan. Gak ada yang ngelarang.” Sambungmu.
“Baiklah, aku akan pergi karena aku nggak akan pernah mengatakan apa yang kamu ingin aku katakan.” Ucap bisma.
“Aku harap kamu mengerti.” Sambung bisma. Bisma memutar tubuhnya dan membelakangimu. Dia lalu berjalan menjauh. Seiringan dengan itu, air matamu menetes, dan begitu juga air mata bisma, kalian akan benar benar berpisah...

**

“Kok kamu bisa sakit kayak gini sih? Mana demam lagi, kamu hujan hujan?” Reza menidurkanmu  di tempat tidur, karena hari ini kamu pingsan disekolah. Dan reza yang menjemputmu.
“Eja, aku nggak papa kok.” Ucapmu.
“Aku cek dulu suhu kamu. Buka mulut kamu.”suruh reza namun kamu menggeleng.
“Eja, aku nggak papa. Kamu nggak usah berlebihan deh.” Tolakmu.
“Kali ini kamu harus nurut.” Kata reza.
Kamu sudah tidak bisa lagi membantah perkataan reza, akhirnya kamu membuka mulutmu dan reza memasukkan termometernya.
Selang beberapa menit, reza melepaskannya dan melihat suhu yang tercantum di termometer itu.
“Panas.! 38!” ucap reza.
“Ah paling aku Cuma kecapekan aja, mending kamu pulang atau nerusin sekolah sana jja, aku baik baik aja kok.” Ucapmu.
“Aku bukan orang yang tega ninggalin pacarnya yang sedang sakit.” Ucap reza mengusap rambutmu. Ketika reza mengusap rambutmu dan tersenyum melihatmu. Kamu malah terlihat begitu sedih mengingat apa yang sedang kamu rasakan sekarang. Kamu tidak bisa membohongi hatimu sendiri bahwa kamu lebih membutuhkan dan menyayangi bisma, bukan reza.
Kamu menyentuh tangan reza yang berada dirambutmu.
“Kenapa?” tanya reza.
“Jja, kalau seandainya aku pergi. Kamu gimana?” tanyamu.
“Aku juga ikut kamu pergi.” Jawab reza.
“Tapi, kalau kamu gak boleh ikut pergi dan aku harus pergi?” tanyamu lagi.
“Aku akan tetap pergi bersamamu. Kemanapun kamu pergi.” Jawab reza.
“Ada apa? Sambung reza dan kamu menjawabnya dan sebuah gelengan.
“Istirahatah. Aku akan kembali kesini nanti.” Ucap reza lalu mencium keningmu lalu berdiri hendak meninggalkanmu, saat itu bibimu datang.
“Bi, kalau ada apa apa, telfon saya ya. Nomor saya sudah saya tinggalkan di dekat telepon rumah.” Pesan reza. Bibimu mengangguk lalu reza berpamitan denganmu untuk pulang..

**

Bisma begitu gelisah mendengar keadaanmu yang sedang sakit. Bisma sekarang bersama dinda dirumah dinda. Dinda memperkenalkan bisma pada mamanya. Dan mama dinda sangat menyukai bisma.
Sedari tadi bisma hanya mengetuk ngetukkan kakinya di tanah sambil melihat arloji di pergelangan tangannya.
“Bisma, ada yang salah?” tanya dinda. Dinda menaruh kepalanya di dada bisma.
“Ha?” tanya bisma.
“Kamu kenapa, kok kayak gelisah gitu?” tanya dinda. Bisma melihat dinda yang begitu khawatir dengannya, tangan bisma kemudian mengusap rambut dinda dan bisma mnghela nafas panjang.
“Gak ada yang perlu dikhawatirkan.” Ucap bisma lembut. Dinda tersenyum lega tangan dinda lalu memeluk pinggang bisma.
“Bisma, katakan padaku sekali lagi, kamu nggak akan berubah pikiran kan buat nemenin aku ke AS?” tanya dinda. Kepalanya mendongak melihat bisma.
“Aku nggak akan berubah pikiran dinda.” Ucap bisma lembut namun tegas. Dinda kembali tersenyum lalu tiba tiba dinda mencium pipi bisma dan membuat bisma sempat tersentak.
“Makasih.” Ucap dinda kembali meletakkan kepalanya di dada bisma.
Dinda bisa merasakan detak jantung bisma yang tak beraturan, dinda tau bisma sedang gelisah. Dinda sebenarnya masih curiga dengan bisma.
“Sebenarnya, apa yang sedang kamu pikirkan bisma~” ucap dinda dalam hati.

Tiba tiba saja ponsel bisma berbunyi. Bisma mengmbil dari sakunya membuat dinda dengan terpaksa harus mengangkat kepalannya dari dada bisma.
“Bibinya (sebutnamakamu)?” batin bisma bingung. Bisma ragu mau mengangkat telpon ini karena ada dinda disampingnya lalu bisma memilih untuk mematikannya. Baru beberapa detik dimatikan bibimu menelpon bisma lagi. Membuat dinda bingung kenapa bisma tak mau mengangkat telponnya.
“Jangan di reject. Sepertinya penting. Angkat bisma.” Ucap dinda. Bisma melihat dinda lalu kembali melihat ponselnya. Dengan ragu dia mengangkat telfon dan saat bisma menempelkan ponselnya ditelinganya terdengar suara nafas yang tersengal sengal.
“Den bisma. Den bisma bisa kesini sekarang? Non (Sebutnamakamu) suhu badannya panas sekali dan dari tadi... dari tadi dia mengigau memanggil nama den bisma, bibi khawatir den. Disini hanya ada bibi.” Mendengar itu bisma langsung berdiri dan menutup telponnnya.
“Ada apa bisma?” tanya dinda.
“Aku harus pergi, sekarang.” Ucap bisma mulai melangkahkan kakinya. Dinda menahan tangan bisma.
“Aku ikut. Kemana pun kamu akan pergi sekarang.” Ucap dinda.
“Terserahlah.” Bisma mulai melangkahkan kakinya dengan cepat menuju mobilnya dikuti dinda..

__

Dinda bingung ketika mobil bisma berhenti didepan rumahmu. Belum sempat dinda bertanya pada bisma, bisma sudah keluar dari mobilnya dengan tergesa gesa. Dinda mengikuti bisma dan masuk kedalam rumah. Bisma yang sudah tau detail rumah kamu, dia langsung menuju kamarmu dan saat itu juga mata dinda terbelalak kaget melihat ternyata bisma sedari tadi mengkhawatirkanmu. Dinda masih mematung melihat bisma yang sekarang duduk ditepi ranjangmu. Mendengarmu memanggil memanggil nama bisma.
“Bisma, jangan pergi. Jangan tinggalin aku. Aku butuh kamu.” Kamu menginggau seperti itu.
Bisma menyentuh pipimu yang suhunya begitu panas. Lalu bisma menunduk dan mendekatkan bibirnya pada telingamu.
“Kamu kenapa? Bisma disini.” Ucap bisma.
Perlahan kamu membuka matamu, sedikit demi sedikit kamu mampu melihat jelas siapa yang berada di depanmu sekarang.
“Bisma~” ucapmu lirih. Kamu langsung memeluk bisma sangat erat sambil menangis namun tanpa suara, kamu hanya tak ingin jauh jauh dari bisma.
Dinda hendak melangkahkan kakinya, dia menangis melihat bisma denganmu seperti itu. Namun langkahnya dihentikkan oleh seseorang, dan orang  itu membawa dinda pergi dari situ.

“Lepas! Apa yang kamu lakukan. Dan siapa kamu?!” teriak dinda ketika orang itu membawa dinda ke taman belakang rumahmu. Setelah lepas dari tangan orang itu, dinda ingin kembali kedalam rumah namun orang itu menahan tangan dinda.
“Aku pacar dia.” Kata orang itu. Dinda sempat mengingat nama orang yang menjadi pacarmu karena bisma sering menceritaknnya.
“Reza?” dan orang itu mengangguk..

“Jangan pikirin aku lagi. Kamu jadi sakit kan.” Ucap bisma.
“Apa pedulimu?!” ucapmu, kamu masih tetap memeluk bisma.
“Manamungkin aku sampai disini jika aku tidak peduli denganmu.” Ucap bisma.
“Jika kamu peduli. Tetaplah disini bersamaku.” Katamu.
“Aku tidak bisa. Aku sudah bilang  pada dinda, aku akan menemaninya jangan paksa aku untuk berkorban lagi demi kamu.” Bisma melepas pelukanmu.
“Bisma. Aku mencintaimu.” Itulah yang terlontar dari mulutmu. Kata kata yang bisa tunggu dari dulu dan kini pada akhirnya terlontar dari mulutmu.
Bisma tak berkata apapun, dia hanya melihatmu. Kamu menunduk karena takut apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Bu bukankah, kamu juga mencintaiku?” tanyamu pelan.
“Aku memang mencintaimu, dulu.” Ucap bisma, kamu menatap bisma hingga mata kalian saling bertemu.
“Jadi sekarang?” bisma memegang  tanganmu.
“Kamu sudah punya reza, jangan sakiti hati orang lagi. Cukup aku, dan dicky.” Ucap bisma. “Sayangi reza seperti dulu lagi. Dia amat menyangimu. Lupakan aku.” Sambung bisma
“Aku akan mengatakan pada reza, aku akan mengatakan bahwa aku mencin....” ucapanmu terpotong ketika bisma kembali memelukmu.
“Hentikan. Aku tidak akan merubah pikiranku lagi untuk tetap disini. Aku akan pergi.” Dan air matamu menetes di baju bisma. Kamu memeluk bisma dengan erat.
“Kita akan bertemu kembali, kalau memang kita di takdirkan untuk bersama.” Bisik bisma...

“Tapi aku bukan kamu za. Aku bukan orang kuat kaya kamu.” Ucap dinda menangis.
“Aku mohon, tinggalkan bisma untuk (sebutnamakamu), apa kamu tega melihat bisma tersiksa menahan rasa cintannya?” ucap reza.
“Kenapa kamu rela za?” tanya dinda balik.
“Karena aku mencintainya. Aku ingin dia bahagia. Bukan tersiksa.”ucap reza.
“Aku memang bisa memiliki dia, tapi nggak sepenuhnya, aku tidak bisa memiliki hatinya. Karena dia tak ingin aku memiliki hatinya.” Kata reza. Dinda mencoba meresapi perkataan reza. Mungkin nasib dinda dan reza sama, mereka harus sama sama belajar untuk mengikhlaskan sesuatu.
“Aku pergi.”tibatiba dinda berdiri.
“Tolong pikirkan baik baik.” Ucap reza, dinda mengangguk dan dia pergi dari sana secepat mungkin..

**

2 hari berlalu..

Selama dua hari itu kamu tidak ingin menemui siapa siapa kecuali mamamu. Bahkan kamu tak ingin menemui reza dan bisma.
“Mah udah selesei urusan paspor sama visanya?” tanyamu pada mamamu.
“Sudah sayang, apa kamu yakin. Mau pergi dari sini?” tanya mamamu, dan kamu mengangguk.
“Mah, aku mohon sama mama. Kalau ada yang tanya aku dimana, jangan di jawab. Aku ingin melupakan semuanya disana. Aku ingin memulai lembaran baru disana. “ ucapmu.
“Kalau itu mau kamu, mama akan turuti. Ini alamat hotel budhe. Kamu langsung kesana saja setelah sampai.” Ucap mamamu.
“Baiklah mah. Aku mau beres beres dulu.” Ucapmu lalu masuk kekamar mengemasi barang barangmu..

Dinda sudah berada dibandara international soetta untuk jadwal penerbangan ke AS. Dinda memutuskan untuk pergi sendiri tanpa bisma. Bisma belum mengetahui hal ini. Dinda berencana akan memberi tau bisma ketika dia akan berangkat nanti.
“Sayang 15 menit lagi, pesawat akan take off.” Ucap mama dinda.
Dinda merogoh sakunya mengambil ponsel, lalu dia menelpon bisma.
Tuttt.....tuttt...
“Halo.” Terdengar suara bisma disebrang telepon, membuat dinda tak tahan untuk tidak meneteskan air matanya.
“Bi bisma.” Ucap dinda.
“Dinda? Kenapa? Kamu nangis?” tanya bisma.
“Tidak. Bisma malam ini juga aku berangkat ke AS. Aku berangkat sendiri saja, tanpamu.” Ucap dinda.
“Apa katamu?” terdengar suara bisma yang begitu terkejut disebrang sana.
“Jangan pikirkan aku, aku akan baik baik saja. Lebih baik kamu pikirkan hatimu sendiri.” Ucap dinda menahan tangisnya.
“Dind..”
“Bisma. Kamu santai saja. Aku nggak papa kok. Ntar aku bakal nemuin kamu setelah aku sembuh.” Ucap dinda “Dan yang jelas aku sudah akan punya pacar yang benar benar mencintaiku.” Ucap dinda dengan suara serak, saat itu juga bisma tau dinda menangis.
“Aku akan menyusulmu.” Ucap bisma.
“Tidak perlu. Jaga dia ya bisma.” Dan dinda memotong telponnya. Dinda menangis sesegukan kemudian dia mematikan ponselnya.
“Selamat tinggal, bisma.” Ucap dinda lirih..

**

Pagi ini, bisma berniat kerumahmu untuk menceritakan semuanya padamu. Bisma sangat bersemangat pagi ini. Dia ingin benar benar mengungkapkan perasaan yang sesungguhnya padamu. Sebelum kerumahmu, bisma memesan sebucket bunga mawar putih.
“Semoga, hari ini aku beruntung.” Ucap bisma.

Bisma mengerem sepeda ontelnya di depan rumahmu. Dia tersenyum bersemangat memasuki pekarangan rumahmu, dan dengan semangat juga, bisma mengetuk pintu.
Terlihat bibimu membukakan pintu untuk bisma.
“Selamat pagi bi.” Sapa bisma.
“Eh den bisma, nyari siapa den?” tanya bibimu.
“Saya kalau kesini jelas mencari (Sebutnamakamu)” ucap bisma tersenyum.
“Loh? Den belum tau. Non kan mau pergi. Baru saja non pergi.”
“Kemana?”
“Gaktau den. Bibi Cuma dititipin ini kalau den bisma nyari non, kata non sih.” Ucap bibi lalu menyerahkan sepucuk surat untuk bisma. Bibi lalu pergi kedalam rumah dan bisma duduk diteras sambil membuka suratnya.
“Bisma~~
Yang jelas,  waktu kamu buka surat ini. Kamu mencariku bukan? Hehe.
Bismaa, maafin aku ya. Aku pergi gak bilang bilang dulu. Aku mau pergi jauuuh banget, aku mau ninggalin kamu sama halnya kamu mau ninggalin aku~ Kamu nggak perlu tau aku ada dimana. Karena seperti katamu, kita akan bertemu kembali, jika memang kita di takdirkan untuk bersama. Bisma~ aku akan sangat amat begitu merindukanmu. Aku harap kita akan bertemu kembali, enta kita sudah menjadi apa, dan dengan siapa kita akan bergandengan tangan nanti. Selamat tinggal bisma, dan semoga kita bisa bertemu kelak.”
Bisma melihat frustasi surat  tersebut, bisma menangis meremas bunga yang dia bawa. Dia berdiri penuh dengan emosi. Dan saat itu juga reza datang, reza juga memasang wajah panik.
“Dimana dia? Dimana (Sebutnamakamu)?” ucap reza panik.
Bisma menunjukkan surat itu pada reza,reza kaget karena dia mendapatkan surat yang sama, ya sama persis, isinya pun juga sama.
“Dia meninggalkan kita.” Ucap bisma pergi menjatuhkan bunga yang  harus dia berikan padamu...

“Dimana dia? Dimana (Sebutnamakamu)?” ucap reza panik.
Bisma menunjukkan surat itu pada reza,reza kaget karena dia mendapatkan surat yang sama, ya sama persis, isinya pun juga sama.
“Dia meninggalkan kita.” Ucap bisma pergi menjatuhkan bunga yang  harus dia berikan padamu...

5 Tahun kemudian...

Dinda berjalan di lorong rumah sakit AS. Hari ini dia ada check up yang harus dia jalani. Walaupun sudah sembuh selama beberapa tahun yang lalu, dinda harus rajin rajin untuk check up.
“Excuse me miss. I just wanna meet my doctor,  is he there?” ucap dinda sambil memberikan katu identitas dan mengatakan keperluan datang kerumah sakit.
“Dr. William not coming today. But his assisten can help you maybe. Do want meet him?” tanya suster.
“Really? But.... eoh oke. I will.” Ucap dinda setelah nampak berpikir lalu dia mau bertemu dengan asissten dokter william. Selang beberapa menit dinda menunggu, dinda dipersilahkan masuk oleh suster.
Dinda memasuki ruangan yang biasa dia kunjungi,  hanya saja kali ini akan ada dokter yang berbeda untuk memeriksa.
Dinda melihat dokter barunya itu sedang melihat lihat berkas, lalu dinda duduk didepan dokter tersebut.
“Miss dinda, right?” tanya dokter itu dan dia sama sekali belum melihat dinda.
“Yes. I heard you..........” mata dinda melotot tajam ketika sang dokter mengangkat kepalanya dan memperlihatkan seluruh wajahnya. Dia seperti mengenal siapa yang berada didepannya saat ini. Sedangkan sang dokter yang masih dengan santainya menulis beberapa di kart diagnosa dinda. Dinda masih melongo melihat wajah dokter tersebut.
“Are you, Dr. Dicky Prasetya?” akhirnya dinda mengeluarkan suaranya. Dokter tersebut menghentikan aktivitas menulisnya dan mengangkat wajahnya.
“How do u know? Is there my name at outside room?” tanyanya dokter tersebut.
“Kok, kamu bisa disini?” Dinda akhirnya menggunakan bahasa indonesia dan membuat dicky kaget, dicky masih melihat dinda lalu dia nampak mengingat ingat, siapa sebenarnya dinda itu..


**

“Budhe, aku bener bener capek hari ini. Kemarin aku nggak tidur karena mempersiapkan ini itu, memang siapa sih yang akan menyewa hotel kita,mana acaranya besar besaran lagi, dan tau gak budhe, asisten pribadinya yang mau ngadain tuh acara bawel banget, udah lakilaki tua bawel pula, huh.” Ucapmu mengeluh ketika kamu berada di ruang  office Hotel budhemu.
“Shut up.” Hanya itu yang dikatakan budhemu. Sekarang umurmu sudah beranjak dewasa, bukan anak SMA yang sering menangis dan manja. Namun sekarang kamu adalah seorang manager di hotel budhemu. Mengurus semua apa yang bersangkutan dengan hotel budhemu, yang berada korea selatan. Budhemu mendidikmu sangat keras dan disiplin, membuatmu hidup mandiri. Bahkan sekarang kamu memiliki rumah yang lumayan besar dan itu hasil kerja kerasmu selama ini.
“Just do what he want.” Ucap budhemu. Budhemu lalu menghampirimu lalu dia duduk disebelamu.
“Kamu harus bisa memaksimalkan untuk acara ini, ini acara besar. Dia adalah pengusaha kaya di Indonesia. Kalau kita bisa membuat dia puas, hotel kita akan di promosikan disana. So? Hotel kita nggak akan terkenal di korsel. But in another country.”
“I see.” Ucapmu manggut manggut.
“Dia akan landing disini pukul 6 sore nanti, hotel kita akan menjemputnya nanti. Kamu harus melayani dia sebisa kamu. Sekuat tenagamu. Kamu menjelaskan apa yang udah kita lakukan. Karena acaranya besok, budhe berharap banyak kekamu.” Ucap budhemu menepuk pundakmu.
Kamu menghela nafas panjang mendengar ocehan dari budhemu, kamu melihat jam yang melingakr dipergelangan tangan kirimu, dan waktu sudah menunjukkan pukul lima sore.
“Ohaha, i’ll see him. A monster! Aku akan melihat orang yang beraninya menyuruhku melakukan hal ini sendirian. Awas saja.” Batinmu lalu pergi meninggalkan ruangan.

18.00 waktu korea selatan.

Semua para pegawai sudah berjajar rapi menyambut kedatangan pengusaha besar dan kaya, budhemu pun sudah sangat sibuk menyiapkan beberapa hal ini itu, sedangkan kamu masih menunggu di kantor karena malas ingin bertemu. Kamu melihat jendela luar dan menunggu orang itu. Diluar sangat dingin karena ini adalah musim dingin disini.
Kamu melihat beberapa mobil datang, dan kamu berdiri dari sofa melihat dengan seksama siapa sebenarnya orang yang sudah benar benar membuatmu capek. Ketika mobil dibuka, seorang pria muda keluar dengan menggunakan kaca mata hitamnya, lalu dia melepaskan kaca mata hitam itu, pria tersebut tidak mengenakan jas hitamnya. Semakin dekat dia berjalan ke arah pintu masuk hotel, semakin jelas pula kamu dapat melihatnya.
“Ah?” Kamu mendesis pelan saat melihat pria itu semakin jelas, kamu memejamkan matamu dan seketika itu juga otakmu langsung kacau.
“Bi bi bisma....” lirihmu dan kembali ambruk duduk dihotel.
“Nggak, nggak mungkin dia bisma, apa yang dia lakukan disini? Apa yang akan terjadi jika dia melihat aku disini? Aku belum siap jika dia harus membenciku karena dulu aku... argh!” kamu menundukan kepalamu dan menaut nautkan jemari jemarimu.
“(sebutnamakamu) what are  u doing there? He’s coming. Coming out and meet him.” Perintah budhemu. Jantungmu berdetak tak karuan mendengarnya. Kamu meraba dadamu dan memegang identitas namamu yang ada diseragam kantor.
“Aku akan meninggalkan ini, aku harap bisma sudah tidak bisa mengenaliku lagi.” Ucapmu sambil melepas nama dadamu lalu pergi dengan ragu meninggalkan ruangan.

Kamu berjalan menuju ruang utama yang berada dihotel yang sudah kamu dekorasi untuk acara yang diminta oleh perusahaan bisma.
“Excuse me, may i help you?” tanyamu dibelakang bisma. Kamu memejamkan mata sambil menunduk karena takut bisma mengenalimu.
“Yes, you must help me to decorate again this room.” Ucap bisma tanpa membalikkan badan.
“What? But this room was very amazing.” Ucapmu sepontan karena bisma menginginkan ruangan ini didekorasi lagi.
“No, i just want more decorate, not to redecorate this room, understand?” ucap bisma masih tetap membelakangimu.
“Ne.” Jawabmu menggunakan bahasa korea karena saking kesalnya.
“And let me see my room.” Ucap bisma.
“Right. I’ll call our waitress for you.” Ucapmu.
“No, i dislike with waitress. Call the manager this hotel.” Ucap bisma.
“You have met manager in this hotel mister. This is me.” Ucapmu, bisma lalu memutar badannya dan berhadapan denganmu. Kamu menundukkan kepalamu.
“Are you sure? Haha, sorry i dont know. I’m bisma, bisma karisma.” Bisma mengulurkan tangannya dihadapanmu, namun kamu enggan menjawabnya, kamu mengangkat kepalamu dan menatap bisma lalu tersenyum terpaksa. Bisma nampak sedikit kaget dengan apa yang dia lihat, dia melirik nama dadamu, namun tidak ada disana.
“Who are you?” tanya bisma menyelidik...

**

“Kamu ternyata juga disini toh.” Dinda dan dicky duduk ditaman rumah sakit berdua.
“Iya dick. Aku disini mau berobat dan memulai hidup baru, aku nggak nyangka kamu juga disini.” Ucap dinda. “Dulu aku sering ngelihat kamu sama (sebutnamakamu) eh terus tibatiba kamu ngilang gitu aja.” Sambung dinda.
“Hehe iya, aku gak pamit sama kalian. Aku juga pergi buat memulai hidup baru disini, tapi tetep aja disini aku sendirian. Cuma sama papaku.” Jelas dicky.
“Aku baru lulus beberapa bulan yang lalu, terus aku langsung dapet kerjaan disini.” Sambung dicky.
“Hebat kamu dick. Bisa jadi dokter. Haha.” Ucap dinda.
“Iya dong, dan kamu tuh pasien ke...” dicky nampak berpikir lalu dia menghitung jarinya sendiri.
“Kamu pasien ke duapuluh aku. Masih banyak pasien yang belum percaya sepenuhnya sama aku. Pasti kamu juga pikir pikir dulukan tadi mau ketemu sama asisten dokter william?” tanya dicky menyelidik.
“Haha tau aja. Yaiyalah, namanya juga dokter baru. Mana ada yang langsung percaya.” Balas dinda dan dijawab dengan seuntai senyum dari dicky.
“Asiklah dapet temen.” Ucap dinda kembali.
“Emang kamu sekarang masih kuliah apa udah kerja?” tanya dicky.
“Aku desainer dick. Tapi nggak terkenal terkenal banget sih. Kan baru aja mulai usaha tahun lalu.” Ucap dinda.
“Hoho, semua emang butuh proses.” Ucap dicky...

**

“Let me show you where ur room, so u can take rest, sir.” Ucapmu pada bisma lalu berjalan meninggalkan bisma. Bisma berlari kecil lalu mensejajarkan langkahnya dengan langkahmu.
Sedari tadi bisma memperhatiknmu, dia terus memperhatikanmu.
“what’s ur name miss? You have name, right?” tanya bisma. Kamu bingung akan menjawab apa,namun ruangan yang kamu tuju menyelatmatkanmu.
“This is your room sir. Have a nice day.” Ucapmu tersenyum “And this is your key.” Sambungmu menyerahkan kunci itu namun bisma enggan menerimanya.
“Open it.” Suruh bisma.
“What?you can open it by yourself.” Tolakmu.
“Open-it.” Ucap bisma sekali lagi dengan nada menggertak. Kamu tak punya pilihan akhirnya kamu membukakan pintu ruangan itu. Ketika pintunya sudah tak terkunci lagi, kamu membuka pintunya, dan saat pintu membuka kamu didorong masuk oleh bisma lalu bisma menutup pintunya dan memojokkan kamu dipintu tadi.
“Who are you?” tanya bisma sekali lagi, bisma lebih mendekat kearahmu, menghimpitmu antara pintu dan tubuhnya.
“I’m... em..” kamu masih menunduk takut, tanganmu memegang dada bisma dengan maksut agar dia tak lebih memperdekat jarak diantara kalian.
“Do you know me, miss?” tanya bisma menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajahmu. Kamu tetap diam dan menunduk.
“I’ll kiss you, if you still to not speak.” Ancam bisma.
Kamu tetap diam dan menunduk, bisma geram lalu dia mengangkat dagumu melihat wajahmu sangat lekat dan dalam.
“what will u do sir? I want to go... please.” Kamu mendorong tubuh bisma pelan namun bisma seperti batu yang tidak dapat digeser. Bisma semakin mendekat dan menghimpit  tubuhmu, ketika hembusan nafas bisma sudah terasa disekujur wajahmu. Badanmu menjadi lemas,lututmu seakan tak bisa menopang tubuhmu. Wajah bisma semakin dekat dan...
“tok..tok.. excuse me, sir.” Kamu langsung mendorong tubuh bisma kasar hingga mampu membuat bisma mundur. Kamu langsung membuka pintunya.
“do all what he want, i will go, and dont call me.” Ucapmu gugup. “and one more, if he ask my name, you must say, my name is... em.. jesicca. Oke?” bisikmu.
“Sure miss.” Ucap pelayan itu lalu kamu tersenyum dan pergi meninggalkan tempat. Bisma masih tetap diam didalam kamar dan berpikir siapakah kamu sebenarnya.
“sir,  may i help you?” tanya pelayan tersebut.
“Eh, her name, who is she? Your manager.”tanya bisma.
“Oh, she is miss jesicca sir.” Jawaban pelayan itu membuat bisma sedikit terkejut dan merasa lega.
“Oke, you can go. I think that’s enough.”  Pelayan menundukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan bisma..

**

Sore ini semua orang hotel sibuk mempersiapkan acara bisma. Ini adalah acara launching produk dari perusahaan bisma yang didatangi oleh pengusaha pengsaha terkenal dikorea.
“I need partner.” Ucap bisma di ruang office kantor hotel.
“You can do it alone, sir.” Balasmu.
“Hm, jesicca. I just need partner to accompany me. I dont know much about korea. And i heard you korean peole, aren’t you?” ucap bisma padamu.
“Well.i will, sir.” Ucapmu pasrah. Bisma tersenyum lalu bisma menyuruhmu menggandeng tangannya. Kamu dengan ragu lalu menggandeng tangan bisma.
“You can speak korean languange, right? So teach me what must i say, if i meet another bussinesman.” Ucap bisma.
“Ha?” kamu tidak begitu fasih dalam berbahasa korea,walaupun kamu sudah bertahun tahun tinggal disini. Namun kamu selalu menggunakan bahasa inggris.
“Why you dont ask your friend to speak with english? Just say that! I dont need to teach you, sir.” Elakmu.
Bisma hanya melirikmu kesal lalu dia meninggalkanmu.
“Dont go anywhere,i still need you.miss jesicca.” Ucap bisma.
“Dia selalu menyebalkan.” Batinmu..

Acara pun dimulai. Semua tamu berdatangan, semua tamu ini adalah tamu penting. Para pelayan hotel melayani dengan maksimal. Sedangkan kamu mendampingi bisma layaknya seorang pasangan kekasih. Bisma memang membutuhkanmu sekarang. Tak henti hentinya kamu menunjukkan deretan gigi putih untuk menyapa orang orang yang menyapamu. Banyak sekali orang yang beranggapan bahwa kamu dan bisma adalah sepasang kekasih.
Acara benar benar dimulai. Produk perusahaan bisma mulai dikenalkan. Kamu melihat semua orang begitu serius melihatnya. Setelah selesei semua orang bertepuk tangan dengan sangat antusias begitu juga denganmu. Kamu melihat bisma tersenyum puas dan lepas,senyum seperti itu adalah senyum yang kamu pertama setelah bertahun tahun kamu tak melihat bisma. Kamu sudah merasa selesei dengan tugasmu dan kamu menjauhkan diri dari tempat itu.
“Waktunya pulang kerumah. Semua sudah beres.” Ucapmu mengambil jaketmu dan nama dadamu yang kamu letakan dimeja tadi lalu memasukkan di saku jaketmu. Diluar sangat dingin, dan masih seperti dulu. Apabila terlalu lama diluar, kakimu akan terasa linu dan tak bisa dibuat berjalan.

Bisma tak henti hentinya mengucapkan terimakasih dengan pengusaha pengusaha yang telah mendukung bisma. Namun mata bisma juga seperti mencari cari seseorang, siapa lagi kalau bukan kamu. Bagaimanapun bisma ingin berterimakasih denganmu, karena sudah membantunya. Bisma keluar ruangan lalu menuju ke lobby. Dan disaat itu juga bisma meihatmu keluar hotel. Bisma berjalan santai mengikutimu dari belakang.
“Mau kemana dia?” batin bisma. Karena ingin tahu, bisma lalu memanggilmu.
“Jessica. Jessica!” panggil bisma. Kamu berhenti berjalan lalu membalikkan badanmu.
“Sir?” tanyamu.
“Yes, you! I just wanna say thankyou for all you do to me.” Ucap bisma. Kamu tersenyum dan mengangguk. Saat itu juga ketika bisma melihatmu tersenyum bisma teringat dengan masa lalu, dengan kamu.
“I want you show me, where i can find some hot drink at there.” Ucap bisma menarik tanganmu..

Kamu dan bisma meminum kopi hangat dan duduk ditaman dekat hotel. Ini adalah ide yang sangat buruk untukmu, karena udara sangat dingin dan kakimu mulai sakit.
“Sir. I have to go now.” Ucapmu.
“Why? Where’s ur home?” tanya bisma. Kamu enggan menjawab dan kamu hendak berdiri dan benar , kakimu begitu sangat terasa sakit hingga kamu akan terjatuh. Kopimu sudah terjatuh, dan bisma yang menangkapmu.
“Argh!” erangmu karena kakimu begitu sakit. Bisma bisa merasakan ketika bisma menangkapmu. Ini memang benar benar seperti kamu yang dulu.
“Are you oke?” tanya bisma.
“I’m oke. Thanks sir.” Ucapmu melepas tangan bisma dari pingganmu, namun kamu terjatuh lagi hingga nama dada dari saku jaketmu terjatuh. Bisma melihatnya lalu mengambilnya dan bisma membacanya..
“(Sebutnamakamu)” ucap bisma. Bisma melihatmu yang masih jatuh dibawah. Lalu bisma berjongkok dihadapanmu.
“This is yours?” tanya bisma dengan nada serius. Kamu terdiam dan menunduk.
Bisma teringat bahwa kakimu juga tak tahan dengan dingin.
“Kamu siapa? Who are you?!!” teriak bisma didepan wajahmu.
Bisma mencengkeram kedua pundakmu.

“Look at me!” ucap bisma. Perlahan kamu melihat bisma. Kamu bisa melihat wajah bisma yang memerah, apalagi matanya.
“Bisma...” akhirnya kamu memanggil nama bisma dan kembali menunduk. Bisma tersentak mendengar kamu memanggilnya, suaramu masih seperti dulu ketika memanggil bisma.
“Maafkan aku.” Sambungmu lagi, dan kamu menangis, menangis karena takut bisma akan marah dan membencimu.
“Aku menemukanmu.” Ucap bisma. Bisma langsung memelukmu begitu erat dan air mata bisma jatuh perlahan dipipinya. Kalian berdua hening dan kamu membalas pelukan bisma. Begitu hangat dan begitu kamu rindukan..
“Aku menemukanmu.” Ucap bisma lagi, kamu mengangguk dipelukan bisma.
“Aku merindukanmu....” lirih bisma.

Selang beberapa menit, bisma melepaskan pelukanmu. Bisma lalu membantumu berdiri dan kembali menduudukanmu dibangku, bisma jongkok dihadapanmu lalu memegang kedua pipimu.
“Kamu, kamu ternyata baik baik aja.” Ucap bisma dan kamu mengangguk diiringi terseyum.
“Kamu, kamu apa kabar bisma?” tanyamu pelan.
“Aku? Aku hampir gila mencarimu (Sebutnamakamu)” ucap bisma.
“Aku.. aku minta maaf ya bisma. Aku kira dulu kamu benar benar akan pergi.” Ucapmu.
“Sebesar apapun aku kecewa denganmu, tapi aku nggak akan bisa marah sama kamu.” Ucap bisma.
“Kamu terlalu baik sama aku. Terlalu baik.” Ucapmu. Bisma lalu duduk disampingmu.
“Apa kamu tidak merindukanku?” tanya bisma memiringkan kepalanya agar bisa melihat wajahmu.

“Are you missing me, huh?” tanyamu tersenyum kecil dan menoleh ke bisma membuat wajah kalian sangat berdekatan. Kedua tangan bisma kembali memegang pipimu lalu sedikit memencet nya. Tibatiba bisma mencium bibirmu singkat.
“Yes. I miss you.” Ucap bisma. Bisma kemudian mencium bibirmu lagi.
“I really miss you.” Ucap bisma. Dan lagi, bisma mencium bibirmu.
“I really really miss you!” ucap bisma, bisma menyudahinya dan melepas kedua pipimu. Kamu lalu menarik tangan bisma agar wajah bisma mendekat dengan wajahmu, lalu..
“I miss you too.” Kamu mencium balik bibir bisma singkat, ketika hendak menjauh bisma malah menarikmu dan akhirnya bibir kalian kembali bertemu. Dan kali ini bukan ciuman singkat yang diberikan bisma.....

“I miss you too.” Kamu mencium balik bibir bisma singkat, ketika hendak menjauh bisma malah menarikmu dan akhirnya bibir kalian kembali bertemu. Dan kali ini bukan ciuman singkat yang diberikan bisma.....


Bisma melepas tautan nya dengan bibirmu, lalu dia langsung menghadap kedepan dan mengatur detak jantugnya. Begitu pula denganmu. Bisma senyum senyum gak jelas sambil mengambil tanganmu lalu memasukkannya di saku jasnya.

“Mau ikut pulang sama aku gak, sir?” tanyamu lirih menggoda bisma.
“Apa deh.” Ucap bisma menyenggolmu.
“Aku nggak nyangka kamu bisa sesukses ini bis. Dan bisa kesini pula, ini bener bener diluar dugaanku.” Katamu.
“Kamu kira ini hal yang ku rencanakan? Aku juga gak nyangka aku bisa nemuin kamu disini. Bodoh ya aku mau aja kamu tipu. Kamu jahat banget.” Ucap bisma.
“Loh? Berarti kan kamu yang mau ngelupain aku.” Balasmu.
“Iya.  Fisik kamu beda jauh sama kamu yang dulu.” Ucap bisma “Kamu tambah cantik, rambutmu tambah panjang, kamu juga tambah tinggi ditambah lagi kamu pakek sepatu hak tinggi, dan satu lagi... kamu tambah mulus :p” ucap bisma sambil tertawa kecil.
“Diiiihhh kan. Aku udah jadi orang korea sih. Jadi ya tambah mulus. Sorry ya :p” balasmu.
“Hmm, emang ada ya orang korea kalau musim dingin gak bisa jalan?:p” tanya bisma meledekmu.
“Ada kok.” Jawabmu.
“Benarkah? Siapa?” tanya bisma.
“This is me, sir.” Jawabmu sambil menjulurkan lidahmu.

Bisma tersenyum melihatmu yang menggodanya, perasaan bisma malam ini sudah tidak bisa diungkapkan dengan kata kata lagi, bisma begitu senang bisa bertemu kembali denganmu. Bisma begitu bersyukur bisa menemukanmu.
“Oh ya. Kan kamu orang korea katanya. Kalau begitu. Ajarin aku pakai bahasa korea coba?!” ucap bisma.
“Hah?” ulangmu. Kamu garuk garuk kepala lalu nampak berpikir.
“Anyong haseo hehe.” Ucapmu pada bisma sambil meringis.
“Beeh kalo itu mah aku udah tau. Halo.” Kata bisma sambil menjulurkan lidahnya.
“Yaudah kalau udah tau ngapain tanya coba!” katamu sambil memanyunkan bibirmu, namun sedetik kemudian kamu menatap bisma.

“Kalau gitu, aku aja yang kamu ajarin bahasa korea, gimana?”
“Kam gimana sih, orang yang udah tinggal disini lama kok malah belajar sama aku. Coba deh kamu tanya apa gitu ke aku, entar aku coba jawab.” Ucap bisma.
“yeojachingu?” Tanyamu pada bisma sambil menunjuk bisma.
“Yeojachingu? Yeojachinguku mah kamu.” Kata bisma sambil menaik turunkan alisnya.
“Ish bisma, aku kan bukan pacar kamu.” Ucapmu pada bisma menghadap kedepan.
“Oh, kalau gituu..” bisma mengambil lagi tangan kananmu yang ada disaku jas bisma lalu mengambil tangan kirimu.” Nae yeojachinguga doeeojullae? Would you be My girlfriend?”tanya bisma. Kamu spontan langsung menarik tanganmu dari genggaman bisma.

“Udah ah cukup becandaannya. Aku mau pulang, bisma.” Ucapmu.
“Aku ikut kamu pulang aja.” Balas bisma.
“Tidaaak. Jangan. Nggak boleh.” Ucapmu.
“Kenapa? Emang kamu bisa jalan?” tanya bisma melirik kakimu.
“Bisa kok.” Kamu perlahan berdiri namun saat berdiri kakimu masih sangat terasa sangat sakit. Bisma menahan tanganmu agar tidak terjatuh dan kamu kembali duduk.
“Masih mau pulang sendiri?” tanya bisma. Bisma kemudian berjongkok dihadapanmu dengan maksut akan menggendongmu. Peristiwa seperti ini sudah lama sekali tidak kamu jumpai, membuatmu menjadi canggung untuk naik ke punggung bisma.
Bisma sedikit menoleh. “Ini bukan kali pertamanya kan kamu naik keatas punggungku?” tanya bisma. Kamu menghela nafas setelah itu naik kepunggung bisma melingkarkan tanganmu dileher bisma dan menaruh kepalamu dipundak bisma.
“Hmm..  Rasanya masih sama.” Ucapmu,bisma hanya tersenyum dan fokus berjalan mengantarmu pulang.

**

“Ini rumah kamu?” tanya bisma.
“Iya.” Jawabmu. Bisma lalu meletakkan mu di sofa ruang tamu dan bisma duduk disampingmu, bola mata bisma berputar melihat isi isi rumahmu.
“Kamu sendiri disini?” tanya bisma sekali.
“Iya bisma.” Jawabmu lagi. “Bisma boleh minta tolong?” sambungmu lagi.
“Apa?” tanya bisma.
“Tolong ambilin salep di kotak itu dong.” Ucapmu sambil menunjuk kotak yang terpasang didekat kulkas. Bisma berdiri lalu mengambilkannya untukmu.
“Makasiih ya.” Jawabmu meraih salep yang dipegang bisma. Kamu mengoleskan salep itu dan bisma memperhatikanmu lalu dia tersenyum.

“Oh ya.” Ucap bisma tibatiba.
“Kenapa?” tanyamu masih fokus dengan kakimu.
“Kamu ingat dengan kata kata ini gak?” ucap bisma  “Kita akan bertemu kembali, jika kita memang ditakdirkan untuk bersama.” Sambung bisma. Kamu berhenti dengan aktivitasm namun masih menunduk. Bisma memandang kedepan.
“Kamu ingat? Itu kata kataku, lalu kata kata itu kamu selipkan di sepucuk surat yang kamu berikan padamu. Dan karena surat itu aku bertahan hingga sekarang.” Ungkap bisma.
“Apa kamu tau? Waktu itu aku tidak jadi pergi, aku kerumahmu. Namun kamu yang telah pergi meninggalkanku.” Ucap bisma menunduk lalu tersenyum kecil mengingat ingat masalalu kalian.
“Aku jadi ingat bagaimana kamu menangis menahanku agar tidak pergi. Namun saat aku benar benar tidak akan pergi, kamu malah yang sudah pergi.” Lanjut bisma kembali, bisma masih menunduk.
Kamu meletakkan salep dimeja dekat sofa lalu kamu bergeser duduk tepat disamping bisma. Kamu menghadap pada bisma sedangkan bisma menghadap kedepan. Kamu mengambil tangan bisma lalu menariknya dipahamu.
“Apa itu semua begitu sulit untuk kamu lalui, bisma?” tanyamu. Bisma menoleh memandangmu lalu dia tersenyum, dan dia memutar tubuhnya agar berhadapan denganmu. Tangan bisma terangkat lalu mengusap rambutmu pelan dan lembut.
“Ya. Sangat sulit.” Ucap bisma.  “Apalagi, ketika pikiran buruk menghampiriku, pikiran bahwa kenyataan nya kamu telah pergi dan tak akan kembali lagi, disisiku.” Ucap bisma.  Bisma kemudian menarikmu dalam pelukannya.
“Jangan pernah tinggalin aku lagi. Pulang ke Indonesia, bersamaku. Ku mohon.” Bisik bisma.
“Pulang?” tanyamu. Bisma melepas pelukannya lalu mencium puncak kepalamu.
“Stay with me. For now until end.” Lirih bisma..

**

7 Tahun berlalu...

Kamu duduk dibangku putih dekat sebuah sekolah dasar elit yang berada dikawasan bandung. Kakimu tak henti hentinya mengetuk ngetuk tanah. Dan ketika orang yang kamu tunggu datang kamu tersenyum. Kamu melambaikan tangan pada orang itu, namun ada yang aneh hari ini..
“Mamaa.” Kamu berjongkok dihadapan seorang anak laki laki kecil.
“Kamu bawa siapa, theo?” tanyamu bingung.
“Hehe, perkenalkan mamaku tersayang. Ini temen baruku, namanya lumpia!” ucap seorang anak laki laki yang kamu panggil theo.
“Ih theo,namaku bukan lumpia tante. Namaku lifia.” Ucap seorang gadis  kecil manis berdagu panjang dan berambut sebahu ini, kamu tersenyum melihatnya.
“Kok temen baru theo?” tanyamu.
“Aku baru aja pindah tante dari jakarta. Terus tadi duduknya satu bangku sama theo.” Jelas lifia.
“Oh, sama sama kelas 2 SD?” tanyamu dan gadis kecil itu mengangguk.
“Yaudah, ayo pulang theo. Papamu sudah nunggu di dalem mobil tuh.” Ucapmu.
“Loh? Papa udah pulang mah dari luar kota?” tanya theo bersemangat.
“Yaudah dong.” Tibatiba seorang lakilaki mengejutkan theo dari belakang, theo menoleh lalu dia tersenyum dan langsung memeluk papanya.

“Pah, theo kangen. Papa keluar kotanya lama banget sih.” Ucap theo.
“Ya maafin papa dong sayang.” Ucapnya. “Loh ini siapa? Duh kecil kecil udah bawa cewek ya.” Ucap papa theo lalu melepas pelukannya. Theo lalu menarik gadis kecil itu lalu membiarkan lifia bersalaman dengan papanya.
“Lumpia! Kenalin ini papa aku, namanya bisma karisma.” Ucap theo dengan bangganya menyebutkan nama papanya. Lifia tersenyum.
“Om, anak om suka ganti ganti nama orang. Nama aku bukan lumpia om. Namaku lifia.” Ucap lifia cemberut melirik theo.
“Haha ada ada aja.” Ucap bisma..

“Lifiaa! Lifiaa!” suara seorang wanita membuat semua terdiam. Lifia memutar  tubuhnya lalu dia tersenyum.
“Mamah!” ucap lifia melambaikan tangannya. Lifia berlari  lalu menarik tangan mamanya menghampirimu, bisma dan theo.
“Mah, lifia baru aja disini tapi udah punya temen baru loh.” Ucap lifia.
“Ini mah teman  lifia, namanya theo.” Lifia menarik mamanya agar lebih mendekat denganmu, namun saat itu juga bisma memegang tanganmu.
“Din din dinda?” lirih bisma. Kamu dan bisma membiarkan wanita yang dipanggil lifia tadi mendekat dan ketika wanita itu mendekat.. wanita itu mematung melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.
“Bisma.. (Sebutnamakamu)” ucap wanita tersebut...
“Dinda, apakah itu bener bener kamu?” tanyamu, wanita itu lalu merentangkan tangannya dan langsung memelukmu.
“Ya benar ini aku, dinda.” Ucapnya. Kamu tersenyum lalu balas memeluk dinda, bisma tersenyum melihat dinda ternyata baik baik saja hingga sekarang.  Bisma lalu berjongkok menarik lifia dan theo. “Kalian boleh bermain main dulu ya.tapi jangan jauh jauh dari sini.” Bisik bisma. Theo terlihat sangat senang sekali lalu theo langsung menarik lifia dan mengajaknya bermain.
Bisma melangkah mendekatimu, lalu dinda melihat bisma.
“Kamu udah tua, tapi masih ganteng aja bis. Haha.” Ucap dinda.
“Kamu, kamu baik baik aja ternyata.” Ucap bisma.
Kamu melangkah dan berdiri disamping bisma.
“Jelas aku bisa sembuh. Aku punya dokter seumur hidup.” Ucap dinda tertawa kecil.
“Suami kamu dokter din? Mana dia?” tanyamu penasaran.
“Tuh.” Ucap dinda menunjuk seseorang dibelakangmu dan bisma. Kamu dan bisma menoleh dan kamu sangat terkejut.
“Dicky?” kamu menyebut nama dicky terlalu keras hingga dicky yang tadi menunduk menjadi mengangkat kepalanya. Dicky lalu menyipitkan matanya, merasa terpanggil dicky menghampiri istrinya yang berada didekatmu dengan bisma.
Dinda berjalan lalu menghampiri dicky.
“Ada sesuatu yang harus kamu tau.” Bisik dinda pada dicky. Dinda lalu menarik tangan dicky agar berjalan lebih cepat.
“Taraaaaa!” betapa terkejutnya dicky melihatmu. Dia membolangkan matanya tidak percaya bisa bertemu denganmu kembali.
“Apa apa an ini? Kok bisa?” tanya dicky, semua tertawa melihat tingkah dicky.
“Reunian nih.” Ucap bisma.
“Kurang satu.” Ucapmu, membuat semua mata tertuju padamu. Kamu melirik dicky dan dicky tau maksut kamu.
“Reza. Reza di surabaya. Dia belum punya anak anak karena baru saja menikah. Dia pengusaha sukses disana.” Jelas dicky.
“Lihat anak kita!” seru dinda. Semua mata tertuju pada theo dan lifia, mereka sedang bermain ayunan. Theo mengayunkan ayunan yang ditumpangi lifia.
“Apa mereka akan mengulang kisah cinta kita? Haha. Mereka sangat lucu dan polos.” Ucapmu.
“Biarkan mereka seperti itu, aku menyukainya. Biarkan mereka mempersatukan keluarga kita, kelak.” Ucap dinda. Semua mata tetap menuju pada lifia dan theo.
“Happy ending for us, benarkah?” tanya dicky tibatiba.
“Haha, yaa! Happy ending. Hidup seperti sebuah drama. Dan kita lah orang yang memilih harus happy atau sad endingkah.” Sambungmu...

**

“Mah, pah! Lifia tuh cantik banget! Theo gak tau kenapa suka banget liat wajah lifia.” Ucap theo saat kamu dan bisma menemaninya sebelum tidur.
“Dia tuh pipinya gendut banget. Makanya aku suka banget panggil dia lumpia mah!” kata theo, kamu dan bisma hanya tersenyum mendengar cerita dari theo.
“Sudah malam sayang, cerita lifianya bersambung dulu yah.” Ucapmu menarik selimut agar menutupi tubuh theo.
“Yah mama, gak seru. Padahal kan masiihh...” bisma menempelkan telunjuk jari di bibir jagoannya itu.
“Saatnya bobo sayang. Mama papa juga capek.” Theo hanya manyun lalu dia memejamkan matanya. Kamu mematikan lampu kamar theo, lalu pergi kekamarmu dengan bisma..

“Sepertinya theo sedang jatuh cinta.” Ucapmu melihat bisma keluar dari kamar mandi.
“Haha benar. Aku pastikan dia akan menjadi pria setia kelak.” Balas bisma. “Kaki kamu kenapa?” tanya bisma lagi melihatmu duduk ditepi sisi ranjang dan mengoleskan salep pada kakimu.
“Seperti biasalah, agak linu.” Ucapmu.  Dari sisi lain bisma naik ketempat tidur lalu dia memelukmu dari belakang.
“Theo harus lebih setia dari ayahnya. Benarkan, mamaku cayang?:P” ucap bisma.
“Haha ya harus. “ jawabmu sambil menutup salep.
“Kalau aja theo perempuan, pasti dia akan lebih cantik dari aku.” Ucapmu.
“Kalau gitu, kita kasih theo adik perempuan. Aku juga pengen tahu, kalau kita punya anak perempuan apa dia akan sejahat mamanya?” ledek bisma.
“Kok jahat siiih.” Ucapmu menyenggol bisma yang masih tetap memelukmu. Bisma mencium pipimu lalu dia meletakkan dagunya dipundakmu, menghembuskan nafasnya disekitar lehermu.
“Lohkan emang jahat.” Ucap bisma.
“Enggalah, aku ngga jahat kok.” Jawabmu.
“Kalau begitu. Lihat saja nanti kalau kita punya anak perempuan.” Ucap bisma.
“Pengen punya anak lagi? Satu aja cukup kok.” Ucapmu.
“Satu itu kurang. Dua cukup.” Sanggah bisma.
“Ish bisma.” Jawabmu. Bisma tersenyum jahil lalu dia tibatiba menggelitiki perutmu..
“Haha, bisma kenapa suka gelitik orang. Udah udah, ampuun.” Ucapmu. Bisma masih tetap menggelitikmu, hingga dia merasa puas. Setelah puas bisma langsung tiduran disampingmu.

“Udah malem, saatnya bobo.” Ucap bisma sok imut, bisma memejamkan matanya lalu dia memeluk pinggangmu.
“Senang sekali rasanya hidup bersama kamu, bisma. Tertawa dan menangis bersamamu. Susah seneng sama kamu. Aku ngga salah pilih. Memang dari dulu kamulah yang tepat buat aku. Kamu lah satu satunya tempat yang bisa aku singgahi kapan saja aku membutuhkan. I’ll stay with you, forever.” Lirihmu memandang wajah bisma yang sudah tertidur pulas. Kamu mencium bibir bisma sekilas lalu menarik selimut agar menyelimuti tubuh bisma, kemudian kamu menyandarkan kepalamu didada bisma.
“Aku juga akan selalu tinggal disisimu, selamanya.” Batin bisma yang sedari tadi belum tertidur. Bisma mengusap rambutmu pelan dan tersenyum kecil, kemudian dia memejamkan matanya perlahan..



                                                                           sumber: FB fanadicky bismaniac <3