Kamu memeluk boneka teddy bear besarmu sambil bermain ayunan.
Pandanganmu kosong mengarah kebawah. Itulah yang kamu lakukan setelah
pulang sekolah. Semenjak kamu ditinggal reza kekasihmu. Kamu menjadi
sangat pendiam. Hanya berbicara saat itu perlu dibicarakan.
“Sayang. Dicari temenmu.” Mamamu datang mengusap rambutmu.
“Siapa mah?” tanyamu tanpa memandang wajah mamamu.
“Bisma.” Jawab mamamu.
“Hm, aku lagi males ketemu sama dia mah.”ucapmu berdiri dan menuju kamarmu namun mamamu menahan tanganmu.
“Bisma mama suruh kekamarmu ya.” Kata mamamu. Kamu melepaskan tanganmu dari tangan mamamu.
“Terserah mama.” Ucapmu kemudian pergi kekamar.
Toktoktok..
Suara ketukan pintu terdengar dari luar kamarmu. Tidak membukakanya.
Kamu malah tidur memeluk teddy bearmu dan pura pura memejamkan mata.
Mamamu membukakakn pintu kamarmu lalu menyuruh bisma masuk.
“Dia butuh teman nak. Tante harap kamu bisa gantiin reza dihatinya.”
Ucap mamamu. Bisma menghela nafas panjang dan mengangguk. Menurut mamamu
hanya bisma yang bisa membantumu dari keterpurakanmu karena reza. Reza
yang masih berstatus menjadi kekaasihmu pergi meninggalkanmu tanpa
alasan yang pasti. Dia meninggalkanmu begitu saja. Dan kabarnya hilang
sudah selama satu bulan ini.
“Saya masuk ya tante.” Izin bisma.
“Silahkan nak.” Tante tiara. Mamamu. Membukakan pintu kamarmu.
Bisma melihatmu tiduran di atas ranjangmu sambil memeluk bonekanya.
Boneka itu boneka pemberian dari reza. Bisma berjalan mendekatimu. Kamu
bisa mendengar suara langkah kaki bisma yang semakin jelas. Tante tiara
menutup pintu kamarmu.
“Hei.” Bisma duduk tepi ranjangmu sedangkan kamu membelakangi bisma.
“Kamu ngapain kesini? Emang yang nyuruh dan ngizinin masuk kekamarku siapa, bisma?” tanyamu masih tetap membelakanginya.
“Aku minta maaf. Aku lancang.” Kata bisma.
“Ada perlu apa kamu kesini? Bukanya kamu harus basket?” ucapmu.
“Kok kamu tau kalau aku sore ini ada basket?” tanya bisma balik.
Kamu memutar kepalamu lalu memposisikan dirimu sendiri duduk menyilangkan kakimu dan masih tetap memeluk boneka teddy bearmu.
“Kamu gimana sih. Kita kan udah temenan lama.” Ucapmu mendeliik
menatap bisma. Bisma tersenyum tipis sambil menggaruk kepalanya yang
sebenarnya tak merasakan gatal sekalipun.
“Liat aku main basket yuks. Daripada kamu bengong sendiri dikamar.” Ucap bisma memegang dan menarik tanganmu.
“aku maunya kalau reza yang ngajakin aku.” Ucapmu menarik tanganmu kembali memeluk teddy bear.
“Reza lagi reza lagi!” keluh bisma sambil melihatmu tajam.
“Aku aja gak tau siapa reza! Kamu kok bisa secinta itu sih sama dia.” Kata bisma.
“kamu ngga pernah peduli sama aku soalnya bis.” Ungkapmu.
“Emang dari dulu kamu pernah peduli sama aku?” tanya bisma balik.
“Ngga pernah sih.” Ucapmu.
“Yeee. Yaudah ayo sama aku, liat basket.” Ucap bisma berdiri lalu menarik tanganmu.
“Bisma, aku males. Aku males ngeluarin onthel.” Katamu.
“Jiah. Yaudah aku tinggal sepdaku disini, terus aku pinjem sepeda minimu buat kita goncengan, gimana?” tanya bisma.
“Yaudah deh terserah kamu aja.” Bisma langsung menarik tanganmu dan
keluar dari kamar. Nggak lupa bisma memintakanmu izin dulu. Dan tanpa
ragu tante tiara memberi izin.
*
“Naik gih. Hati hati.” Kamu naik di tempat boncengan, bisma lalu
mengayuh sepeda kelapangan basket sekolah. Sekolah dengan rumahmu memang
tidak begitu jauh. Rumahmu dengan rumah bisma juga tidak begitu jauh.
kamu dan bisma sudah berteman semenjak bisma pindah kebandung saat kamu
duduk dibangku SMP.
“Bisma jangan kenceng kenceng kek.” Ucapmu memeluk bisma dengan maskud berpegangan agar tidak jatuh.
“Aku udah telat nih.” Bisma mengayuh sepedamu dengan tempo cepat hingga kamu cepat sampai disekolahan.
“Bisma! Lama sekali kamu!” Pembina basket langsung memarahi bisma
habis habisan karena bisma terlambat. Memang latihannya sangat disiplin.
Dan bisma disana sebagai kapten, jadi bisma mempunyai tanggung jawab
yang besar.
Kamu duduk dibangku untuk melihat bisma. Lalu matamu mengarah pada
seorang anak laki laki yang bersama Pembina basket yang seperrtinya
sedang dikenalkan oleh Pembina basket.
“Kayanya itu anak baru deh. Aku nggak pernah liat.”ucapmu.
Kamu melihat sepertinya mereka selesei perkenalan. Semua tim basket
dari SMAmu kemudian pemanasan. Setelah pemanasan selesei orang yang baru
kamu tau tadi berjalan dan duduk disampingmu. Keringatnya menetes
seperti habis mandi.
“Manis sekali.” Batinmu.
“Hai.” Kamu kaget ketika dia menyapamu.
“Eh hai.” Balasmu. “Anak baru ya?” sambungmu.
“Iya hehe, baru aja pindah kemarin dan bersekolah tadi pagi.” Jelasnya.
“Namanya siapa? Dan kelas?” tanyamu.
“Dicky. Kelas XI IPS 3.” Dicky mengulurkan tangannya sedangkan kamu membalas uluran tangan dicky.
“(sebutnamakamu), XI IPS 1.” Balasmu. Dicky mengangguk kembali
memperhatikan para pemain lain yang sedang berlatih basket diikuti
olehmu..
Sinopsis.
Reza, yang masih berstatus menjadi kekasihmu pergi meninggalkanmu
tanpa alasan apapun. Kamu dan Reza sudah menjadi sepasang kekasih
semenjak kamu duduk dibangku SMP. Namun ketika kelas sebelas SMA
tibatiba reza menghilang tanpa sebab. Dia hanya mengirimkanmu pesan “Aku
pergi dulu ya, nanti kembali lagi kok, aku sayang sama kamu.” Dan
hingga sekarang. Tiga bulan waktu telah berlalu, namun Reza tak kunjung
datang padamu. Kamu sudah berusaha mencarinya, namun tidak ada yang mau
member tahumu. Dan semenjak itu kamu menutup hatimu rapat rapat untuk
siapa saja.
Sementara ketika kamu sendiri, Bismalah yang selalu berada
disampingmu. Kamu dan bisma sudah bersahabat sejak SMP. Bisma tipe cowok
yang bertanggung jawab. Dia selalu berusaha agar kamu tidak merasa
kesepain, namun tetap dihatimu hanya kekosongan yang ada. Bisma yang
merasa tak rela hanya karena reza, dia berusaha apapun agar kamu bisa
melupakan reza dalam kehidupanmu, dan menganggap bahwa kamu sudah putus
dengan reza, namun tetap tak bisa, kamu tetap ingin menunggu reza.
Datanglah dicky, murid baru dengan wajahnya yang kalem dan manis itu,
mempunyai daya tarik sendiri untukmu. Kamu suka melihat senyumnya. Suka
ketika dicky melihatmu. Matanya sangat teduh menurutmu, dan sepertinya
kali ini hatimu akan terbuka kembali. Dicky mengubahmu seperti dulu
lagi. membuatmu tersenyum kembali.
Melihat kamu tertarik dengan dicky. Bisma hanya bisa pasrah, bisma
hanya sahabatmu, enggak lebih dari itu. Dan setelah tau kamu dekat
dengan dicky. Bisma mencoba mencari gadis yang bisa di cintai. Namun
hatimu, hatimu sakit ketika bisma bercerita bahwa dia sedang menyukai
seorang gadis, bisma selalu semangat saat dia bercerita padamu, tapi
hatimu sakit ketika mendengar cerita bisma, apa yang sebenarnya terjadi
padamu?
Ketika dicky menyatakan cinta padamu, kamu sangat bingung kamu harus
menjawab apa. dan saat itu juga bisma bercerita bahwa dia akan
menyatakan cinta pada gadis yang sering dia ceritakan padamu, dan kamu
berusaha untuk mencegahnya, kamu tak rela bisma dimiliki siapapun, bisma
harus tetap denganmu, lalu bagaimana dengan dicky? hatimu sudah sangat
mantap dengan dicky. dan pada waktu itu juga. Reza kembali. Reza kembali
dalam hidupmu, dan Kenyataannya adalah Reza kakak dicky. Reza kembali
berusaha membuatmu mencintai dia lagi. yang aslinya dalam hati kecilmu
kamu masih menunggu kedatangan Reza.
Lalu, pada siapakah hatimu akan berlabuh? Where must you stay?
“Dicky. Kelas XI IPS 3.” Dicky mengulurkan tangannya sedangkan kamu membalas uluran tangan dicky.
“(sebutnamakamu), XI IPS 1.” Balasmu. Dicky mengangguk kembali
memperhatikan para pemain lain yang sedang atih basket diikuti olehmu..
“Kamu pindahan darimana dick?” tanyamu pada dicky.
“Aku dari Jakarta.” Jawab dicky tanpa memandangmu, dicky melihat anak anak yang sedang bermain basket.
Kamu melihat bisma yang keluar dari arena basket, menghampirimu dan dicky.
“Dick, masuk gih. Gue capek.” Kata bisma. Dicky hanya mengacungkan
jempolnya lalu masuk ke arena latihan. Bisma duduk disampingmu.
“Kamu mau pulang sekarang atau nanti?” tanya bisma. Namun kamu tidak
menggubris omongan bisma, kamu melihat ke arena latihan, pandanganmu tak
lepas dari dicky.
“Heh.” Bisma menyenggolmu membuat kamu tersentak dan gelagapan sendiri.
“Kamu ngeliatin siapa sih?” tanya bisma sambil melihat kearah lapangan.
“Enggak kok bis.” Elakmu.
“Oh, dicky ya? Dia anak baru.” Jelas bisma.
“Aku tau.” Jawabmu cepat.
“Kamu suka?” kata bisma menyelidik, kamu melirik bisma sinis dan berdiri.
“Apasih kamu bis. Aku mau pulang.”Ujarmu.
“Eh kok gitu sih? Jadi kamu ninggalin aku?”Bisma menahan tanganmu dan dia ikut berdiri.
“Iya, masalah?” katamu mendorong bisma pelan dan pergi meninggalkan
bisma. Bisma hanya menggeleng gelengkan kepalanya. Dia sama sekali tak
bisa menebak apa yang kamu mau, apa yang kamu inginkan..
**
“Eja, aku kangen sama kamu.” Lirihmu. Kamu sedang berada ditaman dulu
kamu suka bermain bersama reza setelah pulang sekolah. Reza satu
tingkat lebih tua dari kamu dan reza tidak satu sekolah denganmu. Kamu
duduk didekat air mancur dan tanganmu bermain air disana.
“Kamu kapan ya balik lagi.” Lirihmu lagi. Kamu duduk sembari duduk di
dekat pancuran di tengah tengah taman. Taman ini sebenarnya taman
bermain anak, banyak sekali mainan disini, mulai dari perosotan ayunan
hingga mainan pasir yang ada rumah rumahan kecil. Namun ketika menjelang
sore taman ini sangat sepi.
“Kaaak… hiks. Kakak dimana?” kamu mendengar suara tangisan anak kecil di mainan pasir.
“Eh suara anak siapa.” Kamu berjalan menuju sumber suara. Suara
semakin terdengar jelas. Kamu melihat anak kecil menangis terduduk di
pinggiran mainan pasir. Anak kecil cewek. Kamu menghampiri dan jongkok
didepan anak kecil itu.
“kamu kenapa sayang?” tanyamu mengusap rambut anak kecil dengan lembut.
“Kakak.. hiks kakak..” anak itu hanya memanggil memanggil kakaknya, sama sekali tak menyebutkan nama.
“Nama kakak kamu siapa?” tanyamu. Gadis kecil itu malah semakin menangis.
“Eh eh kok nangis lagi sih.” Kamu menggendong gadis kecil itu. Bola
matamu menelusuri setiap taman, berharap orang yang dicari anak ini ada
disini. Namun disini sepi, tak ada siapa siapa.
“Kamu pulang sama kakak dulu aja ya sayang.” Gadis kecil itu memeluk
lehermu dan kamu tersenyum mendapat perlakuan seperti ini. Kamu suka
dengan anak kecil.
Ketika kamu membalikkan badan, kamu dikejutkan oleh sosok yang taka sing lagi bagimu.
“Dicky?!” pekikmu kaget. Gadis kecil itu langsung menoleh.
“Kakakk..” tangan gadis itu meronta agar dia berada didekapan kakaknya. Kamu memberikan gadis itu pada dicky.
“Dia adekmu?” tanyamu.
“Hehe iya, maaf ya. Tadi aku ketoilet sebentar.” Ucap dicky menggendong gadis kecil itu.
“Ini adek kandungmu?” selidikmu.
“Bukan. Aku minta mamaku ngadopsi anak dipanti asuhan, aku kesepian dirumah enggak ada temen.” Kata dicky.
Kamu dan dicky berjalan menuju air mancur dan duduk disekitar air
mancur. Sedangkan adik dicky berlari lari mengejar kupu kupu yang
hinggap dari bunga ke bunga. Kamu tersenyum melihatnya.
“Kamu sendirian aja disini?” tanya dicky.
“Iya.” Balasmu.
“Ngapain? Bukan masa kecil kurang bahagia kan?:p” ledek dicky.
“Yee, enggaklah dick. Aku Cuma suka aja disini kalau sore, tenang banget rasanya.” Jelasmu.
“Iya, disini kalau sore sepi, ngga kaya kalau pagi. Rame.” Kata dicky.
“Haha, bener.” Jawabmu. Ketika kamu menoleh ke dicky, matamu dan mata dicky saling bertemu.
“Mata dicky…” batinmu.
“Hei!” dicky melambaikan tangannya didepan wajahmu hingga kamu tersadar dalam lamuanmu.
“Eh iya.” Jawabmu gelagepan.
“Kamu kenapa?” tanya dicky.
“Hehe nggapapa siih, Cuma ngelamun aja :p” jawabmu asal.
Dari kejauhan tibatiba ada yang memanggil namamu, dan suara nya semakin mendekat, kamu tau itu suara bisma..
“(sebutnamakamu)” bisma berada didekat dan bisma melihat dicky. Kamu
menghentikan aktivitas tertawamu, bisma geram tangannya mengepal. Sebal.
“Kenapa bis?” tanyamu pelan.
“Sory ganggu, tapi mamamu nyuruh aku jemput kamu. Katanya kamu ngga bawa sepeda.” Jelas bisma tanpa melirik dicky sekalipun.
“Yaudah kamu pulang aja, aku juga mau pulang sama adikku.” Dicky memanggil gadis kecilnya.
“Vika, ayo pulang.” Gadis kecil yang dipanggil vika tadi berjalan menuju dicky dan langsung digendong dicky.
“Bilang dada dulu sama kakaknya.” Kata dicky sambil mengayunkan tangan mungil gadis itu.
“Dada kakak.” Kata vika.
“Daa, kapan kapan main kerumah kakak ya, kakak punya boneka banyak
banget.” Dicky tersenyum lalu berpamitan denganmu dan bisma. Sekarang
hanya ada kamu dan bisma.
“Kok bisa ketemu sih?” tanya bisma sewot.
“Jodoh kalik.” Balasmu asal.
“jadi kamu ngarep nih?” tanya bisma.
“Apasih bisma, kamu tiap sore jangan bikin kesel aku bisakan? Aku
males.” Ucapmu meninggalkan bisma. Bisma berlari kecil untuk
mensejajarkan langkahmu.
“Iya deh iya, aku minta maaf.” Kata bisma.
“Hm.” Jawabmu.
“Marah ya?” tanya bisma.
“Menurutmu? Aku mau pulang sendiri aja.” Balasmu ketus pada bisma, namun bisma cepat cepat menahan tanganmu.
“Kamu boleh marah sama aku, tapi jangan bikin aku seperti lari dari
tanggung jawabku, aku Cuma disuruh mamamu, jemput kamu.” Ucap bisma
menarik tanganmu dan mengantarmu pulang, kamu hanya mendesis kesal saat
berboncengan dengan bisma..
**
Selesei belajar kamu merapikan buku bukumu dan memasukkan nya kedalam
tas. Kamu hendak mengambil novel dilaci, namun tibatiba ada yang
menggedor gedor jendelamu.
“Pasti bisma deh.” Ucapmu berjalan malas menuju jendela, kamu membuka
jendela dan tebakanmu tidak meleset. Bisma dengan senyumnya datang
padamu. Dia memang sering seperti itu tiap malam, bahkan ketika kamu
bertanya kenapa dia senang malam malam gedor gedor jendela kamu, bisma
hanya menjawab “Memastikanmu, kamu sudah tidur apa belum.”
“Bisma.. mau ngapain? Mau mastiin aku udah tidur apa belum?” ucapmu
bosan membelakangi bisma sambil melipat tanganmu dan kamu letakkan
diantara dada dan perutmu.
“Kali ini, memastikan. Kamu masih marah ngga sama aku.” Kata bisma. Dia meloncat dan duduk di jendelamu dan memutar badankuu.
“Kamu ngga marahkan sama aku?” tanya bisma.
“Aku marah, puas?” katamu sebal kembali membelakangi bisma.
“Emang kenapa?” tanya bisma.
“Kamu nyebelin bisma, kamu nyebeliin, nyebelin!!” ucapmu.
“Aku kan tadi sore dan kemarin sore Cuma nanya aja, kamunya aja yang
gampang tersinggung, emang salah ya? Sahabat khawatir sama sahabatnya
sendiri?” tanya bisma. Kamu membalikkan badanmu dan menatap bola mata
bisma. Kamu tak pernah bisa marah pada bisma.
“Hah! Iya bisma aku ngga marah kok. Aku ngga bisa marah sama kamu.”
Ucapmu ikutan duduk disamping bisma. Kalian berdua berbalik badan dan
menghadap luar yang hanya ada bintang, bulannya ketutup mendung.
“Bisma..” lirihmu menyandarkan kepalamu dipundak bisma.
“Rasanya kangen itu ngga enak ya, nyiksa hati banget.” Ucapmu.
“Emang kamu lagi ngerasain itu?” tanya bisma, dan kamu mengangguk.
“Aku kangen sama eja, dia kapan balik?” tanyamu.
“Lupain dia aja, dia ngga akan balik. Percuma kamu nungguin harapan
yang ngga pasti. Apa kamu mau terus hidup dalam ketidakpastian?” tanya
bisma.
“Tapi aku sayang sama eja, dan eja udah terlalu.. hm.” Kamu tidak melanjutkan kata katamu.
“Kamu bisa ngelupain dia, tinggal niat kamu aja. Dari hati apa enggak.” Kata bisma.
“kalau hatiku ngga akan pernah bisa.” Ucapmu.
“Kata siapa? Kata kamu sendiri kan? Kamu aja belum nyoba, masa udah bilang ngga bisa sih.” Kata bisma.
“Sebenarnya sih, aku tertarik sama seseorang bisma.” Ucapmu pada akhirnya dengan malu malu. Bisma menoleh dan menatapmu serius.
“Iya? Sama siapa?” tanya bisma antusias.
“Sama dicky.” Bisma memandangmu sayu, dia hanya bisa menelan rasa
kekecewaan yang cukup dalam, jadi apa arti dia selama ini disampingmu?
“Iya yah? Emang dicky gimana orangnya?” tanya bisma, matanya memandang langit, begitu juga dengan kamu.
“Aku ngga tau, pas liat dia pertama kali aku deg degan, sama halnya
waktu aku pertama ketemu eja. Rasanya sama bisma!” ucapmu menggoyang
goyangkan tubuh bisma.
“Emang kalau pas ketemu aku, rasanya gimana?” tanya bisma.
“Yee, kalau ketemu kamu mah biasa aja.” Ucapmu santai pada bisma.
“Yah, berate rasa kita beda dong!” ucap bisma
“Maksutmu?”
“Aku kalau ketemu kamu, aku ngerasa apa yang kamu rasain pas kamu ketemu dicky.” Ucap bisma memandangmu serius.
“Hah?” kamu ikut memandang bisma serius.
“Hahahahaha, dasar!” bisma menarik hidungmu kencang membuat hidungmu memerah hingga matamu berair.
“Huh bisma.” Kamu mengusap ngusap hidungmu.
“Sakit ya?” tanya bisma.
“Iya dodol!” jawabmu. Bisma mengusap mengusap hidungmu dengan lembut, dan saat itu kamu bisa melihat bola mata bisma.
“Bisma, aku beruntung punya kamu yang selalu disampingku.” Ucapmu tiba tiba pada bisma.
“Aku juga beruntung, bisa selalu disamping kamu.” Kata bisma
menyudahi mengusap hidungmu, dia menarik kepalamu agar menyender pada
pundaknya.
“Nyanyi dong bis, udah lama kamu ngga nyanyi dideketku.” Ucapmu menyenggol bisma.
“Beneran pengen banget aku nyanyi?:p” ledek bisma.
“Iyaaa!” ucapmu.
“Okeoke, ehemm…I'm broken Do you hear me I'm blinded
Cause you are everything I see..I'm dancing, alone..i'm praying..That
your heart will just turn around, And as I walk up to your door,My eye
turns to face the floor, Cause I can't look you in the eyes and say..
When he opens his arms And holds you close tonightI t
just won't feel right Cause I can love you more than this..When he lays
you down, I might just die inside It just don't feel right Cause I can
love you more than this..Can love you more than this..
If I'm louder Would you see me?Would
you lay down, in my arms and rescue me?Cause we are, the same..You saved
me, when you leave its gone again,And then I see you on the street In
his arms, I get weakMy body falls I'm on my knees,Praying..
When he opens his arms, And holds you close tonight It just won't feel right Cause I can love you more than this..
When he lays you down, I might just die insideIt just
don't feel right, Cause I can love you more than this..I've never had
the words to say..But now I'm asking you to stay, For a
little while inside my arms..And as you close your eyes tonightI pray
that you will see the light..That's shining from the stars above, When
he opens his arms And holds you close tonightIt just won't feel
rightCause I can love you more than thisCause I can love you more than
this.."
“Stop bisma!” katamu.
“Yee, lagi enak enak juga.” protes bisma.
“Kok lagunya galau banget sih-,-“ protes balikmu.
“Iya ya emang? Kan itu lagunya lagi ngetren aja.” Jelas bisma.
“Oh gitu ya?” kamu kembali menyenderkan kepalamu dipundak bisma,
bisma kembali bernyanyi hingga kamu memejamkan matamu, merasakan angin
malam. Bisma melirikmu lalu mengambil tanganmu yang dingin karena angin
malam. Bisma mendekatkan bibirnya pada pipimu, lalu dia mencium pipimu…
kamu telah tertidur..
**
Bisma berangkat sendiri pagi ini. Karena saat bisma menghampirimu
kamu sudah berangkat duluan. Sesampainya di sekolah bisma melihatmu
berdiri diarena parkir.
“Nah itu dia anaknya, sukurin deh ya nungguin kelamaan, salah siapa
ninggal.” Bisma meletakkan sepedanya. Saat dia hendak menghampirimu
tibatiba dicky datang dan langsung menggandengmu.
“Udah aku parkirin, masuk yuk.” Kata dicky. Lalu kamu dan dicky masuk ke sekolah..
“Sabar bis..sabar.” ucap bisma. Bisma lalu melangkahkan kakinya masuk kesekolah, namun saat itu juga dia menabrak seorang cewek.
“Eh sorry.” Kata bisma lalu menolong cewek itu. Cewek itu meraih tangan bisma dan berdiri dengan dibantu bisma.
“Makasih yah.” Ucapnya. Bisma terpaku dengan gadis yang berada didepannya saat ini.
“Eh I iyaa.” Bisma geladapan sendiri dan salah tingkah ketika gadis itu menatap bisma.
“Em.. kenalin aku dinda.” Gadis itu mengulurkan tangannya.
“Bisma.” Jawab bisma “Murid baru?” tanya bisma. Gadis itu mengangguk.
“Bisa anter aku keruang bina konseling?” tanya dinda.
“Eh bisa bisa.” Dengan senang hati bisma mengantar dinda, dan saat itu kamu melihatnya.
“Bisma sama siapa?-_-“ batinmu.
“Kok aku jadi kaga enak gini sih, Kaya ngga rela bisma deket sama orang lain. Hm egois banget aku.” Batinmu kesal..
“Kok aku jadi kaga enak gini sih, Kaya ngga rela bisma deket sama orang lain. Hm egois banget aku.” Batinmu kesal..
**
Tett.. Tett..
Bel tanda pulang sekolah pun dibunyikan. Kamu dan dicky ada janji
untuk pergi ketaman saat kalian berdua bertemu dengan adik dicky.
“(sebutnamakamu..)” suara bisma melemah ketika dicky menghampirimu dan menggandeng tanganmu.
“Mereka mau kemana?” pikir bisma. bisma hendak mengikutimu namun
ketika bisma mengambil sepedanya, dia melihat dinda sedang menangis di
trotoar bersama seorang laki laki tua. Bisma menghampirinya dengan
sepeda.
“Dinda?” lirih bisma melihat dinda jatuh. Bisma menarik tangan dinda lalu menariknya agar berada disamping bisma.
“Siapa kamu?” tanya lakilaki tua itu.
“Bisma, bawa aku pergi dari sini. Dia monster!” ucap dinda bersembunyi dibalik punggung bisma.
“Dinda, ayo pulang sama papa!” ucap lakilaki itu menyebut dirinya sendiri ‘papa’
“Anda bukan ayah saya. Saya tidak mempunyai ayah selain papa.” Ucap
dinda. Laki laki itu menarik tangan dinda dengan kasar. Bisma melirik
curiga lalu menarik paksa dinda hingga terlepas dari cengkraman laki
laki itu dan membawa dinda lari.
“Naik aja.” Dinda berpegangan pada kedua pundak bisma dan bisma mengayuh sepeda dengan cepat.
“Bisma pelan pelan, aku takut.” Kata dinda mencengkeram pundak bisma. bisma membelokkan sepedanya ke sebuah gang.
Ciiiitttt..
“Huuuh..” Bisma membuang nafas panjang dan mengusap keningnya dengan lengannya. Dinda turun diikuti bisma.
“Kamu nggapapakan?” tanya bisma.
“Iya, gak papa kok. Makasih ya bisma. aku pergi.” Dinda hendak pergi meninggalkan bisma namun bisma segera menahan tangan dinda.
“Mau kemana? Katanya tadi nggak mau pulang?” tanya bisma bingung.
“Emang siapa yang mau pulang?” tanya dinda balik.
“Lah terus?” dinda hanya mengangkat kedua bahunya lalu pergi
meninggalkan bisma. dengan berlari bisma menuntun sepedanya
mensejajarkan langkahnya dengan dinda.
“Kamu mau kemana?” tanya bisma.
“Mau kemana mana.” Jawab dinda. “Aku akan selalu pergi kemanapun aku mau.” sambung dinda lagi.
“Oh gitu?” dinda mengangguk.
“Tadi beneran ayah kamu ya?” tanya bisma, dan dinda menggeleng.
“Dia suami mamaku.” Ucap dinda. “Yang kedua.” Sambung dinda kembali.
“Ayahku sudah meninggal beberapa bulan yang lalu. Dan sekarang. Suami
mamaku jahat. Dia selalu berbuat kasar denganku ketika mama nggak ada.”
Jelas dinda. “dia nggak segan segan buat mukul aku, kalau aku telat
pulang. Atau aku melanggar peraturannya. Bahkan untuk memiliki teman.
Susah.” Air mata dinda menetes dipipi chubby dinda. Bisma merasa
bersalah karena tak seharusnya dia menanyakan seperti itu pada dinda.
“Eh, maaf dinda. Bukan maksutku. Kamunya jangan nangis dong.” Kata bisma.
“Haha, udahlah nggak papa. Btw bisma, kamu maukan jadi temenku?”
tanya dinda dengan wajah manis dan polosnya. Bisma luluh melihat wajah
dinda hingga dia mengangguki perkataan bisma.
“Minum minum dulu yuk. Mendung nih. dingin.” Kata bisma. bisma
menunggangi sepedanya lalu dinda naik dan mereka pergi ke kedai coffee
terdekat.
**
“Di idung kamu ada ice cream tuh.” Dicky menunjuk hidungmu yang belepotan dengan eskrim.
“Serius?” tanyamu. Dicky mengangguk tersenyum gemas padamu. Kamu
hendak mengusapnya dengan lengan bajumu namun dicky menahannya. Dicky
mengusap hidungmu dengan lembut menggunakan jempolnya.
“Jangan pakek baju, nanti kotor, besuk masih dipakaikan?” kata dicky. Kamu tersenyum malu sambil melanjutkan makan ice cream.
“2 hari lagi, tahun baru.” Ucap dicky.
“Iya nih. Tahun baru.” Ucapmu.
“Punya kenangan indah di tahun 2012?” kamu berhenti makan ice cream
mendengar dicky member pertanyaan seperti itu. Jelas kamu langsung
terlintas bayangan seorang reza yang telah meninggalkanmu hingga saat
ini.
“Kenangan?” ulangmu lirih.
“Iya, kenangan.” Ucap dicky.
“Sebenarnya, aku nggak tau ini kenangan yang menyenangkan atau tidak.
Tapi di tahun 2012 aku mengenal sosok yang sangat aku sayang sampai
sekarang.” Ucapmu. “Bahkan ketika dia ninggalin aku, aku masih sangat
amat mencintainya. Aku ingin menunggunya, tapi, dia seperti tak pernah
merasakan bahwa aku sanga menunggu kehadirannya.” Ucapmu, matamu mulai
berkaca kaca.
“Aku merindukannya. Sangat.” Katamu.
“Kok kamu nangis?” tanya dicky memiringkan kepalanya melihat air matamu yang sedikit demi sedikit jatuh dipipimu.
“Gimana aku nggak nangis, dia… dia pacar aku dicky. Aku belum putus
sama dia, tapi dia nggak pernah balik lagi. Dia kasih aku ketidak
pastian.” Ucapmu.
“Jadi kamu punya pacar?” tanya dicky dengan nada memelas.
“Aku nggak tau.” Katamu. Tibatiba hp dicky berbunyi.
“Halo.” Ucap dicky menjauh darimu. Dia seperti bicara serius, selang beberapa menit dicky mengakhiri pembicaraan.
“Aku harus pulang.” Kata dicky.
“Loh? Kenapa?” tanyamu.
“Vika jatuh dari tangga, aku harus bawa dia kedokter. Aku ngga bisa anterin kamu, gapapakan?” tanya dicky.
“Yaudah gapapa, aku juga masih mau disini.” Ucapmu. Dicky tersenyum
lega, ketika dia hendak pergi kamu menahan tangan dicky lalu kamu
berdiri dihadapan dicky.
“Hati-hati.” Ucapmu, dicky kembali tersenyum dia mengobrak abrik
rambutmu lalu meninggalkanmu. Kamu sangat senang mendapat perlakuan
seperti itu dari dicky. Sepertinya kamu menyukai dicky..
Kamu kembali duduk dan mengingat kenangan kenanganmu bersama reza
ditaman ini. “Eja jangan salahin aku ya, kalau aku berpaling. Aku capek
nungguin kamu terus.” Batinmu..
**
“Bibir kamu..” bisma menunjuk bibir dinda yang belepotan dengan susu
panas yang ia pesan dikedai. Bisma lalu setengah berdiri lalu tanganya
maju mengusap noda disekitar bibir dinda. Sejenak mata bisma dan dinda
saling bertemu.
“Eh.. bisma.” dinda menjauhkan tangan bisma.
“Hujan.” Kata dinda melihat jendela kedai yang lama kelamaan basah karena titik air air hujan.
“Bisma aku harus pergi.” Tibatiba dinda berdiri.
“Loh? Kan lagi ujan din.” Kata bisma.
“Gpapa, aku bisa naik taksi.” Dinda langsung pergi begitu saja
meninggalkan bisma. kebetulan taksi lewat didepan kedai. Bisma melihat
dinda yang masuk kedalam taksi dari jendela kedai. Dan saat itu juga
bisma tersenyum. Bisma melihat kejendela, sepertinya ada barang dinda
yang tertinggal. Bisma mengambilnya, ternyata itu gelang tali dinda yang
terlepas, disana ada tulisannya dinda.
“Besok aja deh ngembaliinnya.” Ucap bisma memasukkan gelang dinda disaku bajunya.
“Kerumah (Sebutnamakamu) dulu ah, mau cerita.” Ucap bisma kembali mencangklong tasnya dan menuju kerumahmu.
Kamu masih berteduh dimainan rumah rumahan di taman tadi. Bajumu
sudah setengah basah karena hujan semakin deras. Sedangkan kamu tidak
membawa sweater atau jaket. Badanmu menggigil ketika angin datang
menerpa tubuhmu.
“Dingin banget. Ayolah cepet reda. Aku ngga tahan dingin.” Lirihmu duduk didalam rumah rumahan tempat anak kecil biasa bermain.
Bisma sampai dirumahmu. Bisma mengetuk pintu rumahmu lalu bibimu membukakan pintu untuk bisma.
“eh den bisma.”
“Iya bi. Mau ketemu (sebutnamakamu)” kata bisma.
“loh, tapi non (sebutnamakamu) belum pulang den.” Kata bibimu.
“serius bi?” tanya bisma kaget.
“Tapi ini ujan banget.” Bisma lalu Nampak berpikir lalu dia melihat jam tangannya yang basah.
“Yaampun, jam 4 sore, biasanya dia ditaman.” Batin bisma “Bi, bisma
pinjem payung ya.” Ucap bisma. bibimu langsung mengambilkan payung
bisma, dan bisma langsung ketaman..
“(sebutnamakamu)!!” teriak bisma di taman. Bisma mencari carimu namun
kamu tak Nampak. “Dia kemana sih, apa masih jalan sama dicky.” Pikir
bisma. bisma lalu berjalan ketaman bermain dan melihat permainan anak
anak satu satu.
“Bisma!” kamu melihat bisma dan langsung memanggil bisma. bisma menoleh dia langsung berlari menghampirimu.
“Huh.. untung kamu kesini.” Ucapmu. Bisma berdiri dihadapanmu dengan tatapan yang sangat menakutkan.
“Kamu kenapa bis?” tanyamu.
“Tau ujan, kenapa ngga langsung pulang? Dicky mana?” tanya bisma bertubi tubi.
“Tadi dicky pulang duluan, aku masih mau disini soalnya.” Jelas mu.
Bisma tak memperpanjang masalah lagi. Dia lalu membuka payung dan
menarik tanganmu agar berdiri.
“Aduh.” Keluhmu. “Kenapa?” tanya bisma.
“Kakiku linu bis. Dingin banget soalnya.” Bisma merasakan tanganmu
terasa dingin. Bisma melepas jaketnya lalu disampirkan kepunggungmu, dan
setelah itu dia berjongkok dihadapanmu.
“Naik.” Kata bisma. kamu naik kepunggung bisma, bisma berdiri sambil membawa payungnya dia menggendongmu.
“Aku bawain aja payungnya.” Bisma lalu memberikan payungnya padamu, dan kamu menenggelamkan kepalamu dipundak bisma..
**
“Kamu ganti dulu aja bis. Kan baju kamu ada yang diaku. Seragam kamu
basah kuyup gini.” Katamu setelah bisma meletakkanmu dikasurmu.
“Yadeh.” Bisma melepaskan baju seragamnya dan diletakkan diranjangmu,
dia masih pakai dalaman putih. Lalu bisma ke almari. Kamu dan bisma
memang sudah biasa seperti itu.
“Ganti dulu.” Ucap bisma. kamu mengangguk.
Kamu melepas sepatumu dan saat itulah kamu tau ada sebuah gelang dilantai. Kamu memungut barang itu.
“Ini punya siapa?” batinmu. Kamu mengamati gelang itu dan disana tertulis nama “Dinda.”
“DInda?” lirihmu. Tibatiba bisma datang sambil membawa handuk dan
mengeringkan rambutnya yang sedikit basah. Mungkin handuk dari bibi.
“Bisma, ini punya kamu?” tanyamu menyodorkan gelangnya.
“Oh, bukan itu tadi punya dinda, ketinggalan dikedai.” Jelas bisma.
“Tadi kamu jalan sama dinda?” tanyamu. Bisma duduk disampingmu.
“Kalau dibilang jalan sih nggak ya, tapi kalau dibilang kebetulan ketemu sih mungkin.” Kata bisma nyengir didepanmu.
“Maksutmu?”
“Tadi aku nolongin dinda gitu. Terus aku ajak dia kekedai tempat biasa kita kesana deh.” Ucap bisma.
“Gitu ya?” katamu lesu mengembalikkan gelangnya ketelapak tangan bisma.
“Kenapa?” tanya bisma. kamu menggeleng.
“Kok kaya nggak suka gitu aku sama dinda?” tanya bisma kembali.
“Aku Cuma takut, kamu ngelupain aku.” Jawabmu jujur memandang bola mata bisma.
“Haha, nggak mungkinlah.” Bisma mencubit kedua pipimu seperti biasanya.
“Manamungkin, aku tetap mencintaimu (Sebutnamakamu)” batin bisma masih terus mencubiti pipimu dengan gemas..
**
Hari ini adalah hari terakhir ditahun 2012. Kamu dan dicky rencana akan merayakannya ditaman bersama adik dicky.
Hari sudah menunjukkan pukul 19.00. dluar terlihat gerimis.
Tinntiiinn.. kamu mengintip ke jendela luar. Terlihat mobil dicky
disana. Kamu langsung beranjak dari tempat tidurmu. Mamamu dan papamu
sedang keluar kota. Sedangkan kamu dirumah sendiri. Kamu keluar lalu
mengunci pintu rumahmu.
“Haii adik kecil.” Katamu saat dicky keluar dari mobil menggendong vika.
“Haii kakak cantik.” Ucap vika.
“Kakak, main komedi putar ya.” Ucap vika.
“Loh?” kamu melirik dicky tanda bingung, karena rencana sebelumnya hanya bermain bermain di taman.
“Hujan nih, gimana kalau kita ke transtudio bandung aja, kan indoor.” Ucap dicky.
“Yaudah, aku nurut kamu aja dicky, sini vika aku gendong.” Ucapmu gentian menggendong vika..
“Selesei!” bisma berteriak dengan girang melihat hasil karyanya
selesei. Dia membuat rumah rumahan dari stik es krim yang direkatkan,
dan bisma memasukkan boneka teddy bear didalamnya. Boneka teddy bear
yang sangat kecil, namun diboneka tersebut ada jahitan mungil juga
bertuliskan namamu.
“Pas Jam 00.00 nanti aku bakal kasih kejutan buat kamu, dan aku akan nyatain perasaan kekamu.” kata bisma bersemangat.
Waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. bisma beranggkat dari rumahnya menggunakan ontel untuk kerumahmu.
Sedangkan kamu masih asik bermain dengan vika dan dicky disini. Wajahmu terlihat sangat senang begitu juga dengan vika.
“Hm, vika ngantuk kak.” Ucap vika. Kamu menggendong vika lalu vika meletakkan kepalanya dipundakmu.
“Adek kamu lucu banget dick.” Ucapmu.
“lucuan aku sih.” Kata dicky.
“Hii, nggak. Kakaknya enggak lucu sama sekali!” ucapmu.
“Yeee, belum tau aja kamu.” Ucap dicky, dicky melirik jam tangannya.
“udah jam 22.45 nih.” Ucap dicky. “Pulang yuks. Sambil liat kembang
api dijalan. Kayanya masih ujan. Dna pasti macet banget.” Ucap dicky,
kamu kembali mengangguk dan kalian pulang dari tsb.
Bisma mengetuk rumah mu berkali kali, namun tak ada yang menjawab.
Bisma duduk dipinggiran teras rumahmu sambil mengadahkan tangannya.
“Gerimis.” Lirih bisma. bisma bersandar di tembok teras kamu. Sepertinya bisma kedinginan.
“Kamu kemana sih.” Desis bisma. “Gak biasanya kamu tahun baru keluar.” Sambung bisma kembali.
23.45..
Bisma melirik jam tangannya. 15 menit lagi tahun akan berganti. Dan bisma masih menunggumu. Bisma melirik karya tangannya tadi.
“Aku harus tetap disini.” Ucap bisma..
23.55..
Bisma melihat mobil terparkir didepan rumahmu. Spontan bisma langsung
berlari kebelakang rumahmu dan mengintipmu. Matanya terbelalak kaget
melihat kamu dan dicky keluar..
“Tunggu kembang api disini aja.” Ucap dicky. Kamu mengangguk, sedangkan vika sudah tertidur pulas didalam mobil.
Bisma melirik jam tangannya. 23.58..
Bisma melihat tangan dan tangan dicky saling bertautan, matamu dan mata dicky mengarah keatas.
“10..9..8..7..6..5..4..3..” kamu dan dicky menghitung mundur bersamaan, sedangkan bisma..
“2..1..” bisma juga menghitung mundur sambil menahan kepedihannya..
DOOOORRRR!! Kembang api menghiasi langit langit, begitu besar dan indah.
“Happy New Year!!” teriakmu dan dicky bersamaan, kamu dan dicky tertawa lepas, sedangkan bisma? menahan luka dibelakangmu..
Selang beberapa menit, dicky berpamitan pulang karena vika.
“Makasih ya dicky buat mala mini.” Ucapmu.
“Iya, aku juga makasih.” Ucap dicky. “Boleh kasih sesuatu gak? Buat rasa terimakasih aku.” Ucap dicky.
“Ha? Apa?” tanyamu. Tibatiba dicky mencium pipi kananmu lembut, membuatmu tersipu malu, dan membuat hati-bisma-sangat-terluka.
“Happy new year.” Ucap dicky. Dicky masuk ke mobil dan pergi, kamu tersenyum melepas kepulangan dicky..
Ketika kamu masuk kepekarangan rumah, begitu terkejutnya kamu ada bisma disana..
“Bi bisma..” ucapmu.
“Hai.” Kata bisma tersenyum padamu. “Aku Cuma mau kasih ini kok.” Bisma menyodorkan karya tangannya tadi.
“Happy new year ya.” Ucap bisma lirih lalu berjalan melewatimu. Kamu menahan tangan bisma.
“Sejak kapan kamu disini?” tanyamu. Bisma melepas tanganmu yang menahannya.
“Gak penting kok. Yang penting aku udah kasih itu buat kamu. Walau
ngga tepat waktu aja.” Ucap bisma kemudian pergi dari rumahmu dengan
kepedihan yang sangat amat dia rasakan.
Kamu mengambil surat yang ditali dirumah itu.
“Selamat Tahun baru ya. Aku cinta kamu. Kamu harus tau itu.” Itulah
yang ditulis bisma disurat itu. Kamu mengejar bisma hingga gang, namun
bisma sudah tidak ada.
“Arghh!!” kamu mengutuk dirimu sendiri, menyalahkan dirimu sendiri.
“Maafin aku ya bisma.” lirihmu berjalan kembali kerumah, dengan air mata yang akan siap menetes..
“Arghh!!” kamu mengutuk dirimu sendiri, menyalahkan dirimu sendiri.
“Maafin aku ya bisma.” lirihmu berjalan kembali kerumah, dengan air mata yang akan siap menetes..
3 hari setelah kejadian itu, sepertinya bisma seperti menghindarimu.
Setiap kamu mengajaknya berbicara bisma selalu berlaga tergesa gesa dan
ingin segera meninggalkanmu.
“Bisma!” kali ini kamu menahan tangan bisma karena sudah beberapa kali bisma menolakmu untuk bertemu ataupun berbicara.
“Kenapa?” tanya bisma.
“Aku pengen ngomong sama kamu! Kamu kenapa gak pernah mau dengerin
aku ngomong sekarang!” bentakmu didepan bisma, didepan teman temanmu
yang baru keluar kelas.
“Kamu dengerin aku lah! Sekali aja! Apa aku udah ngga penting buat
kamu lagi?” ucapmu menatap kedua bola mata bisma. bisma lalu menarik
tanganmu dan membawamu pergi dari tempat kerumunan.
Bisma membawamu kebelakang sekolah, lalu melepas tanganmu dan membalikkan badannya.
“Bisma!” teriakmu.
“kamu kenapa sih?” tanyamu lagi lalu menarik tangan bisma agar menghadap padamu.
“Udah beberapa hari ini kamu ngehindar sama aku. Kamu selalu ngga mau
aku ajak ke taman, nggak mau aku ajak belajar bareng. Mamaku nanyain
kamu aku sms kamu juga balesnya Cuma singkat singkat. Kamu emang….”
Belum selesei bicara bisma kemudian memelukmu.
“Kamu pasti gak akan percaya kalau aku seperti ini, karena..” kata kata bisma terhenti dan dia lebih erat memelukmu.
“gara gara aku masih cemburu sama kamu.” Sambung bisma pada akhirnya.
“cemburu?” batinmu tersenyum dipelukan bisma.
“bisma, lepas.” Kamu mendorong tubuh bisma.
“cemburu apa an sih, cemburu sama siapa?” tanyamu.
“kamu ngga peka ya?” tanya bisma berbalik arah dan meninggalkanmu pergi.
“Bisma!” saat kamu ingin menahan bisma, tibatiba ada yang memanggilmu dari belakang. Kamu menoleh begitu pula dengan bisma.
“di dicky.” Ucapmu kaget. Dicky menghampirimu namun kamu berbisik dulu pada bisma.
“Pokoknya aku mau ketemu kamu bisma, nanti sore ya! Ditaman. Aku
kangen sama kamu!” bisikmu. Bisma melirikmu lalu mengangguk dan pergi
meninggalkanmu.
“Hei.” Sapa dicky.
“Hai dick.” Jawabmu.
“Temenin aku yuk.” Dicky menggandeng tanganmu lalu merangkul pundakmu.
“Kemana?” tanyamu.
“Jemput vika di rumah tanteku.” Kamu tersenyum lalu memenuhi
permintaan dicky dengan senang hati, dan sedari tadi bisma
memperhatikanmu ditempat yang tidak kamu tahu.
“Hah!” gerutu bisma. ketika bisma membalikkan badan…
“Yaamplop!” bisma tercengang melihat dinda yang ada dihadapannya sekarang.
“Ngapain sih din, ngaget ngagetin aja.” Ucap bisma kesal pada bisma.
“Yaah, maaf ya bisma. bukan maksut aku.” Ucap dinda menunduk.
“Eh eh, jangan pasang wajah polos kamu.” Kata bisma tibatiba merangkul dinda. Dan jantung dinda menjadi berpacu begitu cepat.
“Ke kenapa?” tanya dinda.
“Kamu cantik banget soalnya kalau pasang wajah polos hahaha.” Gombal bisma membuat semu merah timbul di pipi dinda.
“Yah malu malu.” Bisma menyentil dagu dinda otomatis dinda tersenyum
malu, dan bisma berhenti pada aktivitas tertawanya. Dia memperhatikan
dinda ketika dinda tersenyum.
“Bisma!” panggil dinda namun bisma masih melihat dinda.
“Bisma!!” teriak dinda. Bisma gelagepan sendiri dan langsung nyengir nyengir ngga jelas.
“Bis, mau anter aku nggak?” tanya dinda pada akhirnya.
“Eh, kemana?” tanya bisma.
“Ke toko buku.” Jawab dinda.
“Em.. gimana yaaaaa..” goda bisma sambil melangkahkan kakinya
meninggalkan dinda, dinda berlari kecil mensejajarkan langkah bisma.
“Yaudah sih kalau enggak mau, aku berangkat sendiri aja hehe. Duluan
ya bisma. maaf ngerepotin.” Ucap dinda lembut berniat melangkahkan
kakinya lebih cepat..
“Ih, mau dianterin malah ninggal.” Ucap bisma tibatiba membuat dinda menghentikan langkahnya.
“Jadi bisma mau?” tanya dinda. Bisma tersenyum lalu menggandeng tangan dinda.
“Berangkat pakek motor aja ya. Jadi kerumah aku dulu. Ambil motor.
Yuk.” Ucap bisma. dinda tersenyum manis menundukkan kepalanya saat bisma
menariknya berjalan.
Sesampainya dirumah bisma. bisma mengajak dinda masuk kerumahnya.
Dirumah bisma tidak ada siapa siapa. Karena memang bisma hanya hidup
dengan papanya. Sedangkan papanya selalu bekerja, dan mama bisma sudah
meninggal. Walau selalu sibuk, bisma selalu mengerti posisi papanya. Dia
bukan anak yang pada umumnya selalu berontak ketika orang tua mereka
sibuk. Bisma selalu berpikiran positip bahwa papanya seperti itu juga
karena dia dan demi bisma sendiri.
Dinda melihat dinding dinding rumah bisma, disana banyak sekali foto.
“Bisma, mama kamu cantik ya.” Ucap dinda.
“Iya. Kaya kamu.” Kata bisma sambil melepas sepatunya.
“Kok kaya aku sih?” tanya dinda.
“Nggak tau, tapi emang kaya kamu. Menurut aku sih hehe.” Ucap bisma nyengir.
Mata dinda berhenti berputar ketika melihat.. sederet foto bisma
dengan gadis, dan terlihat sangat akrab, dan disitu mejanya di kasih
tulisan.
“Friend, Love, Spirit.”
“Bisma, inikan….” Ucap dinda terpotong ketika bisma menghampiri dinda.
“Iya itu (Sebutnamakamu)” ucap bisma.
“Kamu sama dia pacaran ya?” tanya dinda…
**
“Kakak cantiiiikk.” Vika langsung berlari dan merentangkan tangannya ketika melihatmu.
“Sayaang, kamu makin cantik aja. Udah beberapa hari nggak ketemu kamu, kakak kangen!” ucapmu menggendong vika.
“vika juga kangen sama kakak cantik.” Ucap vika mencium pipimu.
“Yah cium cium.” Sambar dicky.
“Ih kak dicky kenapa? Pengen cium kakak cantik juga ya?” tanya vika.
“Ngga ding, kakak udah pernah cium kok :p” ucap dicky menaik turunkan
alisnya genit, kamu langsung mencubit pinggang dicky karena malu,
disana juga ada tante dicky. Tante dicky hanya tersenyum melihat kalian
bertiga.
“Ini pacar dicky ya?” tanya tante dicky.
“Ngga kok tan, temen dicky.” Jawab dicky.
“Oh. Oh iya dicky. Reza besok pulang dari aussie, dia bilang. Dia udah bebas dari penyakitnya.” DEG!
Mendengar nama ‘reza’ jantungmu langsung berdetak kencang.
“Reza?” pikirmu. “Aih, reza siapa juga. yang pasti bukan rezaku. Dia nggak penyakitan.” Batinmu menepis pikiranmu.
“Serius tante?” tanya dicky “Wah udah kangen sama bang eja. Lama banget nggak ketemu. Kesepian.” Ucap dicky.
“Kamu punya kakak dick?” tanyamu. Dicky mengangguk dan tersenyum.
“Yaudah ya tante dicky pulang dulu.” Ucap dicky mencium punggung tangan tantenya dan diikuti olehmu…
“Main ketaman dulu mau?” tanya dicky tibatiba.
“Eh? Ketaman? Nggak nggak, jangan ketaman.” Ucapmu gelagepan
mengingat kamu ada janji dengan bisma sore nanti. Sedangkan ini sudah
jam 3 sore.
“Dicky, aku mau.” katamu.
“Yah kakak cantik jangan pulan, temenin vika main dulu.” Ucap vika.
“Itu kemauan vika bukan aku loh.” Ucap dicky. Kamu melihat vika yang tengah ingin menangis. Dan kamu tidak tega.
“Hm, mau main kemana sayang?” tanyamu pada vika.
“Kerumah kakak aja! Katanya kakak punya boneka banyak!” usul vika.
“Ke kerumah ka kakak?” tanyamu ragu, vika mengangguk semangat.
“Ya yaudah deh, kita kerumah kakak!” ucapmu. Dicky tersenyum dan kalian bertiga menuju rumahmu..
**
“Duh bisma gerimis, gimana dong?” tanya dinda mengadahkan tangannya
keluar. Bisma dan dinda berada ditoko buku. Dan gerimis mengguyur kota
bandung.
Bisma melepas jaketnya lalu menyampirkan dipunggung dinda.
“Kamu pakek jaket aku aja. Kamu kan cewek.” Ucap bisma.
“Terus kamu?” tanya dinda.
“Aku? Aku gakpapa dong, aku kan lakik!” ucap bisma lalu menarik
tangan dinda. Bisma melepas jam tangannya agar tidak kehujanan dia
meliriknya.
“Udah jam setengah empat.” Kata bisma. bisma segera memasukkan jam
tangannya disaku celananya lalu bisma mengantar dinda pulang..
Selang beberapa menit bisma sampai dirumah dinda, ternyata hujan
belum turun disini. Otomatis ditaman juga belum turun hujan. Bisma
melihat langit yang tertutup awan hitam tebal.
“Huh. Aku harap kamu ngga nungguin aku.” Kata bisma.
“Bisma makasih yah.” Kata dinda menyerahkan jaket bisma lalu bisma memakainya.
“Iya sama sama. Aku duluan ya dinda. Makasih buat hari ini juga. udah denger ocehanku.” Ucap bisma.
“Iya. Mau ketaman ya? Semoga berhasil ya bisma.” ucap dinda tersenyum.
“Amin. Makasih. Duluan ya din!” dinda mengangguk dan melambaikan
tangannya. Disaat bisma sudah pergi air mata dinda perlahan turun dan
segera mungkin dia menghapus air matanya lalu masuk kedalam rumahnya..
**
Vika kamu dan dicky berada diruang tamu. Vika bermain main dikarpet
dengan bonekamu. Sedangkan kamu dan dicky duduk bersandar disofa. Hatimu
sangat gelisah. Ketika kamu melihat jendela langit sangat gelap disana.
Dan..
“Bisma, jangan tungguin aku plis, dan kenapa hpmu nggak aktif. “ batinmu.
“(sebutnamakamu)” panggil dicky lirih. Kamu menoleh pada dicky. Dicky menggeser posisi duduknya menjadi dekat sekali denganmu.
“Kenapa dick?” tanyamu memasukkan ponselmu kedalam saku rok seragam sekolahmu.
“Pernah nggak ngerasa nyaman saat kamu lagi bareng sama aku?” kamu
langsung membuang mukamu menghadap kedepan dan tak berani menatap dicky
yang sedang menatapmu.
“Ma maksut kamu?” tanyamu. Dicky menarik tanganmu dan meletakkan ditelapak tangannya.
“Aku Cuma pengen tau, apa kamu ngerasain hal yang sama seperti yang
aku rasain saat aku lagi sama kamu.” Ucap dicky. Kamu kembali menoleh
meliihat dicky.
“Waktu ketemu kamu buat yang pertama kalinya aja. Aku udah ngerasain hal yang beda dari kamu.” Ucap dicky.
“Maksut kamu apasih dicky? Aku nggak ngerti.” Katamu menunduk sambil memainkan jari jarimu, menautkannya satu samalain.
“Aku jatuh cinta sama kamu.” Bisik dicky membuatmu berhenti dan mengangkat wajahmu melihat dicky.
“Apa katamu?” tanyamu. Dicky hanya tersenyum melihatmu tidak menjawabmu.
“Mau nangkep cintaku yang lagi jatuh nggak?” tanya dicky lagi….
**
Ketika bisma sampai ditaman, kamu belum ada disana. Bisma lalu duduk
dibangku biasanya kamu dan bisma bermain dan ngobrol… Hujan lalu turun
mengguyur taman. Mungkin bukan hanya taman namun seluruh komplek disini.
Badan bisma menjadi basah, bisma berlari berteduh dibawah pohon. Lalu
dia mengambil jam tangan yang ada disakunya.
“Mungkin (sebutnamakamu) ngga kesini.” Ucap bisma.
“Mending aku kerumah dia aja.” Bisma menerjang hujan yang cukup deras menuju motornya lalu dia berangkat kerumahmu..
“Dicky, aku rasa ini terlalu cepat.” Katamu melepas tanganmu dari genggaman dicky.
“Terlalu cepat? Iya memang. Karena aku juga ngga mau kehilangan kamu.” Ucap dicky.
“engh..” kamu menggaruk garuk kepalamu yang tidak gatal dan bingung mau jawab apa.
“Kasih waktu aku ya dicky.” Ucapmu pada akhirnya melirik dicky.
“Siap! Besok aku akan bawa aku kerumahku. Dan kamu harus jawab disana.” Ucap dicky.
“Hmm, baiklah dicky..” lalu tibatiba dicky mencium keningmu dan menarik tanganmu. Digenggamnya tanganmu…
Bisma tiba didepan rumahmu, dia kaget ketika melihat ada mobil dicky
disitu. Bisma lalu mengendap endap berjalan masuk kepekarangan rumahmu.
Bisma lalu menuju kesebuah jendela dan bisma mengintip dibalik jendela
itu….
Begitu sangat menyakitkan, untuk kedua kalinya bisma melihatmu dan
dicky. Dan kali ini dicky memelukmu. Hati bisma lebih hancur daripada
yang dia rasakan dulu. Dia langsung melangkah mundur. Air matanya keluar
namun selalu tertutupi dengan air hujan yang menghujam tubuh dan
wajahnya.. bisma pergi tanpa tau pasti kemana dia akan pergi…
**
Hingga pulang sekolah, kamu tidak melihat bisma. sepertinya bisma tidak masuk sekolah hari ini.
“Hm, bisma kemana ya?” tanyamu dalam hati. Tibatiba ada yang menahan tanganmu dari belakang.
“Udah punya jawaban?” tanyanya.
“Dicky?”
“Dicky kasih aku waktu ya. Besok deh besok.” Ucapmu.
“Hmm, jadi aku harus nunggu kamu lebih lama?” tanya dicky.
“Dicky….” Ucapmu memelas,
“Iya, aku selalu tungguin kamu kok. Mau pulang? Aku anter ya.” Ucap dicky.
“Enggak, aku mau kerumah temen dulu, nggapapakan?” tanyamu berhati hati pada dicky.
“Okedeh. Hati hati.” Dicky melambaikan tangannya ketika kamu pergi dan kamu membalas lambaian tangan dicky..
Kamu naik ojek untuk kerumah bisma. rumah bisma Nampak sangat sepi.
Kamu berjalan lalu menekan bel dirumah bisma. dan selang beberapa detik
bibinya bisma membukakakn pintu.
“Eh bibi hehe.” Kamu memang sudah mengenal bibi yang bekerja dirumah bisma.
“Non kok kesini? Den bisma ada dirumah sakit.” Terangnya.
“Apa bi? Bisma kerumah sakit?” tanyamu.
“Iya non, semalem bibi ditelfon sama den bisma suruh nemenin den
bisma, eh tapi den bisma tengah malem badannya panas banget. Dan tau
sendirikan non. Den bisma kalau udah panas badannya suka teriak teriak
garagara kepalanya pusing.” Terang bibi bisma.
“Terus, bisma sekarang dirumah sakit mana?” tanyamu dengan nada panic.
“Di Hasan Sadikin non.” Tanpa berpamitan kamu langsung meninggalkan bibi, kamu berlari ke gang untuk mencari taksi…
*
Kamu tiba dirumah sakit hasan sadikin. Berlari ke bagian informasi
dan menanyakan kamar bisma. setelah mendapatkan jawabannya. Kamu
berjalan cepat sambil menyalahkan dirimu sendiri.
“Ini semua pasti gara gara aku. Bisma kemarin pasti ujan ujan
nungguin aku. Argh!” ucapmu kesal. Kamu telah sampai didepan kamar
bisma. saat hendak membuka pintu kamu melihat seseorang sudah berada
disamping bisma dari jendela yang tirainya tidak ditutup.
“Din dinda?” lirihmu. Kamu melihat dinda sedang menyuapi bisma
disana. Bisma terlihat senyum ketika dinda mengusap bibir bisma.
pemandangan yang sama sekali tidak indah untukmu. Butiran air matamu
meleleh begitu saja dipipimu.
“Bahkan… argh! Sahabat macam apa aku. Kenapa aku bisa setega ini sama
bisma.” lirihmu. Kamu masih memandang mereka berdua dari luar. Dan
ketika melihat dinda berdiri sontak kamu langsung berbalik badan dan
segera meninggalkan tempat itu namun dinda sudah keburu keluar dan
melihat.
“Hei.” Dinda berlari dan menahan tanganmu.
“Kamu mau nengokin bisma? kamu…” dinda berhenti berbicara ketika kamu melihat dinda dengan air mata yang berkaca kaca.
“Jangan salah paham, aku sama bisma engga ada apa apa kok.” Ucap dinda.
“Ngga. Kamu lebih pantas buat bisma. bukan aku.” Ucapmu melepas
tanganmu dan ingin kembali pergi namun dinda tetap menahan tanganmu.
“Tapi bisma. bisma menginginkan kamu. Bukan aku buat yang ada
disampingnya!!” Teriak dinda dengan suara bergetar. Dinda langsung pergi
begitu saja meninggalkanmu, dan kamu masih tetap menangis, dan pergi
dari rumah sakit…
**
“Dicky!” kamu pergi kerumah dicky. Dan ketika bertemu dicky kamu langsung memeluk dicky.
“Hei, kamu kenapa?” tanya dicky terlihat bingung. Kamu hanya menggelengkan kepalamu di pelukan dicky.
“Masuk dulu ya.” Ucap dicky. Dicky merangkulmu lalu mengajakmu
keruang tamu. Dan duduk disofa. Dicky lalu mengambilkan mu air putih.
“minum dulu. Biar kamu tenang.” Ucap dicky. Kamu minum air putih yang diberikan oleh dicky..
“Kamu kenapa?” tanya dicky.
Kamu berniat bercerita terus terang dengan dicky. Kamu berniat untuk
mengatakan yang sebenarnya bahwa kamu sedang bingung dengan perasaan
kamu sendiri.
“aku….” Belum sempat kamu berbicara, seseorang memotong pembicaraanmu.
“dicky. Lo taruh mana kotak kecil yang ada dikamar gue?” kamu
mengenal betul suara siapa yang berada dibelakangmu sekarang. Dicky
berdiri dan kamu menoleh.
“Re re reza..” lirihmu. Reza kaget melihatmu. Bibirnya menganga
melihat gadis-yang-masih-berstatus-kekasihnya berada di depannya. Kamu
berdiri dan air matamu kembali terjatuh, tanpa basa basi reza berlari
dan memelukmu, hingga gelas yang kamu pegang tadi terjatuh dan pecah..
“Aku kangen banget sama kamu.” Ucap reza lirih. Kamu masih belum
percaya dengan ini, kamu belum membalas pelukan reza. Dicky terlihat
bingung dengan apa yang dia lihat kini. Kakaknya adalah saingannya
sendiri?.....
“Aku kangen banget sama kamu.” Ucap reza lirih. Kamu masih belum
percaya dengan ini, kamu belum membalas pelukan reza. Dicky terlihat
bingung dengan apa yang dia lihat kini. Kakaknya adalah saingannya
sendiri?...
Reza masih tetap memelukmu sedangkan kamu berusaha mencoba untuk melepaskan pelukan reza.
“Kamu ngga kangen sama aku?” tanya reza begitu kamu berhasil lepas
dari pelukannya. Kamu menatap reza tajam, air matamu masih tetap
berlinang, dan kamu diam tanpa berkata apapun.
“kamu inget aku kan? Aku pacar kamu.” DEG! Mendengar itu dicky
langsung membelalakan matanya dan menarikmu agar berada sejajar
disampingnya.
“masuk lo apa bang? Pacar? Kapan lo jadian?” tanya dicky dengan nada mendesak.
“gue udah lama sama dia. Dan? Kenapa kalian bisa saling kenal?” tanya reza.
Kamu lansung berlari tanpa memperdulikan mereka. Reza dan dicky ikut
berlari mengejarmu. Dan saat taksi pertama lewat rumah dicky, kamu
langsung naik. Dicky dan reza terhenti sejenak dan saling memandang.
“Bang..” dicky belum selesei omong, namun tangan reza sudah memberi kode agar dicky tidak melanjutkan kata katanya.
“siapapun lo untuk dia, yang jelas dia masih menjadi milikku, dan
tetap menjadi milikku.” ucap reza kemudian meninggalkan dicky. Dicky
mengepalkan tangannya sambil menatap punggung kakaknya.
“Dan sampai kapanpun, aku ngga akan biarkan, dia maafin lo, kak.” Ucap dicky lirih dengan nada geram.
**
“Bisma.Aku butuh kamu banget.” Ucapmu lirih. Sekarang kamu duduk
dijendela biasa bisma dan kamu duduk disitu saat bisma suka main malam
malam kerumahmu.
“Aku nggak bisa ngatasin masalah serumit ini. Reza balik lagi bis.
Dan dia, dia kakaknya dicky. Aku harus gimana bisma? apa aku harus lari
dari masalah?” ucapmu menatap langit yang terlihat mendung.
Kamu mendengar suara bel pintu dibunyikan, mungkin bibi kamu sudah
tidur, kamu berjalan menuju pintu rumahmu, dan kemudian membukakan
pintu. Begitu terkejutnya ketika kamu melihat siapa yang berada di depan
pintu sekarang. Siapa lagi kalau bukan reza, bagian yang paling berate
yang pernah menghilang dari hidupmu. Kamu hendak menutup kembali
pintunya, namun reza menahan, tentu saja tenaga reza lebih kuat
dibandingkan dengan tenagamu. Reza membuka pintu dan menarik tanganmu
agar keluar dari rumah.
“Aku mau ngomong sama kamu! Dengerin aku dulu, aku mau minta maaf dan bisa jelasin semua.” Kata reza menggegam tanganmu erat.
“Aku tau aku salah, aku udah ngilang gitu aja, aku nggak pernah
bilang sama kamu. Dan aku minta maaf. Aku sekarang kembali buat kamu.”
Ucap reza.
“Minta maaf katamu ja? Kamu ngga tau gimana ngerasain jadi aku kan?
Kamu enak ya. Pergi se enak kamu sendiri. Pergi tanpa alasan. Terus
dateng juga seenak kamu sendiri.” Ucapmu “Kamu nggak tau gimana jadi aku
kan? Berbulan bulan aku hidup dalam ketidakpastian!” ucapmu “aku sakit
emang kamu tau? Aku nangis emang kamu tau? Aku kesepian emang kamu tau?”
tanyamu.
“Aku tau aku salah. Aku mohon, aku mencintaimu. Aku ingin nerusin hubungan kita. Jangan berhenti.” Ucap reza.
“Hubungan kita? Aku kira hubungan kita sudah mati.” Ucapmu menarik tanganmu agar terlepas dari genggaman reza.
“Kamu bilang apa sih, aku belum pernah bilang berpisah, dan aku nggak akan pernah bilang!” ucap reza.
“Asal kamu tau, aku disana juga mikirin kamu. Memang kamu juga tau
kalau disana aku juga kesepian? Aku menangis? Aku melawan sakit? Perih?”
tanya reza menatapmu tajam. Kamu juga menatap reza dengan tajam. Mata
reza memerah, dan matamu sudah mengeluarkan air mata.
“Kenapa kamu baru datang? Kenapa kamu datang disaat waktu yang gak
tepat? Kenapa jja kenapa? Kenapa kamu harus datang disaat… arghh!” kamu
memutar badanmu membelakangi reza, reza mengekorimu dan dia tetap
memohon padamu.
“Disaat apa? Apa kamu berpacaran dengan dicky? Adikku sendiri?
Putuskan dia!” spontan ketika kata kata itu meluncur dari bibir reza
kamu langsung berbalik dan menampar reza.
“Kamu pikir, kamu lebih baik dari dicky ha?” tanyamu.
“Pikir dong jja, siapa yang selalu ada disaat kamu nggak ada? Dicky selalu nemenin aku!” ucapmu.
“Bohong! Dicky baru beberapa waktu pindah ke Indonesia, dia baru saja
mengenalmu, apa dicky Cuma kamu jadiin tempat pelarian aja dari aku?
Aku tau, kamu pasti masih mencintaiku.” Kata reza.
“Benar bila kamu bilang kalau aku masih mencintaimu.” Ucapmu “Tapi
nggak semanis seperti dulu, nggak sepenuh dan setulus seperti dulu.”
Sambungmu lagi. Kamu menjauh reza yang mematung karena ucapan dan
perkataanmu tadi, menurut dia itu adalah perkataan yang sangat
menyakitkan.
“Dengerin aku dulu.” BRAK!! Kamu menutup pintu rumahmu kasar dan
berlari kekamar sambil menangis. Kamu mengambil pakaian seragammu dan
memasukkan keransel kamu berniat untuk menemui bisma sekarang juga. kamu
melirik jam dinding masih pukul 20.30 dan kamu berharap bisma belum
tidur dan jam jenguk belum tutup.
Kamu melihat keluar melalui jendela, mobil reza sudah tak terlihat
lagi. Kamu memasang kertas kecil di depan pintu kamarmu. “Bi, aku
nemenin bisma dirumah sakit.” Dan setelah itu kamu pergi kerumah sakit…
Kamu lega ketika jam jenguk ditutup masih nanti pukul 22.00. dengan
matamu yang masih memerah kamu berjalan cepat menuju kamar bisma
dirawat. Selang beberapa menit kamu sampai dan…
“Kamu?” kamu melihat dinda berada didepan pintu kamar bisma dirawat
sambil memegang mangkuk seperti habis menyuapi bisma, tanganmu mengepal
erat ingin sekali kamu meninju cewek yang berada dihadapanmu ini karena
sudah berani beraninya mencoba menggantikan posisimu dihati bisma. kamu
tanpa berkata apapun membalikkan badan dan hendak pergi namun dinda
langsung memegang tanganmu dan menarikmu kasar menuju rumah sakit..
“Kenapa kamu selalu ngehindar waktu aku disini buat nemenin bisma?”
tanya dinda to the point. Kamu tidak berkata apapun, kamu lebih memilih
memalingkan wajahmu.
“Kamu kenapa nggak pernah jenguk bisma? kamu selalu hilang?!” ucap dinda.
“ITU SEMUA KARENA LO!!” teriakmu didepan wajah dinda.
“Karena aku?” ulang dinda, kamu kembali memalingkan muka.
“Jadi, aku salah nemenin bisma saat butuh temen? Saat dia butuh
tempat curhat, bahkan saat dia kesepian, nungguin orang yang disayang
sendiri.” Ucap dinda membuatmu melihat dinda.
“Bisma nungguin kamu! Kamu nggak tau kan seberapa besar harapan dia?
Harapan dia kamu nengokin dia dan nemenin dia saat sakit seperti ini.”
Ucap dinda.
“Dia sama sekali enggak mengharapkan aku ada disampingnya, karena
kamu yang selalu diharapkan bisma, kamu kamu dan kamu!” teriak dinda
dengan tangisan yang kecil, air mata dinda sedikit demi sedikit keluar
membasahi pipi mungilnya.
“Kamu ngga tau gimanakan jadi bisma? aku bisa ngerasain apa yang
dirasain bisma sekarang!!” kata dinda, kamu menunduk langsung tanpa
melihat dinda karena merasa bersalah.
“Aku sayang sama bisma, aku kira dia akan jatuh hati sama aku. Tapi
apa? Dia tetap pada kamu, dia tetap mencintaimu kamu, bahkan ketika kamu
menyakitinya berkali kali, dia selalu bercerita yang baik baik tentang
kamu. Dan apa kamu tau bagaimana perasaanku? Hancur. Sakit, dan merasa
tak dihargai sama sekali. Aku selalu mencoba tersenyum ketika bisma
bercerita tentang kamu dihadapanku. Karena apa? Karena aku suka ketika
bisma tersenyum, walau bukan karena aku, tapi kebahagiaannya adalah
salah satu hal yang berharga dalam hidupku.” Ucap dinda.
“Dan bisma merasakan hal yang sama! Dia pasti selalu mencoba
tersenyum saat mendengar ceritamu bukan? Dia selalu berusaha ada
disetiap kamu membutuhkan seseorang bukan?” tanya dinda menggoyang
goyangkan tubuhmu. Kamu menangis lagi pada akhirnya.
“Bisma sayang sama kamu. Dan kamu harus tau itu. Bisma menunggumu,
dan jangan kamu sia siakan itu. Dia teman, sahabat, cowok yang baik.”
Kata dinda melepasmu..
“Makasih dinda.” Ucapmu menghapus air matamu dan berlari pergi meninggalkan dinda. Kamu berlari menuju kamar bisma.
Setelah sampai dikamar bisma, kamu langsung membuka pintu kamar
bisma, membuat bisma terkejut dengan kedatanganmu, posisi bisma setengah
duduk karena dia sedang menonton tv.
“(sebutnamakamu)” ucap bisma. kamu berlari dan langsung memeluk tubuh bisma sambil menangis.
“Aku butuh kamu bisma, aku butuh kamu, jangan cuekin aku, jangan jauh
jauh dari aku, jangan pergi dari aku, jangan berpaling dari aku, aku
butuh kamu. Jangan pergi dari sampingku, tetaplah disampingku. Aku bukan
apa apa tanpamu.” Ucapmu menangis dipelukan bisma, kamu menangis
sesegukan hingga menimbulkan suara. Baju dibagian pundak yang dipakai
bisma basah karena air matamu. Namun… bisma tersenyum dan mengusap
rambutmu pelan.
“Aku kan memang selalu ada disampingmu.” Ucap bisma “Walau tanpa kamu
sadari. Kapanpun aku selalu berada disampingmu.” Ucap bisma lirih.
“Kamu kenapa?” tanya bisma mendorong badanmu pelan agar melepas
pelukannya. Kamu menghapus air matamu sendiri dengan punggung tanganmu
lalu menggeleng didepan bisma.
“Maafin aku ya bis. Aku baru jengukin kamu. Kamu mau marah sama aku, aku ngga papa kok.” Ucapmu dengan nada penuh penyesalan.
“Duduk gih.” Suruh bisma. kamu menarik sebuah kursi dan duduk disamping tempat tidur bisma.
“kamu kenapa dateng kok tiba tiba nangis gitu? Mana nangisnya kenceng
banget, kaya anak kecil baru aja ketemu ayahnya -_-“ ucap bisma.
“Aku Cuma khawatir sama kamu kok.” Katamu “Tapi aku lebih merasa
bersalah lagi sama kamu. Harusnya aku yang selalu ada disini buat
nemenin kamu, eh aku…” bisma memotong ucapanmu.
“Kamu nggak perlu merasa bersalah kaya gitu. Kalau udah terjadi
yaudah biarin aja. Toh aku juga ngga akan pernah marah sama kamu. Dan
nggak akan bisa marah sama kamu.” Ucap bisma. “Kamu juga nggak perlu
khawatir sama aku. Kalau kamu mau pacaran atau…”
“Bisma.. aku lagi nggak pacaran sama siapa siapa.” Selamu pelan.
“Aku pilih nggak punya pacar kalau kamu harus jauh jauh dari aku.
Karena aku nggak bisa. Aku butuh kamu.” Ucapmu, kamu memberanikan diri
menggegam tangan bisma.
“Badan kamu masih panas.” Ucapmu. Dan bisma mengangguk.
“Aku kena tifus. Jadi gini deh.” Ucap bisma.
“Pasti gara gara aku ya bisma. kamu kehujanan pas nungguin aku
ditaman, eh aku malah…….em…” ucapanmu terpotong karena pada saat itu
kamu bersama dicky.
“Udahlah. Aku nggak papa kok. Aku baik baik aja.” Ucap bisma.
Kamu menunduk dan suasana menjadi hening dirumah sakit, hanya suara
tv yang dinyalakan bisma dengan volume kecil terdengar. Bisma merasa
aneh dengan sikapmu, bisma merasa kamu ingin bercerita sesuatu, tetapi
kamu tak bisa menceritakan.
Perlahan tangan kanan bisma yang tidak terpasang infuse memegang
puncak kepalamu dan mengusap rambutmu pelan, membuat kamu mengangkat
wajahmu.
“Kamu mau ngomong sesuatu?” tanya bisma, dan kamu menggeleng pelan dengan tatapan lesu.
“Beneran?” tanya bisma lagi. Kamu tidak menjawab pertanyaan bisma
malah menarik tangan bisma lalu kamu meletakkan kepalamu ditangan bisma.
kamu memejamkan mata dengan posisi duduk namun kepalamu diletakkan di
tempat tidur diatas tangan bisma.
“Kamu…”
“Aku ngga papa kok bis. Kamu tidur aja. Aku mau disini sampai pagi sama kamu. Disampingmu.” Ucapmu.
Bisma tersenyum mendengarnya, ini adalah moment yang dia tunggu
tunggu, yaitu bersamamu, dan kamu berada disampingnya untuk menemaninya.
Dan disaat itulah sepasang mata melihatmu, dia menangis melihatmu
dengan bisma. Dinda berjalan pulang sambil menangis merelakan
perasaannya untukmu…
Dan disaat itulah sepasang mata melihatmu, dia menangis melihatmu
dengan bisma. dinda berjalan pulang sambil menangis merelakan
perasaannya untukmu…
**
“Ngh..” kamu merasa ada yang berherak dibawah pipimu. Perlahan kamu
membuka matamu dan ternyata tangan bisma kamu jadikan bantal semalaman
suntuk.
“Udah pagi ya?” tanyamu sambil mengangkat kepalamu. Bisma langsung menariknya dan menggerak gerakkan tangannya.
“Eh kenapa?” tanyamu dengan muka yang amat polos/
“Tanganku kesemutan.” Jawab bisma.
“Eh kok bisa?” tanyamu kembali -_-
“Yaamplop, semalem kamu jadiin tanganku bantal.”
“Hah? Serius bis? Wew hebaaat.” Katamu mangguk mangguk.
“Kok hebat sih? Ini tanganku kesemutan!” gerutu bisma.
“Terus maunya diapain?” bisma menyodorkan tangannya kedepan wajahmu.
“Diusep usep kaya anak kecil hehe.” Ucap bisma nyengir.
“Yeee, ogah.” Jawabmu.
“Kan, dasar ngga tau terimakasih banget ya. Awas aja, lain kali kamu
ngga boleh nunggu aku disini.” Kata bisma memalingkan wajahnya. Dengan
wajah kesal kamu menarik tangan bisma dan mengelus elusnya pelan.
“Puas?” tanyamu. Bisma tertawa dan mengangguk.
Kamu dan bisma bercandaan dari jam empat pagi tadi, hingga sekarang sudah jam setengah enam pagi.
“Kamu ngga sekolah?” tanya bisma.
“Huh, ngga tau.” Jawabmu malas. Kamu sangat tidak ingin bersekolah
hari ini, karena pasti disekolah nanti kamu harus bertemu dengan dicky.
Dan pastinya dicky akan mengajakmu bicara, masalah yang kemarin, ketika
dia menyatakan cintanya padamu.
“Gimana kalau hari ini aku nemenin kamu ngga sekolah bis?” tanyamu sambil memasang wajah imut.
“Dih, aku nggak usah ditemenin segala, kagak bikin aku mati juga.
Kamu kan udah nemenin aku sejak semalem, itu udah cukup buat aku.” Kata
bisma.
“Ngga seru isssh.” Ucapmu.
“Udah berangkat sekolah sana.” Kata bisma mengacak ngacak rambutmu yang memang sudah berantakan.
“Tapi bisma, hmm….”
Toktoktok.. Suara ketukan pintu ruang rawat bisma terdengar, kamu berdiri dan berjalan membukakan pintu.
“Dinda.” Ucapmu. Dengan ekspresi wajah kaget dinda melihatmu sepagi ini disini dengan kondisi badanmu yang berantakan.
“Kamu disini? Eh maksutnya udah disini?” tanya dinda.
“Iya, semalem ngga pulang.” Jawabmu.
“Oh gitu ya. Aku mau bawain bisma sarapan, dia ngga suka makanan
rumah sakit.” Dinda tau kebiasaan bisma, sedangkan kamu? Kamu hanya
bengong melihat dinda masuk, dan kedatangan dinda disambut suka cita
bisma. Kamu merasa sangat tersingkirkan saat ini. Namun kamu meredam
rasa kesalmu sendiri dan memilih mandi di toilet rumah sakit yang sudah
disediakan.
Selang beberapa menit, kamu selesei mandi. Dan kamu harus melihat dinda sedang menyuapi bisma. kamu sudah memakai seragam.
“Cieh romantis banget.” Ucapmu memecah keheningan.
“Apadeh (Sebutnamakamu)” jawab bisma.
Kamu duduk disofa sedangkan dinda duduk disamping bisma.
“Enak ye, pagi pagi udah ditemenin sama dua bidadari cantik.” Kata bisma sambil menaik turunkan alisnya.
“Gimana kalau aku poligami aja?”
buuk! Kamu langsung melempar bisma dengan handuk bekas yang kamu pakai tad
i.
“Poligami, poligami. Emang kamu bisa adil?” tanyamu. Dinda hanya tertawa kecil sambil menyuapi bisma.
“Bisa dong, bisma gitu loh.” Ucap bisma.
Setelah selesei menyisir rambutmu dan memakai sepatu kamu berdiri disamping bisma dan..
“Gini deh bis.” Ucapmu. “Katamu tadikan kamu bisa adil to?” tanyamu,
dan bisma mengangguk. “Sekarang gini aja deh, aku liat kamu sama dinda
kaya gini aja udah cemburu. Terus gimana kalau poligami? Apa yang akan
terjadi kalau aku liat kamu sama dinda seranjang? Wew mati deh hatiku.”
Ucapmu. Dan dinda serta bisma melihatmu dengan penuh tanda tanya.
“Kamu curhat ya?” sambar dinda pada akhirnya membuatmu gugup dan lidahmu menjadi kelu untuk menjawab pertanyaan dinda.
“Eh.. eh.. aku berangkat dulu deh. Sampai jumpa disekolah ye din!”
Katamu langsung ngebirit keluar dari ruang rawat bisma. Dinda tersenyum
penuh arti memandang bisma.
“Kayanya (sebutnamakamu) mulai suka sama kamu deh bis.” Ucap dinda.
“Amin aja.” Ucap bisma tersenyum.
“Eh aku berangkat dulu ya bis.” Kata dinda.
“Iya, kamu hati hati dijalan. Dan makasih ya buat sarapannya. Enak!” ucap bisma.
“Iya sama sama. Duluan ya bis.” Ucap dinda, dan bisma mengangguk.
**
Sedari tadi disekolah, kamu terus menghindar dari dicky. Hingga pulang sekolah pun kamu dengan diam diam meninggalkan dicky.
Kamu berjalan sambil celingak celinguk melihat kiri kanan. Kamu takut
apabila bertemu dengan dicky sekarang, kamu belum siap untuk menjawab
pertanyaan.
Tapi mungkin hari ini bukan hari keberuntunganmu. Tibatiba kamu
menabrak seseorang dan yang pasti kamu tau dari sepasang sepatunya. Itu
sepatu dicky. Kamu mendelik menatap dicky yang berada dihadapanmu
sekarang.
“Kenapa kayak ngehindar gitu?” tanya dicky dan kamu menggeleng.
“Kamu ngga mau ketemu aku?” tanya dicky lagi.
“Ngga kok dick.” Jawabmu. Dicky lalu mengambil tanganmu dan menarik tanganmu agar mengikutinya.
“Mau kemana?” tanyamu. Dicky membawamu ke atas gedung sekolah paling tinggi yang sedang dibangun.
“Ke atas.” Jawab dicky singkat dan tetap memegang pergelangan tanganmu erat.
Setelah sampai diatas. Dicky melepaskan tanganmu dan dia berjalan lurus kedepan.
“Jadi, kak reza itu pacar kamu?” tanya dicky memutar badannya
menghadapmu. Tangannya masuk pada kedua saku dicelananya. Jarak kalian
cukup jauh. Angin sore menerpa membuat rambutmu berantakan.
“Iya.” Jawabmu “Tapi itu dulu.” Sambungmu lagi.
“Dulu? tapi kata kak reza,. Kalian belum putus.” Balas dicky.
“Aku nggak tau bisa ngelanjutin hubungan itu lagi apa nggak.” Jawabmu. Kamu berjalan kedepan dan sekarang membelakangi dicky.
“Bukankah. Kakakku sangat berati dimatamu? Bukankah dia yang selama ini yang kamu tunggu?” desak dicky.
“Dia memang berarti bagiku.” Ucapmu.
“Lalu…” kata dicky.
“Tapi, aku sekarang sudah tak mengerti apa arti berarti lagi bagiku.
Semua ini gara gara reza, yang selalu mengabaikan arti berarti ku untuk
dia.” Sambungmu.
“Kamu salah. Kamu masih berarti buat kak reza.” Kata dicky membuat mu kaget dan berbalik melihat dicky.
“Kamu..”
“Apa? Kamu kaget aku bilang gitu?” tanya dicky mendekatimu. Kamu mengangguk.
“Aku.. aku bilang kaya gitu karena aku nggak mau dua orang yang aku
sayang sama sama terluka.” Kata dicky lembut. Dicky sekarang tepat
berada didepanmu. Begitu tulusnya dicky mencintaimu, hingga dia tak
ingin kamu terluka, dan begitu sayangnya dia pada kakaknya walaupun
pernah bilang kalau dia nggak akan ngerelain kamu bersama kakaknya
sendiri.
“Aku memang pernah ngerasa ngga rela, kamu sama kak reza. Tapi kalau
ketidak relaan Cuma bikin sakit, aku akan coba ngerelain kamu sama kak
reza.” Jelas dicky membuat matamu berkaca kaca, penjelasan dicky disitu
sudah memperlihatkan begitu sayangnya dicky denganmu.
“Dick..”
“Jangan menangis didepanku.” Dicky perlahan menghapus air matamu yang mulai jatuh membasahi pipimu kemudian memelukmu.
“Jangan pernah menangis didepanku. Aku menderita ketika melihatmu
menangis.” Ucap dicky lalu melepas pelukan singkatnya, dia menggandeng
tanganmu dan mengajakmu duduk di tepi gedung sambil melihat melihat
langit yang mulai oranye karena hari sudah sore.
“Tumben cerah.” Ucap dicky. Kamu masih diam, diam memikirkan kata
kata dicky tadi. Hatimu masih tetap bingung dengan apa yang terjadi
sekarang, bingung bagaimana cara menyikapinya.
“Kok diem?” tanya dicky.
“Dick, tentang pertanyaan yang kemarin…” ucapmu.
“Lupain aja, nggak pentingkan?” ucap dicky.
“Kok ngomong gitu sih dick?” tanyamu balik.
“Emang, kalau aku tanya lagi masalah itu. Kamu mau jawab apa?” tanya dicky.
“Eh.. em..” kamu mengalihkan pandanganmu ke langit langit dan Nampak
berpikir mencari alasan yang tepat, mencari kata kata yang pas untuk
dicky.
“Haha, ngga bisa jawabkan? Yaudah lupain ajalah.” Ucap dicky.
“Kamu mau ngelupain aku?” tanyamu pada dicky.
“Lupain kamu? Kayanya nggak gampang deh.” Balas dicky.
“Kenapa nggak gampang?” tanyamu balik.
“Sekarang aku tanya sama kamu, kenapa kamu nggak bisa lupain kak reza?” tanya balik dicky.
“Karena… karena aku mencintainya.” Jawabmu.
“Dan begitu pula denganku, karena aku mencintaimu.” Ucap dicky.
“Pernah denger lagu ini?” sambung dicky lagi.
“Lagu apa?” tanyamu.
“Cinta tak mungkin berhenti. Secepat saat aku jatuh hati. Jatuhkan
hatiku kepadamu, sehingga hidup ku pun, berarti. Cinta tak mudah
berganti, tak mudah berganti jadi benci. Walau kini aku harus pergi. Tuk
sembuhkan hati.
Hanya kamu yang bisa. Bisa membuatku rela, rela menangis karenamu.. cinta tak mungkin berhenti, secepat saat aku jatuh hati…..”
“Stop dicky!” katamu membungkam bibir dicky.
“Aku ngga suka lagu kayak gitu.” Ucapmu.
“Kenapa? Kan aku ngungkapin perasaanku.” Balas dicky. Kamu berdiri
dengan raut wajah kesal menatap dicky, dicky pun ikut berdiri dan
menatapmu.
“Aku nggak pernah nyuruh kamu buat berhenti cinta sama aku.” Ucapmu.
“Terus? Aku harus cinta sama kamu terus? Padahal kamu nggak cintakan sama aku?” ucap dicky.
“Bukan kayak gitu dicky!” balasmu.
“Terus apa lagi?” tanya dicky. Tibatiba kamu memeluk dicky membuat dicky bingung dengan apa yang kamu lakukan sekarang.
“Udah diem, aku pengen peluk kamu!” ucapmu…
**
“Besuk kamu udah boleh pulang bis?” tanyamu pada bisma. kamu berada di rumah sakit lagi malam ini.
“Iya dong.” Kata bisma bersemangat.
“Wesss, makan makan nih-_-“ jawabmu ngasal.
“Hubungannya apa coba?” tanya bisma.
“Nggak ada.” Jawabmu sekenanya juga.
“Eh, kamu nggak capek? Mau tidur disini lagi?” tanya bisma.
“Iya, kenapa? Boleh kan?” tanyamu pada bisma.
“Boleh bangetlah.” Kata bisma
“Eh aku ketoilet dulu ya bis. “ ucapmu. Kamu meletakkan ponselmu
didekat tempat tidur bisma dan saat kamu pergi ke toilet, ponselmu
berbunyi. Bisma menjadi penasaran, karena ponselmu berbunyi berkali kali
menandakan kalau ada pesan masuk. Bisma mengambilnya dan layar ponselmu
tertera 5 pesan masuk namun tidak nama kontaknya. Bisma membuka
pesannya dan.
“Kamu dimana? Aku dirumah kamu sekarang. Aku pengen ketemu sama kamu. Kasih aku kesempatan sekali lagi. Aku mohon. –Reza.”
DEG! Bisma langsung kaget dengan apa yang dia baca sekarang.
“Reza sudah kembali?” batin bisma “Jadi itu. Jadi itu alesannya kemarin (sebutnamakamu) menangis.” Sambung bisma kembali.
Ketika kamu kembali dari toilet kamu melihat bisma tengah membawa
ponselmu, dengan cepat kamu langsung menyambar ponselmu dan melihat apa
yang sedang bisma lihat, kamu membelalakan matamu ketika tau reza sms.
“Bis.” Ucapmu lirih.
“jadi reza udah kembali?” tanya bisma.
“Iya bis.” Jawabmu lirih.
“terus?” tanya bisma lagi. Dan kamu menggeleng pelan.
“Temuin gih, dia nungguin kamu.” Ucap bisma, dan lagi lagi kamu menggeleng.
“Aku nggak mau ketemu dia.” Ucapmu.
“Kenapa?” tanya bisma.
“Dia kakaknya dicky bis!” balasmu.
“a apa?” bisma lebih kaget mendengar semua ini.
“Kenapa kamu nggak cerita sama aku? Aku kamu anggep apa?” tanya bisma dengan nada kecewa.
“Jangan bikin aku ngerasa bersalah lagi bis, aku udah capek sama permainan hidup.” Ucapmu lesu.
“Jadi kamu mau lari dari masalah?” tanya bisma.
“Kalau memang itu yang harus aku lakukan, aku harus melakukannya.” Ucapmu.
“Jadi menurut kamu itu benar?” desak bisma kembali.
“BISMA! JANGAN MOJOKIN AKU!” gertakmu.
“Aku nggak mojokin kamu..” balas bisma.
“Iya, kamu mojokin aku bisma!”
“Aku Cuma mau, apa yang kamu mau sebenarnya. Kamu masih sayangkan
sama dia? Jangan munafik jadi orang, Cuma bikin sakit hati buat kamu
sendiri.” Kata bisma.
“Terus aku harus gimana? Ninggalin kamu, yang selama ini selalu ada buat kamu? Pasti aku akan salah!” ucapmu frustasi.
“Kamu ngga salah. Aku fine kok kamu tinggalin, aku nggak ngeharapin
kamu ada disini, kamu disini kan juga mau kamu.” Ceplos bisma, bisma
berdusta padamu, pada dirinya dan hatinya sendiri, dia menjilat ludahnya
sendiri. Namun bisma melakukan itu semua demi kamu, hatinya sangat
sakit sekarang, karena tak dipungkiri lagi. Bisma memang benar benar
menginginkanmu selalu berada disisinya.
Dadamu sesak mendegar pernyataan dari bisma, bahwa dia tidak mengharapkanmu berada disisinya.
“Jadi, kamu pengen aku pergi?” tanyamu.
“Kalau itu lebih baik.” Kata bisma membuang mukanya.
“Oke kalau itu mau kamu bisma, aku harap kamu nggak nyesel dengan apa
yang kamu mau.” ucapmu menangis dan meninggalkan bisma, kamu berpapasan
dengan dinda, namun kamu menghiraukan dinda dan cepat pergi
meninggalkan rumah sakit..
**
Reza masih stay dirumahmu untuk menunggumu, dia duduk diteras rumahmu
sambil menghentak hentakkan kakinya pelan tanda dia sedang gelisah.
Tibatiba reza berdiri ketika melihat sebuah taksi berhenti didepan
rumahmu. Mata reza langsung berbinar binar melihatmu datang kesini.
“(Sebutnamakamu)” reza berlari menujumu yang masih berada di dekat pintu gerbang rumahmu.
“Kamu dateng!” ucap reza.
“Sesuai mau kamu jja.” Ucapmu dengan nada bergetar, tanganmu bergetar
karena kamu masih meredam emosi karena bertengkar dengan bisma tadi.
“Makasih yah.” Kata reza melepas pelukannya, reza lalu memegang kedua pundakmu.
“Aku enggak mau basa basi lagi sama kamu. Aku mau bilang, kalau aku
nggak bisa hidup tanpa kamu, tolong kembalilah bersamaku.” Mohon reza.
“Aku akan memperbaiki kesalahanku, dan nggak akan lagi mengulang kesalahanku.” Sambung reza lagi.
Tiba tiba, ada yang mengklakson. Sebuah mobil buka, membawa
serangkaian lampu kelap kelip berada didepan rumahmu, ketika lampu itu
dinyalakan. Ternyata sederetan lampu tersebut membentuk sebuah rangkaian
kata.
“SORRY, FORGIVE ME. I LOVE YOU!” Itulah tulisan yang ada di mobil tersebut. Kamu memutar badanmu dan menatap reza tajam.
“Masih mau kan kasih kesempatan aku? Aku sayang kamu (sebutnamakamu)”
ucap reza. Reza lalu menarik tubuhmu agar memeluknya. Dan kamu
memejamkan matamu, mengingat apa yang terjadi hari ini. Dari dicky,
dicky yang mengatakan bahwa kamu masih sangat berarti untuk reza,
mengingat begitu relanya dicky melepasmu, lalu bisma, pertengkaran tadi
membuatmu sangat gelisah dan marah. Dan ketika kamu mengingat kata kata
bisma yang menyakitkan tadi, kamu semakin menangis dipelukan reza.
“Iya jja, aku kasih kesempatan satu kali lagi buat kamu. Aku mau
bersama kamu lagi.” Dan pada akhirnya kata kata itu keluar dari bibir
kamu, spontan reza melepas pelukannya dan memegang kedua pipimu.
“Kamu serius?” tanya reza.
“Aku serius, kapan sih aku nggak serius hehe.” Jawabmu tersenyum
semanis mungkin. Reza mencium keningmu cukup lama, lalu dia kembali
memelukmu.
“makasih. Aku janji, dan aku akan buktikan sama kamu.” Kata reza.
“Aku harap. Kita bisa memulainya dari enol.” Lirihmu, dan reza
mengangguk. Ketika memelukmu, reza mengacungkan jempol pada sopir yang
membawa rangkaian kata tadi, ketika topinya dibuka, ternyata itu dicky.
Dicky mengacungkan jempolnya dan tersenyum. Air matanya keluar melihat
kejadian ini secara langsung, namun dicky cepat menghapusnya, karena dia
tau, ini yang benar…
Kamu dan reza duduk diteras rumah seperti yang kalian dulu, bercerita bercandaan. Kamu mengeluarkan ponselmu, lalu..
“Bisma. aku udah ngelakuin apa yang aku mau. sekarang, aku sudah
kembali dengan reza. Makasih buat tadi :’)” Kamu memilih sent lalu
memasukkan ponselmu lagi.
“Sms siapa?” tanya reza.
“Bisma jja, dia sakit, nanyain keadaan nya aja.” Jelasmu, reza hanya mengangguk dan tersenyum, dia lalu merangkulmu.
“Ini malam terindah setelah malam ketika kita jadian dulu.” Ucap reza mencium pelipismu..
**
“Bis, ada sms.” Ucap dinda mendengar hp bisma berbunyi.
“Tolong dong din.” Kata bisma. dinda mengambilkan ponsel bisma yang tadi di charger, lalu bisma membaca pesan yang masuk.
Selang beberapa detik. Bisma langsung membelalakan matanya melihat sms darimu, hatiinya hancur sekarang!
“Kamu kenapa bis?” perlahan dinda melihat mata bisma yang sedikit berair dikelopak matanya.
“Bisma!” dinda menggoyangkan tangan bisma, dan bisma menyodorkan
ponselnya agar dibaca dinda. Betapa terkejutnya dinda membaca smsmu.
Dinda duduk disamping bisma dan memegang tangan bisma.
“Bisma, kamu nggak papakan?” tanya dinda. Bisma menggeleng, bisma
menggegam tangan dinda begitu erat. Sedangkan dinda hanya bisa meringis
karena mungkin sedikit sakit. Dinda mengepalkan tangan yang satunya,
pikirnya.. Kamu adalah gadis paling tega didunia ini…
Bisma, kamu nggak papakan?” tanya dinda. Bisma menggeleng, bisma
menggegam tangan dinda begitu erat. Sedangkan dinda hanya bisa meringis
karena mungkin sedikit sakit. Dinda mengepalkan tangan yang satunya,
pikirnya.. Kamu adalah gadis paling tega didunia ini…
Setelah kejadian itu. Kamu sama sekali tidak berhubungan dengan
bisma. dirumah maupun disekolah, ketika kamu bertemu dengan bisma, bisma
selalu menghindarimu, dia enggan menyapamu, bahkan melihatmu dia tak
mau.
Kamu melihat bisma bersama dinda terus, selalu berangkat bareng,
kekantin bareng, bahkan mereka sering berduaan di taman, hanya sekedar
untuk menghabiskan waktu setelah pulang sekolah.
Entah kenapa, melihat itu semua membuat hatimu begitu gelisah,
padahal kamu sudah mempunyai reza yang begitu menyangimu. Kamu selalu
memikirkan bisma. memikirkan apakah bisma benar benar membencimu, apakah
bisma benar benar telah melupakanmu.
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Kamu keluar kelas. Lalu kamu melihat
bisma yang sepertinya sedang menunggu seseorang. Kamu memberanikan diri
untuk menemui bisma, baru melangkah tibatiba dinda datang dan bisma
langsung merangku ldinda. Bisma dan dinda melewatimu tanpa
memperdulikanmu. Bisma melirikmu dan hatinya sangat merasa bersalah
sekarang, dia tak tau apa yang sedang dia lakukan, yang dia rasakan
sekarang adalah, dia melakukan hal yang seharusnya tidak dia lakukan,
dia membohongi hati dan dirinya sendiri.
Kamu masih menatap mereka berdua yang berjalan menuju gerbang
sekolah, dan dari sana pula reza datang. Reza tersenyum melihatmu yang
sepertinya sudah menunggu dia.
“Hai, sayang.” Ucap reza merangkulmu.
“Ha hai.” Ucapmu pelan dan ragu.
“Makan siang dulu yuk. Aku laper banget. Tadi ngga sempet makan siang akunya.” Ucap reza.
“Oh, iya terserah kamu aja, mau makan dimana?” tanyamu.
“Ya dimana aja deh.” Reza menarik tanganmu dan pergi dari sana, kamu hanye menurut sambil menundukkan kepalamu.
**
Selama makan, kamu hanya memandangi makananannya dan bermain dengan
garpu. Reza yang melihatmu seperti merasa aneh dengan sikapmu.
“Kamu kenapa?” tanya reza. Dan kamu belum menjawab karena kamu sama
sekali tidak mendengar ucapan reza. Reza melambaikan tangannya didepan
wajahmu hingga kamu tersadar.
“Eh, kenapa jja?” tanyamu.
“Harusnya aku yang tanya sama kamu, kamu kenapa?” tanya reza.
“Emang aku kenapa? Aku nggak kenapa kenapa. Makanannya enak ja, hehe.” Jawabmu ngasal.
“Kamu belum makan makanan itu sama sekali.” Sahut reza menatapmu tajam.
“Aku sudah makan kok.” Jawabmu berbohong.
“Berhenti bohong, kamu kenapa?” tanya reza. Dan lagi lagi kamu hanya menggeleng.
“Aku Cuma pengen pulang.” Jawabmu pada akhirnya. Reza lalu meletakkan sendoknya lalu dia berdiri dan menarik tanganmu..
__
“Kamu lagi ada masalah ya?” tanya reza.
“Ngga kok jja.” Jawabmu tanpa melihat reza. Kamu dan reza sudah sampai didepan rumahmu.
“Yakin?” tanya reza.
“Iya, sayang.” Jawabmu dan tersenyum didepan reza, melihatmu tersenyum reza juga tersenyum lalu dia mencium keningmu sekilas.
“Yaudah gih istirahat sana, aku juga mau istirahat.” Kata reza.
“Oh ya jja, dicky apa kabar? Kok akhir akhir ini aku mau nemuin dia
susah?” tanyamu. Reza menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal karena
bingung mencari alasan.
“Oh, dicky… dicky ke rumah tantenya di Jakarta.” Jawab reza.
“Oh gitu ya. Yaudah deh. Kamu hati hati ya.” Katamu.
“Siap bos.”
**
Bisma terlihat sangat gelisah malam ini, dia terlihat sangat frustasi
karena semua ini. Dan sekarang dia benar benar ingin menemuimu. Bisma
membuka jendela nya dan terlihat awan hitam yang menutupi bulan,
menyebabkan bulan tidak dapat terlihat sepenuhnya. Semua yang bisma
lihat mengingatkan padamu, bisma ingat benar ketika dia setiap malam
mengunjungimu. Terkadang melihat langit bersamamu dijendela kamarmu.
“Argghh!!” bisma mengacak ngacak rambutnya frustasi, dia mengambil jaketnya dan pergi keluar rumah..
Kamu duduk ditaman biasanya kamu disana, malam ini kamu memutuskan
untuk keluar rumah karena satnight. Reza tidak bisa menemanimu karena
dia ada tugas lain dengan temannya. Kamu duduk sambil memikirkan bisma.
ya memang bisma yang selalu ada pikiranmu sekarang.
“Bisma, aku kangen sama kamu.” Ucapmu lirih. Kamu bermain dengan
karet dan membuatnya berbagai bentuk. Kamu membentuk karet itu menjadi
sebuah bintang. Lalu kamu mengangkat tanganmu, layaknya menempelkan
bintang karetmu dilangit, kamu mendongak dan ketika itu juga matamu
terbelalak kaget, melihat siapa yang sedang berjalan menujumu, dan dia
berhenti ketika melihatmu.
“Bisma.” lirihmu.
Bisma bingung apa yang harus dia perbuat sekarang, hasrat untuk
memelukmu sangat besar ketika bisma berhadapan denganmu. Dia melangkah
maju namun pada akhirnya, dia memilih memutar badannya dan melangkah
kembali, dia lagi lagi membohongi dirinya sendiri.
Kali ini kamu tidak tinggal diam. Kamu berlari dan mengejar bisma, menahan tangan bisma agar dia tidak bisa pergi lagi.
“Bisma, tunggu aku.” Katamu.
Bisma berhenti melangkah, melirik tangan kanan nya yang kamu pegang,
namun bisma tak memutar badan nya menghadapmu. Dia takut ketika
melihatmu, dia tidak bisa menahan dirinya.
“Bisma, aku ingin bicara. Lihat aku.” Ucapmu. Dengan perlahan memutar
tubuhnya hingga berhadapan denganmu, lalu dia melihatmu. Dan ketika itu
juga kamu merasa tak berdaya dengan tatapan bisma. tatapan yang sangat
kamu rindukan, entah bagaimana mengungkapannya. Kamu sangat ingin
memeluk bisma sekarang.
“Apa?” tanya bisma pada akhirnya. Kamu masih diam dan menatap bisma,
kamu tidak bisa berpikir jernih. Kamu lupa mau bicara apa pada bisma.
“a aku…” kamu menggelengkan kepalamu dan menunduk.
“Aku pergi.” Kata bisma pada akhirnya. Bisma memegang tanganmu yang
menahan tangannya lalu melepaskannya. Dia pergi dari hadapanmu.
“Bisma..” lirihmu, namun bisma tidak mendengarnya, bisma berjalan meninggalkanmu.
“Aku merindukanmu, itu yang tadi ingin aku katakan.” Ucapmu lirih,
kamu menangis sekarang dan membalikkan badanmu menuju bangku lagi.
Bisma berjalan sambil mengutuk dirinya sendiri, lalu dia berhenti melangkah.
“Apa yang ingin dia katakana? Apa dia merindukanku? Sama halnya dengan yang aku rasakan saat ini.” Batin bisma..
Kamu masih berjalan menuju bangku, air matamu masih menetes. Kamu
bermain dengan karet yang sejak tadi kamu pegang hingga karetnya
terputus.
“Bisma, aku merindukanmu.” Ucapmu. Dan tibatiba saja seseorang
memelukmu dari belakang. Tangannya melingkar dipinggangmu, mengunci
tanganmu juga.
“Aku lebih sangat merindukanmu.” Kamu tau itu suara bisma, kakimu
lemas sektika. Bisma memelukmu dan kamu sangat merasa nyaman ketika
seperti ini.
Hening. Hening ketika bisma memelukmu, selang beberapa menit bisma melepaskannya. Lalu bisma mengajakmu duduk dibangku.
Suasana kembali hening, kamu dan bisma tidak berbicara apapun. Hanya
suara jangkrik menambah suasana lebih hening. Kamu melirik bisma yang
terdiam dan sepertinya dia bingung untuk berbicara, sama hal nya
denganmu. Bingung apa yang harus dibicarakan sekarang.
“Sudah lama sekali.” Ucapmu pada bisma akhirnya, bisma melihatmu.
“Kita tidak berdua seperti ini.” Sambungmu dan bisma tersenyum.
“Dan sudah lama sekali, aku tidak melihat taman ini.” Kata bisma.
“Bagaimana kita bisa bertemu disini?” tanyamu melihat bisma penasaran.
“Entahlah. Mungkin Tuhan tau, kalau kita sedang saling merindukan.”
Kata bisma, dan itu berhasil membuatmu tersenyum. Bisma memegang
tanganmu yang kamu letakkan dipahamu.
“Aku bingung mau ngomong apa.” Kata bisma.
“Aku juga.” jawabmu. Kamu meletakkan kepalamu dipundak bisma.
“Biarkan tetap seperti, aku ingin bersamamu saat ini.” Ucapmu.
“Aku lebih ingin lama untuk bersamamu, seperti ini.” Balas bisma…
**
Kamu dan bisma sepakat untuk merahasiakan pertemuan kalian kemarin
malam. Menganggap tidak pernah terjadi apapun ketika kalian bertemu.
Senin siang dibandung terasa dingin karena mendung. Dan mungkin sebentar lagi hujan mengguyur kota ini.
“Bis. Kayanya kali ini aku nggak bisa nemenin kamu deh.” Kata dinda.
“Aku harus pulang, aku udah lama nggak kerumah.” Sambung dinda lagi.
“Oke.” Jawab bisma singkat. “Oh ya.” Kata bisma “Makasih ya din, udah
nemenin aku, tiap kali aku butuh temen, mungkin Cuma kamu yang bisa
ngertiin aku sampai seperti ini.” Sambung bisma.
“Iya bis, sama sama. Aku seneng kok bisa nemenin kamu.” Ucap dinda.
“Din.” Panggil bisma.
“Kenapa bis?” tanya dinda kembali. Bisma duduk disamping dinda, duduk dibangku depan kelas.
“Kamu, ngelakuin ini. Bukan berati kamu jatuh cinta sama aku kan?” tanya bisma.
“Ha?” Dinda kaget mendengar pertanyaan bisma, kenapa bisma tibatba bertanya seperti itu.
“Bukan begitu bisma, tapi..”
“Aku kan Cuma tanya yang jawabannya Cuma perlu dijawab ya atau gak.” Sela bisma. dinda menunduk dan dia mengangguk.
“Dinda, jangan jatuh cinta sama aku.” Kata bisma.
“Kenapa bis? Ini hatiku, jadi apapun yang aku lakukan, bukan urusan kamu.” Jawab dinda.
“Bukan begitu, masalahnya, aku nggak pengen kamu terluka kalau Cuma
gara gara aku. Aku nggak akan pernah bisa sama kamu.” Kata bisma lirih.
“Aku sudah tau, aku udah tau resiko apa yang akan aku terima. Tapi jangan ngelarang aku buat nemenin kamu.” Mohon dinda.
“tapi bagaimana kamu bisa melupakanku, kita selalu bersama sama.” Ucap bisma.
“Memang kenapa? Kan aku yang terluka bukan kamu. Apa kamu takut jatuh cinta sama aku?” tanya dinda.
“Aku sudah bilang, aku tidak akan jatuh cinta kepada siapapun
kecuali..” bisma tertunduk tak ingin melanjutkan perkataannya. Dinda
tau siapa yang bisma maskut.
“Kapan sih kamu mau bangun bis buat ngelupain cewek itu, udah cukup hati kamu sakit buat dia.” Ucap dinda.
“Apa untungnya kamu nungguin dia? Dia nggak akan menyadarinya. Dia itu cewek kejam!” ceplos dinda.
“Dia nggak kejam.” Ucap bisma.
“Bisma! sadar dong. Kamu boleh sayang atau jatuh cinta sama cewek
lain, tadi jangan dia. Aku nggak mau kamu terluka. Kamu terluka, dan aku
akan lebih terluka.” Kata dinda melihat bisma tajam.
“Jangan khawatirin aku, aku nggak papa din.” Ucap bisma.
“Lihat aku yang selalu menemanimu bis.” Ucap dinda menangis, bisma
melihat mata dinda yang berkaca kaca dan bisma langsung memeluk dinda.
“Din, maafin aku. Aku salah. Aku minta maaf din. Jangan nangis Cuma karena aku, aku mohon.” Kata bisma.
“Gimana nggak nangis sih bis, aku udah terlalu sakit. Dan udah nggak
kuat lagi buat mendem perasaan ini buat kamu.” Kata dinda. “Hatiku sama
halnya dengan hatimu sekarang, hancur dan terpuruk. Tapi apakah tak
bisa, kita membangun dan memperbaiki hati kita dengan cara kita untuk
bersama sama?” tanya dinda dipelukan bisma. dan jawabannya adalah, bisma
menggeleng pelan. Dinda kembali menangis sesegukan, dia menahan betapa
perihnya hati dia…
Kamu melihat bisma sedang memeluk dinda disalah satu bangku didepan
kelas. Kamu langsung memalingkan wajahmu dan berjalan seakan kamu tak
pernah melihat kejadian itu. Ketika kamu sampai di koridor sekolah, kamu
mengadahkan tanganmu keluar, dan basah. Hujan sudah kembali mengguyur.
Angin bertiup sedikit kencang membuat bulu romamu berdiri. Apalagi reza
bilang, dia akan terlambat menjemputmu.
Sekolah mulai sepi, dan reza tak kunjung datang. Hujan tambah lebat
dan anginpun semakin kecang. Kamu memundurkan langkahmu agar tidak
terkena hujan, namun saat melangkah, seseorang dibelakangmu, dan kamu
menabraknya.
“Eh, maaa… bisma?!” pekikmu.
“Kenapa belum pulang?” tanya bisma.
“Belum dijemput.” Balasmu.
“Oh yaudah, aku duluan.” Kata bisma. kamu terlihat bingung dengan
perlakuan bisma, kenapa dia dingin lagi padamu. Ketika bisma melangkah
menjauhimu, kamu mengejarnya, namun karena lantai licin, kamu terjatuh.
“Arh!” jeritmu tertahan membuat bisma menoleh kebelakang dan melihatmu terjatuh. Bisma langsung berlari dan jongkok dihadapanmu.
“Kamu ngapain sih.” Tanya bisma.
“Mau nahan kamu.” Katamu jujur, bisma diam dan melihatmu tajam. Tanpa
berkata apapun bisma membantumu berdiri. Dan tanpa basa basi kamu
memeluk bisma.
“Bisma, aku cemburu kamu pelukan sama dinda.” Katamu.
“Jangan coba ngehindarin aku lagi, aku mohon. Aku pengen kita temenan kaya dulu lagi.” Ucapmu.
“Bisma, ngomong dong. Aku lagi nggak ngomong sama patungkan?!” katamu.
“Aku juga cemburu ketika kamu bersama reza, bahkan bukan hanya reza,
tapi dicky. Ketika dicky mencium pipimu. Ketika dicky memelukmu. Dan
paling sakit ketika kamu sudah kembali bersama reza, apa kamu pernah
merasakan yang seperti itu?” tanya bisma dan dengan polosnya menggeleng.
“Lalu aku harus apa?” tanyamu.
“Entahlah.” Jawab bisma. kamu lebih erat memeluk bisma dan tak terasa
air matamu menetes dibaju bisma. perasaan bingung kini melandamu.
Reza memarkirkan mobilnya di parkiran sekolah lalu dia mengambil
payung. Reza masuk kekoridor sekolahmu. Dan matanya terbelalak kaget,
ketika melihatmu berpelukan dengan seorang laki laki.
“(Sebutnamakamu)” Mendengar itu suara reza, bisma kaget dan spontan langsung melepas pelukannya.
“Reza…..”
“(Sebutnamakamu)” Mendengar itu suara reza, bisma kaget dan spontan langsung melepas pelukannya.
“Reza…..”
“Apa mah? AS?” dinda terkejut ketika mama dinda menyuruh dinda untuk pergi ke AS.
“Buat apa mah?” tanya dinda lagi. Mama dinda menyerahkan selembar
amplop dari rumah sakit. Mungkin hasil check up yang dilakukan dinda
beberapa hari lalu, ketika dinda merasa dadanya sesak.
Dinda perlahan membuka amplopnya dan membaca isinya. Betapa
terkejutnya. Disana ia terdiagnosa memiliki tumor disekitar paru
parunya.
“Kamu harus berobat ke AS.” Ucap mama dinda.
“Di Indonesia aja mah, dinda mohon sama mama.” Mohon dinda.
“Dinda sayang, mama minta ini buat kesehatan kamu, mama nggak mau
kehilangan kamu sayang. Mama mohon dengan sangat.” Mama dinda memeluk
dinda dengan sangat memohon agar dinda mau menurutinya.
“Tapi mah…” Dinda membalas pelukan mamanya dengan tangisan kecil
membuat mamanya bingung. Mama dinda lalu melepas pelukan dinda lalu
mengajak dinda duduk dan menenangkan dinda.
“Kenapa sayang?” tanya mama dinda.
“Dinda, dinda udah betah tinggal disini. Dinda nggak mau jauh jauh dari Indonesia.” Jelas dinda.
“Nanti kamu akan kembali ke Indonesia setelah semua selesei, dan kamu sehat total.” Jelas mama dinda.
“Bukan begitu mah.” Ucap dinda.
“Kamu punya pacar sayang, disini?” tanya mama dinda. Dan dinda menggeleng.
“Lantas?”
“Dinda punya orang yang begitu dinda suka. Dinda sayang sama dia. Dia semangat dinda selama ini mah.” Jelas dinda.
“Apa yang diceritain papamu?” tanya mama dinda. Dinda langsung diam
enggan menjawab. Dinda ingat dulu waktu di suruh papa nya pulang, dinda
bertemu dan diajak pergi oleh bisma.
“I iya mah.” Ucap dinda.
“Haha, kalau begitu. Ajak dia ke AS. Nemenin kamu.” Ucap mama dinda.
“Kayak dia mau aja mah.” Jawabmu lesu.
“Di coba dulu ya sayang.” Mama dinda mencium pipi dinda.
“Mama juga akan coba ngomong sama temen kamu, yang penting kamu bisa
sehat. Mama Cuma pengen yang terbaik buat kamu.” Dinda tersenyum lalu
memeluk mamanya.
“Makasih mah.” Kata dinda..
**
“Eja, kapan kamu dateng?” tanyamu gugup didepan reza. Sedangkan bisma
hanya menyaksikanmu dan Reza. Bisma tersenyum tipis lalu melangkah
menghampirimu dan reza.
“Tenang aja. Aku sama dia gak ngapa ngapain kok. Kita temenan dari
kecil. Aku bisma.” Dan setelah itu reza menghela nafas leganya, Reza tau
bisma. karena kamu dulu sering menceritakannya.
“Yaudah, kita pulang dulu bis.” Kata reza dan bisma mengangguk sambil
tersenyum. Reza menggandeng tanganmu dan bisma hanya melihat kalian
berdua.
“Aku nggak bisa nebak jalan pikirmu.” Lirih bisma masih menatapmu.
“Eja, kamu nggak marahkan?” tanyamu saat kamu dan Reza sampai didepan rumahmu, namun kalian masih berada didalam mobil.
“Ngapain marah. Aku udah percaya sama kamu kok.” Ucap reza.
“Iya jja? Kamu udah percaya banget ya sama aku?” tanyamu.
“Iya sayang.” Balas reza.
“Gimana kalau aku, Sewaktu waktu mau ninggalin kamu? Buat orang
lain?” tanyamu serius pada reza. Reza menoleh lalu mendekatkan wajahnya
pada wajahmu.
“Kok kamu ngomong gitu? Aku percaya kamu nggak akan ninggalin aku.” Ucap reza lembut.
“Aku kan Cuma nanya jja. Seandainya aja.” Katamu.
“Hehe, nggak. Aku nggak percaya dan aku yakin kamu nggak akan pernah
ninggalin aku. Aku sayang sama kamu, kamu juga sayang sama aku kan?”
tanya reza. Dan kamu mengangguk pelan. Reza tersenyum kecil, lalu dia
mencium bibirmu sekilas.
“Udah lama banget, nggak dapet itu :p” ledek reza membuat pipimu merona.
“Hehe, yaudah jja. Aku turun dulu ya. Kamu hati hati ya.” Katamu.
“Iya. Siap bos.” Kata reza. Kamu turun dari mobil reza lalu melambaikan tangan pada reza dan berlari kerumah karena hujan..
**
“Dinda, ngapain malem malem kerumahku?” Tanya bisma kaget karena dinda ada dihadapannya sekarang, dinda langsung memeluk bisma.
“Kamu kenapa?” tanya bisma..
___
“Apa AS?” tanya bisma.
“Iya bis. Aku disuruh mama ku kesana.” Ucap dinda.
“Ngapain? Pindah gitu?” tanya bisma lagi, lalu dinda menggeleng.
Dinda mengeluarkan amplop yang diberikan mamanya tadi kepada bisma.
Bisma membuka lalu membacanya, begitu terkejutnya dia setelah membaca
apa isi dalam amplop itu.
“Kamu sakit?” tanya bisma, dan dinda mengangguk.
“Kenapa nggak pernah cerita sama aku?” tanya bisma.
“Aku aja juga baru tau tadi siang bis.” Jelas dinda.
“Terus?” tanya bisma.
“Mamaku minta aku ke AS buat ngejalanin pengobatan disana, karena di
Indonesia Teknologi kedokteran belum secanggih disana.” Jelas dinda.
“Yaudah, ikutin aja mau mama kamu. Itukan demi kebaikan kamu din.” Ucap bisma.
“Bis. Aku butuh temen disana.” Dinda memegang tangan bisma erat.
“Aku tadi bilang sama mamaku, kalau aku nggak mau pergi kesana.
Karena aku nggak mau jauh jauh dari kamu, bis.” Sambung dinda lagi.
“Kamu ngomong apa sih? Aku nggak mungkin pindah kesana. Aku suka di Indonesia.” Ucap bisma.
“Aku mohon bis. Setelah itu kita pulang. Kamu sekolah disana juga.” Mohon dinda.
“Nggak bisa gitu juga din.” Ucap bisma melepas tangan dinda dari tanganmu.
“Kenapa? Masalah orang tua kamu ya?” tanya dinda.
“Bukan. Kalau orang tua, orang tua mungkin akan suka kalau aku mau
sekolah di Luar Negri karena itu memang cita cita mereka, tapi…”
“(sebutnamakamu)?” tanya dinda. Dan bisma mengangguk.
“Kamu disana juga bakal lupain dia bis, kamu disana bisa belajar buat
ngelupain cewek itu. Dan memulai lembaran baru. Aku mohon bisma.” kata
dinda. Bisma menatap dinda dengan tatapan bingung lalu dia menatap
kedepan.
“Bakal aku pikirin lagi, din.” Ucap bisma tersenyum pada dinda, bisma lalu menarik kepala dinda dan menyandarkan dipundaknya.
“Kamu jaga kesehatan ya.” Kata bisma. dinda tersenyum dan mengangguk,
dia senang sekali, mendapat perlakuan seperti ini dari bisma..
**
Kamu masih terjaga disaat tengah malam. Kamu menatap fotomu dengan bisma, dan menatap fotomu dengan reza juga.
“Kenapa ya, bisma jadi serumit ini.” Ucapmu.
“Mungkin gak kalau, kalau.. jodohku itu bisma?” sambungmu lagi.
“Ah ngomong apa sih aku. Aku udah punya reza juga. sadar (sebutnamakamusendiri) kamu nggak boleh plinpan.” Ucapmu.
“Hm, tapi…”
__
Bisma masih terjaga dan belum tidur, dia masih memikirkan perkataan
dinda tadi. Apa yang dikatakan dinda memang ada benarnya juga.
Seharusnya bisma tak terus menerus terpuruk seperti ini, hanya karena
menunggu cintamu.
“Apa yang akan terjadi apabila aku berpamitan pada (sebutnamakamu)?” batin bisma.
“haha, manamungkin dia peduli padaku.” Sambung bisma lagi, bisma menghela nafas panjang lalu memeluk gulingnya.
“Mungkin itu yang terbaik.” Ucap bisma lirih…
**
“From : Bisma.
Nanti Malam, aku tunggu di taman biasa. Jam setengah tujuh yah.
Usahain datang, aku mau ngomong sesuatu sama kamu. Lebih dari sekedar
penting.”
Kamu mendapat sms dari bisma pada saat pulang sekolah. Dan tak lama
kemudian kamu melihat bisma bergandengan tangan dengan dinda keluar
sekolah.
“Huh..” desismu kesal.
“Apa yang bisma mau omongin yah.” Pikirmu.
Kamu melihat reza melambaikan tangannya didepan gerbang sekolahmu,
kamu segera menghapus sms dari bisma lalu memasukkan ponselmu kesaku
rokmu.
“Cepet banget jja.” Katamu.
“Hehe iya dong. Eh, kemana dulu gitu yuks.” Kata reza.
“Kemana jja emang kamu maunya?” tanyamu.
“Ke situ patenggang aja.” Kata reza.
“Eh? Siang siang gini? Emang nggak takut kalau entar disana hujan. Kan sampainya pasti sore jja.” Ucap reza.
“Nggak ah, langitnya gak mendung mendung amat. Yuks berangkat keburu kemaleman ntar pulangnya.” Ucap reza menarik tanganmu..
**
“Aaaaaah.” Kamu berteriak diatas batang pohon yang lumayan besar
namun sudah tumbang yang langsung menghadap pada danau sambil
merentangkan tanganmu. Kamu sangat merindukan suasana damai seperti ini.
“Suka?” tanya reza dan reza memelukmu dari belakang menaruh kepalanya dipundakmu. Kamu mengangguk sambil tersenyum.
“Kalau suka, aku bakal sering sering ajak kamu kesini deh.” Kata reza memejamkan matanya.
“Hehe, ya sokatuh kalau kamu nggak capek nyupir haha.” Jawabmu.
“Oh ya (sebutnamakamu), aku mau bilang sesuatu.” Kata reza. Reza memutar badanmu agar menghadapnya.
“Tutup mata kamu dulu dong.” Suruh Reza.
“Hah? Tapi kamu nggak mau ngapa ngapain aku kan jja?” tanyamu polos.
“Haha, ya nggaklah. Emang aku cowok apaan.” Kata reza.
Kamu lalu menutup matamu perlahan. Setelah itu Reza mengeluarkan sebuah kotak kecil dari sakunya, lalu membukanya.
“Sekarang buka mata kamu.” Kata reza. Perlahan kamu membuka matamu. Reza tengah tersenyum memegang sebuah cincin dan tanganmu.
“Aku pengen. Kamu jadi milikku selamanya.” Ucap reza.
“Bersamalah denganku, untuk selama lamanya. Dan kita akan tunangan dulu. Sebelum kita menikah nanti.” Ucap reza.
“Eja, kita masih kecil. Aku masih SMA, kamu juga baru kelas duabelas kan.” Katamu.
“Aku nggak peduli. Aku Cuma nggak mau kehilangan kamu.” Ucap reza.
“Pakai cincin ini, ini symbol bahwa kamu tak akan pernah meninggalkanku.” Sambung reza lagi.
Tibatiba jantungmu berdebar begitu cepat. Dan kamu langsung teringat bisma..
“Aku pakaiin ya.” Ucap reza, perlahan dia memasukkan cincin itu pada jemarimu.
“Bisma.” batinmu. Baru sampai pertengahan, kamu menarik cincin dari reza.
“Jja, maafin aku.” Katamu pelan dan menunduk. Reza kaget dengan apa
yang kamu lakukan. Apa ini berati kamu tidak bisa bersamanya?
“Kamu kenapa?” tanya reza.
“Aku.. aku…” kamu bingung mau jawab apa, reza menatapmu begitu serius.
“Kenapa? Jangan bilang kamu nggak bisa samasama aku?” tanya reza.
“Nggak jja,bukan gitu. Aku.. aku, aku Cuma belum siap aja, nerima apa
yang kamu kasih buat aku.” Ucapmu “Masih banyak kemungkinan yang akan
kita lewati nanti jja.” Katamu. “Mending cincinnya kamu simpen dulu aja.
Buat nanti kalau aku sudah benar benar siap.” Jawabmu.
“Huh, kukira, kamu akan meninggalkanku.” Ucap reza memelukmu.
“baiklah kalau itu mau kamu. Akan aku lakukan. Demi kamu.” Sambung reza lagi masih tetap memelukmu…
**
“Mendung, masa tetep mau ketemuan sih.” Ucapmu. Kamu melihat jam
dinding sudah jam setengah tujuh. Diluar berangin. Kamu mengambil
sweatermu.
“Huh. Aku nggak mau ngulangin kesalahan lagi. Aku bakal ketemu
bisma.” ucapmu lalu pergi ketaman, dimana kamu dan bisma sudah berjanji
untuk bertemu disana..
Sesampainya disana, kamu sudah melihat bisma duduk dibangku. Kamu berjalan menghampirinya.
“Maaf bisma, udah buat kamu nunggu.” Ucapmu lalu duduk disampingmu.
“udah biasa kok nungguin kamu.” Balas bisma tersenyum dan kamu tertawa kecil.
“Kenapa bis? Tumben pengen ketemu?” tanyamu.
Bisma bingung ingin memulai darimana untuk mengatakan bahwa dia memutuskan akan menemani dinda ke AS.
“Dinda sakit.” Ucap bisma tibatiba.
“Benarkah? Dia sakit? Parah?” tanyamu.
“Dia punya tumor ganas disekitar paru parunya.” Jawab bisma.
“Ooh. Lalu apa hubungannya denganku, bis?” tanyamu.
“Dan dia akan berobat ke AS.” Ucap bisma “Lalu, aku akan
menemaninya.” Sambung bisma lagi. Mendengar itu hatimu terasa sangat
sangat sakit. Bisma akan meninggalkanmu demi dinda?
“Be berapa lama kamu disana?” tanyamu pelan.
“Mungkin aku akan pidah disana, bersama dinda.” DEG!
Kamu menatap bisma dengan tatapan sedih. Air matamu keluar sedikit
demi sedikit dan akhirnya menetes. Bisma tak berani menatapmu.
“Bisma, kamu mau ninggalin aku?” tanyamu dengan suara yang sudah
serak. Bisma tau kamu menangis ketika mendengar suaramu, dan bisma tetap
tak mau melihatmu, dia menunduk dan dia mengangguk.
“Bisma. kamu tega sekali.” Sambungmu lagi.
“Maafin aku. Tapi ini pilihanku.” Ucap bisma lagi.
“Lihat aku bisma!” teriakmu pada bisma. kamu berdiri dihadapan bisma
yang sedang duduk. Bisma mengangkat kepalanya dan melihatmu.
“Kamu harus gantian ngertiin aku dong, aku udah ngertiin kamu selama ini. Kali ini aku mohon.” Ucap bisma ikut berdiri.
“Nggak. Aku nggak akan pernah ngertiin kamu, kali ini.” Ucapmu.
“Kenapa? Kamu egois?!” kata bisma.
“Aku egois karena aku nggak mau kehilangan kamu bisma!” ucapmu.
Bisma diam, dia hanya menatapmu.
“Sudahlah, aku tetap akan pergi. Tujuan kesini aku Cuma ingin bilang itu aja, aku akan pergi bulan depan.” Kata bisma.
“Aku pergi.” Sambung bisma lagi “Kamu cepet pulang, mau hujan.” Kata bisma.
“Aku nggak akan pergi dari tempat ini.” Jawabmu.
“terserah kamulah. Aku capek sama kamu. Hentikan sampai dari sini
permainanmu. Kalau kamu memang mencintaiku, tinggalkan reza dan pergi
padaku.” Ucap bisma meninggalkanmu.
Dan saat itu juga, hujan turun langsung deras. Bukannya pergi kamu
malah duduk dibangku, membiarkan hujan mengguyur tubuhmu, membiarkan air
matamu tertutupi oleh hujan.
Bisma sudah sampai luar taman, namun ketika dia menoleh kebelakang
dia tidak melihatmu, padahal hujan. Bisma lewat pinggiran jalan karena
ada pepohonan agar tidak begitu terkena hujan. Dan bisma kembali
ketaman.
Bisma terkejut melihatmu masih duduk dan menangis disana, pikir bisma apa kamu benar benar tak ingin dia meninggalkanmu.
Bisma berlari menghampirimu, bisma lalu menarik tanganmu agar berdiri.
“Kamu apa apaan sih?!” bentak bisma. Dan kamu diam menangis.
“Kamu jangan kayak gini. Aku mohon. Jangan siksa aku terus seperti
ini, karena ke egoisan perasaanmu sendiri.” Ucap bisma. lalu hening…
hanya terdengar suara air hujan yang turun..
“Kamu jangan seperti ini.” Ucap bisma sekali lagi. Dia melangkah
mendekatimu, lalu memeluk tubuhmu yang sudah basah kuyup, begitu pula
dengan bisma.
“Jangan pergi bisma.” kamu meremas baju bisma menahan tangis yang pada akhirnya tidak bisa kamu tahan juga.
“Maafin aku..” Ucap bisma…
Jangan pergi bisma.” kamu meremas baju bisma menahan tangis yang pada akhirnya tidak bisa kamu tahan juga.
“Maafin aku..” Ucap bisma…
“Kali
ini, aku nggak akan maafin kamu bisma, aku nggak akan.” Ucapmu masih
menangis. Kamu sama sekali tidak membalas pelukan bisma, kamu hanya
meremas pakaian bisma.
“Toh kamu juga udah bahagia kan dengan
pilihanmu sendiri, reza. Sekarang biarin aku yang milih apa yang ingin
aku pilih. Dan aku senang dengan apa yang aku pilih.” Ucap bisma.
Kamu melepaskan dirimu dari pelukan bisma, lalu menatap tajam bisma.
“Benarkah, kamu bahagia dengan pilihanmu sekarang?” tanyamu pada bisma. Bisma menunduk lalu dia mengangguk.
“Liat aku bisma, sejak kapan kamu takut liat aku?!” bentakmu.
“Apa
lagi? Apa kamu gak denger? Kamu tuli apa pura pura tuli,ha!” bentak
bisma balik. Kamu kaget dan langsung terdiam. Wajah bisma memerah di
bawah guyuran air hujan.
“Apa kurang lama kita bersama sama? Apa
itu kurang buat kamu? Apa kamu masih mau liat aku tersiksa gara gara
perasaanku kekamu?” sambung bisma lagi. Kamu terdiam dan menunduk. Kamu
benar benar tak tau harus bagaimana lagi untuk menahan bisma, agar dia
tetap disisimu.
Bisma menghela nafas panjang lalu dia memegang pundakmu.
“Kalau emang kita ditakdirkan buat bersama, kita akan bertemu nanti.” Ucap bisma melembut.
“Tinggal tunggu Tuhan menentukan waktunya aja.” Sambung bisma.
“Sekarang kita pulang.” Ucap bisma lagi. Bisma menggandengmu dan menarik tanganmu, namun kamu hendak bergerak dari tempatmu.
“Pergilah” ucapmu tanpa melihat bisma.
“Nggak bisa gitu. Kamu disini karena aku. Kamu berati tanggung jawabku.” Jawab bisma.
“Tinggalin aku, bisma!” suruhmu. Bisma kembali mencoba mengambil tanganmu, namun kamu menghindarinya.
“Pergilah.
Tinggalkan aku sendiri disini. Gak usah khawatir. Aku akan baik baik
aja.” Jawabmu. Bisma melihat bibirmu yang bergetar tanda kamu sangat
kedinginan. Bisma memilih tidak pergi dan tetap berdiri dihadapanmu.
“Aku akan pergi, kalau kamu mau pergi.” Ucap bisma.
“Kita akan hujan hujan disini.” Bisma duduk dibangku lalu menarik tanganmu agar kamu duduk disampingnya.
“Nanti kamu sakit.” Ucapmu singkat menunduk.
“Nanti kamu juga sakit. Jadi kita sama sama sakitnya, impaskan?” balas bisma.
Kamu
menghela nafas kesal karena kelakuan bisma. Dia mampu membuatmu
menangis takut kehilangan dia, namun dia juga mampu membuat hatimu
merasa nyaman saat ini.
Kamu dan bisma terdiam dalam keheningan. Hujan pun semakin lama semakin reda, dan kamu juga bisma masih duduk dibangku.
“Sudah
redakan? Kalau gitu kita pulang.” Ucap bisma. Bisma lalu berdiri dan
berjalan dihadapanmu mengulurkan tangannya, dengan maksut membantumu
berdiri.
“A aku, aku ma masih ing ingin di disini.” Ucapmu terbata bata karena tubuhmu menggigil kedinginan
“Huuh.” Bisma menghela nafas kesalnya.
“Mau sampai kapan kamu akan disini?” tanya bisma.
“Sampai
kamu mengatakan, kalau kamu nggak akan pergi meninggalkanku.” Bisma
tercengang mendengar perkataanmu,dia sangat kaget kamu bisa berbuat
nekat seperti itu.
“Aku Cuma nunggu itu kok bis, kalau kamu mau pulang, silahkan. Gak ada yang ngelarang.” Sambungmu.
“Baiklah, aku akan pergi karena aku nggak akan pernah mengatakan apa yang kamu ingin aku katakan.” Ucap bisma.
“Aku
harap kamu mengerti.” Sambung bisma. Bisma memutar tubuhnya dan
membelakangimu. Dia lalu berjalan menjauh. Seiringan dengan itu, air
matamu menetes, dan begitu juga air mata bisma, kalian akan benar benar
berpisah...
**
“Kok kamu bisa sakit kayak
gini sih? Mana demam lagi, kamu hujan hujan?” Reza menidurkanmu di
tempat tidur, karena hari ini kamu pingsan disekolah. Dan reza yang
menjemputmu.
“Eja, aku nggak papa kok.” Ucapmu.
“Aku cek dulu suhu kamu. Buka mulut kamu.”suruh reza namun kamu menggeleng.
“Eja, aku nggak papa. Kamu nggak usah berlebihan deh.” Tolakmu.
“Kali ini kamu harus nurut.” Kata reza.
Kamu sudah tidak bisa lagi membantah perkataan reza, akhirnya kamu membuka mulutmu dan reza memasukkan termometernya.
Selang beberapa menit, reza melepaskannya dan melihat suhu yang tercantum di termometer itu.
“Panas.! 38!” ucap reza.
“Ah paling aku Cuma kecapekan aja, mending kamu pulang atau nerusin sekolah sana jja, aku baik baik aja kok.” Ucapmu.
“Aku
bukan orang yang tega ninggalin pacarnya yang sedang sakit.” Ucap reza
mengusap rambutmu. Ketika reza mengusap rambutmu dan tersenyum
melihatmu. Kamu malah terlihat begitu sedih mengingat apa yang sedang
kamu rasakan sekarang. Kamu tidak bisa membohongi hatimu sendiri bahwa
kamu lebih membutuhkan dan menyayangi bisma, bukan reza.
Kamu menyentuh tangan reza yang berada dirambutmu.
“Kenapa?” tanya reza.
“Jja, kalau seandainya aku pergi. Kamu gimana?” tanyamu.
“Aku juga ikut kamu pergi.” Jawab reza.
“Tapi, kalau kamu gak boleh ikut pergi dan aku harus pergi?” tanyamu lagi.
“Aku akan tetap pergi bersamamu. Kemanapun kamu pergi.” Jawab reza.
“Ada apa? Sambung reza dan kamu menjawabnya dan sebuah gelengan.
“Istirahatah.
Aku akan kembali kesini nanti.” Ucap reza lalu mencium keningmu lalu
berdiri hendak meninggalkanmu, saat itu bibimu datang.
“Bi, kalau
ada apa apa, telfon saya ya. Nomor saya sudah saya tinggalkan di dekat
telepon rumah.” Pesan reza. Bibimu mengangguk lalu reza berpamitan
denganmu untuk pulang..
**
Bisma begitu
gelisah mendengar keadaanmu yang sedang sakit. Bisma sekarang bersama
dinda dirumah dinda. Dinda memperkenalkan bisma pada mamanya. Dan mama
dinda sangat menyukai bisma.
Sedari tadi bisma hanya mengetuk ngetukkan kakinya di tanah sambil melihat arloji di pergelangan tangannya.
“Bisma, ada yang salah?” tanya dinda. Dinda menaruh kepalanya di dada bisma.
“Ha?” tanya bisma.
“Kamu
kenapa, kok kayak gelisah gitu?” tanya dinda. Bisma melihat dinda yang
begitu khawatir dengannya, tangan bisma kemudian mengusap rambut dinda
dan bisma mnghela nafas panjang.
“Gak ada yang perlu dikhawatirkan.” Ucap bisma lembut. Dinda tersenyum lega tangan dinda lalu memeluk pinggang bisma.
“Bisma,
katakan padaku sekali lagi, kamu nggak akan berubah pikiran kan buat
nemenin aku ke AS?” tanya dinda. Kepalanya mendongak melihat bisma.
“Aku
nggak akan berubah pikiran dinda.” Ucap bisma lembut namun tegas. Dinda
kembali tersenyum lalu tiba tiba dinda mencium pipi bisma dan membuat
bisma sempat tersentak.
“Makasih.” Ucap dinda kembali meletakkan kepalanya di dada bisma.
Dinda
bisa merasakan detak jantung bisma yang tak beraturan, dinda tau bisma
sedang gelisah. Dinda sebenarnya masih curiga dengan bisma.
“Sebenarnya, apa yang sedang kamu pikirkan bisma~” ucap dinda dalam hati.
Tiba
tiba saja ponsel bisma berbunyi. Bisma mengmbil dari sakunya membuat
dinda dengan terpaksa harus mengangkat kepalannya dari dada bisma.
“Bibinya
(sebutnamakamu)?” batin bisma bingung. Bisma ragu mau mengangkat telpon
ini karena ada dinda disampingnya lalu bisma memilih untuk
mematikannya. Baru beberapa detik dimatikan bibimu menelpon bisma lagi.
Membuat dinda bingung kenapa bisma tak mau mengangkat telponnya.
“Jangan
di reject. Sepertinya penting. Angkat bisma.” Ucap dinda. Bisma melihat
dinda lalu kembali melihat ponselnya. Dengan ragu dia mengangkat telfon
dan saat bisma menempelkan ponselnya ditelinganya terdengar suara nafas
yang tersengal sengal.
“Den bisma. Den bisma bisa kesini
sekarang? Non (Sebutnamakamu) suhu badannya panas sekali dan dari
tadi... dari tadi dia mengigau memanggil nama den bisma, bibi khawatir
den. Disini hanya ada bibi.” Mendengar itu bisma langsung berdiri dan
menutup telponnnya.
“Ada apa bisma?” tanya dinda.
“Aku harus pergi, sekarang.” Ucap bisma mulai melangkahkan kakinya. Dinda menahan tangan bisma.
“Aku ikut. Kemana pun kamu akan pergi sekarang.” Ucap dinda.
“Terserahlah.” Bisma mulai melangkahkan kakinya dengan cepat menuju mobilnya dikuti dinda..
__
Dinda
bingung ketika mobil bisma berhenti didepan rumahmu. Belum sempat dinda
bertanya pada bisma, bisma sudah keluar dari mobilnya dengan tergesa
gesa. Dinda mengikuti bisma dan masuk kedalam rumah. Bisma yang sudah
tau detail rumah kamu, dia langsung menuju kamarmu dan saat itu juga
mata dinda terbelalak kaget melihat ternyata bisma sedari tadi
mengkhawatirkanmu. Dinda masih mematung melihat bisma yang sekarang
duduk ditepi ranjangmu. Mendengarmu memanggil memanggil nama bisma.
“Bisma, jangan pergi. Jangan tinggalin aku. Aku butuh kamu.” Kamu menginggau seperti itu.
Bisma menyentuh pipimu yang suhunya begitu panas. Lalu bisma menunduk dan mendekatkan bibirnya pada telingamu.
“Kamu kenapa? Bisma disini.” Ucap bisma.
Perlahan kamu membuka matamu, sedikit demi sedikit kamu mampu melihat jelas siapa yang berada di depanmu sekarang.
“Bisma~”
ucapmu lirih. Kamu langsung memeluk bisma sangat erat sambil menangis
namun tanpa suara, kamu hanya tak ingin jauh jauh dari bisma.
Dinda
hendak melangkahkan kakinya, dia menangis melihat bisma denganmu
seperti itu. Namun langkahnya dihentikkan oleh seseorang, dan orang itu
membawa dinda pergi dari situ.
“Lepas! Apa yang kamu
lakukan. Dan siapa kamu?!” teriak dinda ketika orang itu membawa dinda
ke taman belakang rumahmu. Setelah lepas dari tangan orang itu, dinda
ingin kembali kedalam rumah namun orang itu menahan tangan dinda.
“Aku pacar dia.” Kata orang itu. Dinda sempat mengingat nama orang yang menjadi pacarmu karena bisma sering menceritaknnya.
“Reza?” dan orang itu mengangguk..
“Jangan pikirin aku lagi. Kamu jadi sakit kan.” Ucap bisma.
“Apa pedulimu?!” ucapmu, kamu masih tetap memeluk bisma.
“Manamungkin aku sampai disini jika aku tidak peduli denganmu.” Ucap bisma.
“Jika kamu peduli. Tetaplah disini bersamaku.” Katamu.
“Aku
tidak bisa. Aku sudah bilang pada dinda, aku akan menemaninya jangan
paksa aku untuk berkorban lagi demi kamu.” Bisma melepas pelukanmu.
“Bisma.
Aku mencintaimu.” Itulah yang terlontar dari mulutmu. Kata kata yang
bisa tunggu dari dulu dan kini pada akhirnya terlontar dari mulutmu.
Bisma tak berkata apapun, dia hanya melihatmu. Kamu menunduk karena takut apa yang akan terjadi selanjutnya.
“Bu bukankah, kamu juga mencintaiku?” tanyamu pelan.
“Aku memang mencintaimu, dulu.” Ucap bisma, kamu menatap bisma hingga mata kalian saling bertemu.
“Jadi sekarang?” bisma memegang tanganmu.
“Kamu
sudah punya reza, jangan sakiti hati orang lagi. Cukup aku, dan dicky.”
Ucap bisma. “Sayangi reza seperti dulu lagi. Dia amat menyangimu.
Lupakan aku.” Sambung bisma
“Aku akan mengatakan pada reza, aku akan mengatakan bahwa aku mencin....” ucapanmu terpotong ketika bisma kembali memelukmu.
“Hentikan.
Aku tidak akan merubah pikiranku lagi untuk tetap disini. Aku akan
pergi.” Dan air matamu menetes di baju bisma. Kamu memeluk bisma dengan
erat.
“Kita akan bertemu kembali, kalau memang kita di takdirkan untuk bersama.” Bisik bisma...
“Tapi aku bukan kamu za. Aku bukan orang kuat kaya kamu.” Ucap dinda menangis.
“Aku mohon, tinggalkan bisma untuk (sebutnamakamu), apa kamu tega melihat bisma tersiksa menahan rasa cintannya?” ucap reza.
“Kenapa kamu rela za?” tanya dinda balik.
“Karena aku mencintainya. Aku ingin dia bahagia. Bukan tersiksa.”ucap reza.
“Aku
memang bisa memiliki dia, tapi nggak sepenuhnya, aku tidak bisa
memiliki hatinya. Karena dia tak ingin aku memiliki hatinya.” Kata reza.
Dinda mencoba meresapi perkataan reza. Mungkin nasib dinda dan reza
sama, mereka harus sama sama belajar untuk mengikhlaskan sesuatu.
“Aku pergi.”tibatiba dinda berdiri.
“Tolong pikirkan baik baik.” Ucap reza, dinda mengangguk dan dia pergi dari sana secepat mungkin..
**
2 hari berlalu..
Selama dua hari itu kamu tidak ingin menemui siapa siapa kecuali mamamu. Bahkan kamu tak ingin menemui reza dan bisma.
“Mah udah selesei urusan paspor sama visanya?” tanyamu pada mamamu.
“Sudah sayang, apa kamu yakin. Mau pergi dari sini?” tanya mamamu, dan kamu mengangguk.
“Mah,
aku mohon sama mama. Kalau ada yang tanya aku dimana, jangan di jawab.
Aku ingin melupakan semuanya disana. Aku ingin memulai lembaran baru
disana. “ ucapmu.
“Kalau itu mau kamu, mama akan turuti. Ini alamat hotel budhe. Kamu langsung kesana saja setelah sampai.” Ucap mamamu.
“Baiklah mah. Aku mau beres beres dulu.” Ucapmu lalu masuk kekamar mengemasi barang barangmu..
Dinda
sudah berada dibandara international soetta untuk jadwal penerbangan ke
AS. Dinda memutuskan untuk pergi sendiri tanpa bisma. Bisma belum
mengetahui hal ini. Dinda berencana akan memberi tau bisma ketika dia
akan berangkat nanti.
“Sayang 15 menit lagi, pesawat akan take off.” Ucap mama dinda.
Dinda merogoh sakunya mengambil ponsel, lalu dia menelpon bisma.
Tuttt.....tuttt...
“Halo.” Terdengar suara bisma disebrang telepon, membuat dinda tak tahan untuk tidak meneteskan air matanya.
“Bi bisma.” Ucap dinda.
“Dinda? Kenapa? Kamu nangis?” tanya bisma.
“Tidak. Bisma malam ini juga aku berangkat ke AS. Aku berangkat sendiri saja, tanpamu.” Ucap dinda.
“Apa katamu?” terdengar suara bisma yang begitu terkejut disebrang sana.
“Jangan pikirkan aku, aku akan baik baik saja. Lebih baik kamu pikirkan hatimu sendiri.” Ucap dinda menahan tangisnya.
“Dind..”
“Bisma.
Kamu santai saja. Aku nggak papa kok. Ntar aku bakal nemuin kamu
setelah aku sembuh.” Ucap dinda “Dan yang jelas aku sudah akan punya
pacar yang benar benar mencintaiku.” Ucap dinda dengan suara serak, saat
itu juga bisma tau dinda menangis.
“Aku akan menyusulmu.” Ucap bisma.
“Tidak perlu. Jaga dia ya bisma.” Dan dinda memotong telponnya. Dinda menangis sesegukan kemudian dia mematikan ponselnya.
“Selamat tinggal, bisma.” Ucap dinda lirih..
**
Pagi
ini, bisma berniat kerumahmu untuk menceritakan semuanya padamu. Bisma
sangat bersemangat pagi ini. Dia ingin benar benar mengungkapkan
perasaan yang sesungguhnya padamu. Sebelum kerumahmu, bisma memesan
sebucket bunga mawar putih.
“Semoga, hari ini aku beruntung.” Ucap bisma.
Bisma
mengerem sepeda ontelnya di depan rumahmu. Dia tersenyum bersemangat
memasuki pekarangan rumahmu, dan dengan semangat juga, bisma mengetuk
pintu.
Terlihat bibimu membukakan pintu untuk bisma.
“Selamat pagi bi.” Sapa bisma.
“Eh den bisma, nyari siapa den?” tanya bibimu.
“Saya kalau kesini jelas mencari (Sebutnamakamu)” ucap bisma tersenyum.
“Loh? Den belum tau. Non kan mau pergi. Baru saja non pergi.”
“Kemana?”
“Gaktau
den. Bibi Cuma dititipin ini kalau den bisma nyari non, kata non sih.”
Ucap bibi lalu menyerahkan sepucuk surat untuk bisma. Bibi lalu pergi
kedalam rumah dan bisma duduk diteras sambil membuka suratnya.
“Bisma~~
Yang jelas, waktu kamu buka surat ini. Kamu mencariku bukan? Hehe.
Bismaa,
maafin aku ya. Aku pergi gak bilang bilang dulu. Aku mau pergi jauuuh
banget, aku mau ninggalin kamu sama halnya kamu mau ninggalin aku~ Kamu
nggak perlu tau aku ada dimana. Karena seperti katamu, kita akan bertemu
kembali, jika memang kita di takdirkan untuk bersama. Bisma~ aku akan
sangat amat begitu merindukanmu. Aku harap kita akan bertemu kembali,
enta kita sudah menjadi apa, dan dengan siapa kita akan bergandengan
tangan nanti. Selamat tinggal bisma, dan semoga kita bisa bertemu
kelak.”
Bisma melihat frustasi surat tersebut, bisma menangis
meremas bunga yang dia bawa. Dia berdiri penuh dengan emosi. Dan saat
itu juga reza datang, reza juga memasang wajah panik.
“Dimana dia? Dimana (Sebutnamakamu)?” ucap reza panik.
Bisma menunjukkan surat itu pada reza,reza kaget karena dia mendapatkan surat yang sama, ya sama persis, isinya pun juga sama.
“Dia meninggalkan kita.” Ucap bisma pergi menjatuhkan bunga yang harus dia berikan padamu...
“Dimana dia? Dimana (Sebutnamakamu)?” ucap reza panik.
Bisma menunjukkan surat itu pada reza,reza kaget karena dia mendapatkan surat yang sama, ya sama persis, isinya pun juga sama.
“Dia meninggalkan kita.” Ucap bisma pergi menjatuhkan bunga yang harus dia berikan padamu...
5 Tahun kemudian...
Dinda
berjalan di lorong rumah sakit AS. Hari ini dia ada check up yang harus
dia jalani. Walaupun sudah sembuh selama beberapa tahun yang lalu,
dinda harus rajin rajin untuk check up.
“Excuse me miss. I just
wanna meet my doctor, is he there?” ucap dinda sambil memberikan katu
identitas dan mengatakan keperluan datang kerumah sakit.
“Dr. William not coming today. But his assisten can help you maybe. Do want meet him?” tanya suster.
“Really?
But.... eoh oke. I will.” Ucap dinda setelah nampak berpikir lalu dia
mau bertemu dengan asissten dokter william. Selang beberapa menit dinda
menunggu, dinda dipersilahkan masuk oleh suster.
Dinda memasuki ruangan yang biasa dia kunjungi, hanya saja kali ini akan ada dokter yang berbeda untuk memeriksa.
Dinda melihat dokter barunya itu sedang melihat lihat berkas, lalu dinda duduk didepan dokter tersebut.
“Miss dinda, right?” tanya dokter itu dan dia sama sekali belum melihat dinda.
“Yes.
I heard you..........” mata dinda melotot tajam ketika sang dokter
mengangkat kepalanya dan memperlihatkan seluruh wajahnya. Dia seperti
mengenal siapa yang berada didepannya saat ini. Sedangkan sang dokter
yang masih dengan santainya menulis beberapa di kart diagnosa dinda.
Dinda masih melongo melihat wajah dokter tersebut.
“Are you, Dr.
Dicky Prasetya?” akhirnya dinda mengeluarkan suaranya. Dokter tersebut
menghentikan aktivitas menulisnya dan mengangkat wajahnya.
“How do u know? Is there my name at outside room?” tanyanya dokter tersebut.
“Kok,
kamu bisa disini?” Dinda akhirnya menggunakan bahasa indonesia dan
membuat dicky kaget, dicky masih melihat dinda lalu dia nampak mengingat
ingat, siapa sebenarnya dinda itu..
**
“Budhe,
aku bener bener capek hari ini. Kemarin aku nggak tidur karena
mempersiapkan ini itu, memang siapa sih yang akan menyewa hotel
kita,mana acaranya besar besaran lagi, dan tau gak budhe, asisten
pribadinya yang mau ngadain tuh acara bawel banget, udah lakilaki tua
bawel pula, huh.” Ucapmu mengeluh ketika kamu berada di ruang office
Hotel budhemu.
“Shut up.” Hanya itu yang dikatakan budhemu.
Sekarang umurmu sudah beranjak dewasa, bukan anak SMA yang sering
menangis dan manja. Namun sekarang kamu adalah seorang manager di hotel
budhemu. Mengurus semua apa yang bersangkutan dengan hotel budhemu, yang
berada korea selatan. Budhemu mendidikmu sangat keras dan disiplin,
membuatmu hidup mandiri. Bahkan sekarang kamu memiliki rumah yang
lumayan besar dan itu hasil kerja kerasmu selama ini.
“Just do what he want.” Ucap budhemu. Budhemu lalu menghampirimu lalu dia duduk disebelamu.
“Kamu
harus bisa memaksimalkan untuk acara ini, ini acara besar. Dia adalah
pengusaha kaya di Indonesia. Kalau kita bisa membuat dia puas, hotel
kita akan di promosikan disana. So? Hotel kita nggak akan terkenal di
korsel. But in another country.”
“I see.” Ucapmu manggut manggut.
“Dia
akan landing disini pukul 6 sore nanti, hotel kita akan menjemputnya
nanti. Kamu harus melayani dia sebisa kamu. Sekuat tenagamu. Kamu
menjelaskan apa yang udah kita lakukan. Karena acaranya besok, budhe
berharap banyak kekamu.” Ucap budhemu menepuk pundakmu.
Kamu
menghela nafas panjang mendengar ocehan dari budhemu, kamu melihat jam
yang melingakr dipergelangan tangan kirimu, dan waktu sudah menunjukkan
pukul lima sore.
“Ohaha, i’ll see him. A monster! Aku akan melihat
orang yang beraninya menyuruhku melakukan hal ini sendirian. Awas
saja.” Batinmu lalu pergi meninggalkan ruangan.
18.00 waktu korea selatan.
Semua
para pegawai sudah berjajar rapi menyambut kedatangan pengusaha besar
dan kaya, budhemu pun sudah sangat sibuk menyiapkan beberapa hal ini
itu, sedangkan kamu masih menunggu di kantor karena malas ingin bertemu.
Kamu melihat jendela luar dan menunggu orang itu. Diluar sangat dingin
karena ini adalah musim dingin disini.
Kamu melihat beberapa mobil
datang, dan kamu berdiri dari sofa melihat dengan seksama siapa
sebenarnya orang yang sudah benar benar membuatmu capek. Ketika mobil
dibuka, seorang pria muda keluar dengan menggunakan kaca mata hitamnya,
lalu dia melepaskan kaca mata hitam itu, pria tersebut tidak mengenakan
jas hitamnya. Semakin dekat dia berjalan ke arah pintu masuk hotel,
semakin jelas pula kamu dapat melihatnya.
“Ah?” Kamu mendesis
pelan saat melihat pria itu semakin jelas, kamu memejamkan matamu dan
seketika itu juga otakmu langsung kacau.
“Bi bi bisma....” lirihmu dan kembali ambruk duduk dihotel.
“Nggak,
nggak mungkin dia bisma, apa yang dia lakukan disini? Apa yang akan
terjadi jika dia melihat aku disini? Aku belum siap jika dia harus
membenciku karena dulu aku... argh!” kamu menundukan kepalamu dan menaut
nautkan jemari jemarimu.
“(sebutnamakamu) what are u doing
there? He’s coming. Coming out and meet him.” Perintah budhemu.
Jantungmu berdetak tak karuan mendengarnya. Kamu meraba dadamu dan
memegang identitas namamu yang ada diseragam kantor.
“Aku akan
meninggalkan ini, aku harap bisma sudah tidak bisa mengenaliku lagi.”
Ucapmu sambil melepas nama dadamu lalu pergi dengan ragu meninggalkan
ruangan.
Kamu berjalan menuju ruang utama yang berada dihotel yang sudah kamu dekorasi untuk acara yang diminta oleh perusahaan bisma.
“Excuse me, may i help you?” tanyamu dibelakang bisma. Kamu memejamkan mata sambil menunduk karena takut bisma mengenalimu.
“Yes, you must help me to decorate again this room.” Ucap bisma tanpa membalikkan badan.
“What? But this room was very amazing.” Ucapmu sepontan karena bisma menginginkan ruangan ini didekorasi lagi.
“No, i just want more decorate, not to redecorate this room, understand?” ucap bisma masih tetap membelakangimu.
“Ne.” Jawabmu menggunakan bahasa korea karena saking kesalnya.
“And let me see my room.” Ucap bisma.
“Right. I’ll call our waitress for you.” Ucapmu.
“No, i dislike with waitress. Call the manager this hotel.” Ucap bisma.
“You
have met manager in this hotel mister. This is me.” Ucapmu, bisma lalu
memutar badannya dan berhadapan denganmu. Kamu menundukkan kepalamu.
“Are
you sure? Haha, sorry i dont know. I’m bisma, bisma karisma.” Bisma
mengulurkan tangannya dihadapanmu, namun kamu enggan menjawabnya, kamu
mengangkat kepalamu dan menatap bisma lalu tersenyum terpaksa. Bisma
nampak sedikit kaget dengan apa yang dia lihat, dia melirik nama dadamu,
namun tidak ada disana.
“Who are you?” tanya bisma menyelidik...
**
“Kamu ternyata juga disini toh.” Dinda dan dicky duduk ditaman rumah sakit berdua.
“Iya
dick. Aku disini mau berobat dan memulai hidup baru, aku nggak nyangka
kamu juga disini.” Ucap dinda. “Dulu aku sering ngelihat kamu sama
(sebutnamakamu) eh terus tibatiba kamu ngilang gitu aja.” Sambung dinda.
“Hehe
iya, aku gak pamit sama kalian. Aku juga pergi buat memulai hidup baru
disini, tapi tetep aja disini aku sendirian. Cuma sama papaku.” Jelas
dicky.
“Aku baru lulus beberapa bulan yang lalu, terus aku langsung dapet kerjaan disini.” Sambung dicky.
“Hebat kamu dick. Bisa jadi dokter. Haha.” Ucap dinda.
“Iya dong, dan kamu tuh pasien ke...” dicky nampak berpikir lalu dia menghitung jarinya sendiri.
“Kamu
pasien ke duapuluh aku. Masih banyak pasien yang belum percaya
sepenuhnya sama aku. Pasti kamu juga pikir pikir dulukan tadi mau ketemu
sama asisten dokter william?” tanya dicky menyelidik.
“Haha tau
aja. Yaiyalah, namanya juga dokter baru. Mana ada yang langsung
percaya.” Balas dinda dan dijawab dengan seuntai senyum dari dicky.
“Asiklah dapet temen.” Ucap dinda kembali.
“Emang kamu sekarang masih kuliah apa udah kerja?” tanya dicky.
“Aku desainer dick. Tapi nggak terkenal terkenal banget sih. Kan baru aja mulai usaha tahun lalu.” Ucap dinda.
“Hoho, semua emang butuh proses.” Ucap dicky...
**
“Let
me show you where ur room, so u can take rest, sir.” Ucapmu pada bisma
lalu berjalan meninggalkan bisma. Bisma berlari kecil lalu mensejajarkan
langkahnya dengan langkahmu.
Sedari tadi bisma memperhatiknmu, dia terus memperhatikanmu.
“what’s
ur name miss? You have name, right?” tanya bisma. Kamu bingung akan
menjawab apa,namun ruangan yang kamu tuju menyelatmatkanmu.
“This
is your room sir. Have a nice day.” Ucapmu tersenyum “And this is your
key.” Sambungmu menyerahkan kunci itu namun bisma enggan menerimanya.
“Open it.” Suruh bisma.
“What?you can open it by yourself.” Tolakmu.
“Open-it.”
Ucap bisma sekali lagi dengan nada menggertak. Kamu tak punya pilihan
akhirnya kamu membukakan pintu ruangan itu. Ketika pintunya sudah tak
terkunci lagi, kamu membuka pintunya, dan saat pintu membuka kamu
didorong masuk oleh bisma lalu bisma menutup pintunya dan memojokkan
kamu dipintu tadi.
“Who are you?” tanya bisma sekali lagi, bisma lebih mendekat kearahmu, menghimpitmu antara pintu dan tubuhnya.
“I’m...
em..” kamu masih menunduk takut, tanganmu memegang dada bisma dengan
maksut agar dia tak lebih memperdekat jarak diantara kalian.
“Do you know me, miss?” tanya bisma menundukkan kepalanya agar bisa melihat wajahmu. Kamu tetap diam dan menunduk.
“I’ll kiss you, if you still to not speak.” Ancam bisma.
Kamu tetap diam dan menunduk, bisma geram lalu dia mengangkat dagumu melihat wajahmu sangat lekat dan dalam.
“what
will u do sir? I want to go... please.” Kamu mendorong tubuh bisma
pelan namun bisma seperti batu yang tidak dapat digeser. Bisma semakin
mendekat dan menghimpit tubuhmu, ketika hembusan nafas bisma sudah
terasa disekujur wajahmu. Badanmu menjadi lemas,lututmu seakan tak bisa
menopang tubuhmu. Wajah bisma semakin dekat dan...
“tok..tok..
excuse me, sir.” Kamu langsung mendorong tubuh bisma kasar hingga mampu
membuat bisma mundur. Kamu langsung membuka pintunya.
“do all what
he want, i will go, and dont call me.” Ucapmu gugup. “and one more, if
he ask my name, you must say, my name is... em.. jesicca. Oke?” bisikmu.
“Sure
miss.” Ucap pelayan itu lalu kamu tersenyum dan pergi meninggalkan
tempat. Bisma masih tetap diam didalam kamar dan berpikir siapakah kamu
sebenarnya.
“sir, may i help you?” tanya pelayan tersebut.
“Eh, her name, who is she? Your manager.”tanya bisma.
“Oh, she is miss jesicca sir.” Jawaban pelayan itu membuat bisma sedikit terkejut dan merasa lega.
“Oke, you can go. I think that’s enough.” Pelayan menundukkan kepalanya lalu pergi meninggalkan bisma..
**
Sore
ini semua orang hotel sibuk mempersiapkan acara bisma. Ini adalah acara
launching produk dari perusahaan bisma yang didatangi oleh pengusaha
pengsaha terkenal dikorea.
“I need partner.” Ucap bisma di ruang office kantor hotel.
“You can do it alone, sir.” Balasmu.
“Hm,
jesicca. I just need partner to accompany me. I dont know much about
korea. And i heard you korean peole, aren’t you?” ucap bisma padamu.
“Well.i
will, sir.” Ucapmu pasrah. Bisma tersenyum lalu bisma menyuruhmu
menggandeng tangannya. Kamu dengan ragu lalu menggandeng tangan bisma.
“You can speak korean languange, right? So teach me what must i say, if i meet another bussinesman.” Ucap bisma.
“Ha?”
kamu tidak begitu fasih dalam berbahasa korea,walaupun kamu sudah
bertahun tahun tinggal disini. Namun kamu selalu menggunakan bahasa
inggris.
“Why you dont ask your friend to speak with english? Just say that! I dont need to teach you, sir.” Elakmu.
Bisma hanya melirikmu kesal lalu dia meninggalkanmu.
“Dont go anywhere,i still need you.miss jesicca.” Ucap bisma.
“Dia selalu menyebalkan.” Batinmu..
Acara
pun dimulai. Semua tamu berdatangan, semua tamu ini adalah tamu
penting. Para pelayan hotel melayani dengan maksimal. Sedangkan kamu
mendampingi bisma layaknya seorang pasangan kekasih. Bisma memang
membutuhkanmu sekarang. Tak henti hentinya kamu menunjukkan deretan gigi
putih untuk menyapa orang orang yang menyapamu. Banyak sekali orang
yang beranggapan bahwa kamu dan bisma adalah sepasang kekasih.
Acara
benar benar dimulai. Produk perusahaan bisma mulai dikenalkan. Kamu
melihat semua orang begitu serius melihatnya. Setelah selesei semua
orang bertepuk tangan dengan sangat antusias begitu juga denganmu. Kamu
melihat bisma tersenyum puas dan lepas,senyum seperti itu adalah senyum
yang kamu pertama setelah bertahun tahun kamu tak melihat bisma. Kamu
sudah merasa selesei dengan tugasmu dan kamu menjauhkan diri dari tempat
itu.
“Waktunya pulang kerumah. Semua sudah beres.” Ucapmu
mengambil jaketmu dan nama dadamu yang kamu letakan dimeja tadi lalu
memasukkan di saku jaketmu. Diluar sangat dingin, dan masih seperti
dulu. Apabila terlalu lama diluar, kakimu akan terasa linu dan tak bisa
dibuat berjalan.
Bisma tak henti hentinya mengucapkan
terimakasih dengan pengusaha pengusaha yang telah mendukung bisma. Namun
mata bisma juga seperti mencari cari seseorang, siapa lagi kalau bukan
kamu. Bagaimanapun bisma ingin berterimakasih denganmu, karena sudah
membantunya. Bisma keluar ruangan lalu menuju ke lobby. Dan disaat itu
juga bisma meihatmu keluar hotel. Bisma berjalan santai mengikutimu dari
belakang.
“Mau kemana dia?” batin bisma. Karena ingin tahu, bisma lalu memanggilmu.
“Jessica. Jessica!” panggil bisma. Kamu berhenti berjalan lalu membalikkan badanmu.
“Sir?” tanyamu.
“Yes,
you! I just wanna say thankyou for all you do to me.” Ucap bisma. Kamu
tersenyum dan mengangguk. Saat itu juga ketika bisma melihatmu tersenyum
bisma teringat dengan masa lalu, dengan kamu.
“I want you show me, where i can find some hot drink at there.” Ucap bisma menarik tanganmu..
Kamu
dan bisma meminum kopi hangat dan duduk ditaman dekat hotel. Ini adalah
ide yang sangat buruk untukmu, karena udara sangat dingin dan kakimu
mulai sakit.
“Sir. I have to go now.” Ucapmu.
“Why? Where’s
ur home?” tanya bisma. Kamu enggan menjawab dan kamu hendak berdiri dan
benar , kakimu begitu sangat terasa sakit hingga kamu akan terjatuh.
Kopimu sudah terjatuh, dan bisma yang menangkapmu.
“Argh!” erangmu
karena kakimu begitu sakit. Bisma bisa merasakan ketika bisma
menangkapmu. Ini memang benar benar seperti kamu yang dulu.
“Are you oke?” tanya bisma.
“I’m
oke. Thanks sir.” Ucapmu melepas tangan bisma dari pingganmu, namun
kamu terjatuh lagi hingga nama dada dari saku jaketmu terjatuh. Bisma
melihatnya lalu mengambilnya dan bisma membacanya..
“(Sebutnamakamu)” ucap bisma. Bisma melihatmu yang masih jatuh dibawah. Lalu bisma berjongkok dihadapanmu.
“This is yours?” tanya bisma dengan nada serius. Kamu terdiam dan menunduk.
Bisma teringat bahwa kakimu juga tak tahan dengan dingin.
“Kamu siapa? Who are you?!!” teriak bisma didepan wajahmu.
Bisma mencengkeram kedua pundakmu.
“Look at me!” ucap bisma. Perlahan kamu melihat bisma. Kamu bisa melihat wajah bisma yang memerah, apalagi matanya.
“Bisma...”
akhirnya kamu memanggil nama bisma dan kembali menunduk. Bisma
tersentak mendengar kamu memanggilnya, suaramu masih seperti dulu ketika
memanggil bisma.
“Maafkan aku.” Sambungmu lagi, dan kamu menangis, menangis karena takut bisma akan marah dan membencimu.
“Aku
menemukanmu.” Ucap bisma. Bisma langsung memelukmu begitu erat dan air
mata bisma jatuh perlahan dipipinya. Kalian berdua hening dan kamu
membalas pelukan bisma. Begitu hangat dan begitu kamu rindukan..
“Aku menemukanmu.” Ucap bisma lagi, kamu mengangguk dipelukan bisma.
“Aku merindukanmu....” lirih bisma.
Selang
beberapa menit, bisma melepaskan pelukanmu. Bisma lalu membantumu
berdiri dan kembali menduudukanmu dibangku, bisma jongkok dihadapanmu
lalu memegang kedua pipimu.
“Kamu, kamu ternyata baik baik aja.” Ucap bisma dan kamu mengangguk diiringi terseyum.
“Kamu, kamu apa kabar bisma?” tanyamu pelan.
“Aku? Aku hampir gila mencarimu (Sebutnamakamu)” ucap bisma.
“Aku.. aku minta maaf ya bisma. Aku kira dulu kamu benar benar akan pergi.” Ucapmu.
“Sebesar apapun aku kecewa denganmu, tapi aku nggak akan bisa marah sama kamu.” Ucap bisma.
“Kamu terlalu baik sama aku. Terlalu baik.” Ucapmu. Bisma lalu duduk disampingmu.
“Apa kamu tidak merindukanku?” tanya bisma memiringkan kepalanya agar bisa melihat wajahmu.
“Are
you missing me, huh?” tanyamu tersenyum kecil dan menoleh ke bisma
membuat wajah kalian sangat berdekatan. Kedua tangan bisma kembali
memegang pipimu lalu sedikit memencet nya. Tibatiba bisma mencium
bibirmu singkat.
“Yes. I miss you.” Ucap bisma. Bisma kemudian mencium bibirmu lagi.
“I really miss you.” Ucap bisma. Dan lagi, bisma mencium bibirmu.
“I
really really miss you!” ucap bisma, bisma menyudahinya dan melepas
kedua pipimu. Kamu lalu menarik tangan bisma agar wajah bisma mendekat
dengan wajahmu, lalu..
“I miss you too.” Kamu mencium balik bibir
bisma singkat, ketika hendak menjauh bisma malah menarikmu dan akhirnya
bibir kalian kembali bertemu. Dan kali ini bukan ciuman singkat yang
diberikan bisma.....
“I miss you too.” Kamu mencium balik bibir bisma singkat, ketika
hendak menjauh bisma malah menarikmu dan akhirnya bibir kalian kembali
bertemu. Dan kali ini bukan ciuman singkat yang diberikan bisma.....
Bisma
melepas tautan nya dengan bibirmu, lalu dia langsung menghadap kedepan
dan mengatur detak jantugnya. Begitu pula denganmu. Bisma senyum senyum
gak jelas sambil mengambil tanganmu lalu memasukkannya di saku jasnya.
“Mau ikut pulang sama aku gak, sir?” tanyamu lirih menggoda bisma.
“Apa deh.” Ucap bisma menyenggolmu.
“Aku nggak nyangka kamu bisa sesukses ini bis. Dan bisa kesini pula, ini bener bener diluar dugaanku.” Katamu.
“Kamu
kira ini hal yang ku rencanakan? Aku juga gak nyangka aku bisa nemuin
kamu disini. Bodoh ya aku mau aja kamu tipu. Kamu jahat banget.” Ucap
bisma.
“Loh? Berarti kan kamu yang mau ngelupain aku.” Balasmu.
“Iya.
Fisik kamu beda jauh sama kamu yang dulu.” Ucap bisma “Kamu tambah
cantik, rambutmu tambah panjang, kamu juga tambah tinggi ditambah lagi
kamu pakek sepatu hak tinggi, dan satu lagi... kamu tambah mulus :p”
ucap bisma sambil tertawa kecil.
“Diiiihhh kan. Aku udah jadi orang korea sih. Jadi ya tambah mulus. Sorry ya :p” balasmu.
“Hmm, emang ada ya orang korea kalau musim dingin gak bisa jalan?:p” tanya bisma meledekmu.
“Ada kok.” Jawabmu.
“Benarkah? Siapa?” tanya bisma.
“This is me, sir.” Jawabmu sambil menjulurkan lidahmu.
Bisma
tersenyum melihatmu yang menggodanya, perasaan bisma malam ini sudah
tidak bisa diungkapkan dengan kata kata lagi, bisma begitu senang bisa
bertemu kembali denganmu. Bisma begitu bersyukur bisa menemukanmu.
“Oh ya. Kan kamu orang korea katanya. Kalau begitu. Ajarin aku pakai bahasa korea coba?!” ucap bisma.
“Hah?” ulangmu. Kamu garuk garuk kepala lalu nampak berpikir.
“Anyong haseo hehe.” Ucapmu pada bisma sambil meringis.
“Beeh kalo itu mah aku udah tau. Halo.” Kata bisma sambil menjulurkan lidahnya.
“Yaudah kalau udah tau ngapain tanya coba!” katamu sambil memanyunkan bibirmu, namun sedetik kemudian kamu menatap bisma.
“Kalau gitu, aku aja yang kamu ajarin bahasa korea, gimana?”
“Kam
gimana sih, orang yang udah tinggal disini lama kok malah belajar sama
aku. Coba deh kamu tanya apa gitu ke aku, entar aku coba jawab.” Ucap
bisma.
“yeojachingu?” Tanyamu pada bisma sambil menunjuk bisma.
“Yeojachingu? Yeojachinguku mah kamu.” Kata bisma sambil menaik turunkan alisnya.
“Ish bisma, aku kan bukan pacar kamu.” Ucapmu pada bisma menghadap kedepan.
“Oh,
kalau gituu..” bisma mengambil lagi tangan kananmu yang ada disaku jas
bisma lalu mengambil tangan kirimu.” Nae yeojachinguga doeeojullae?
Would you be My girlfriend?”tanya bisma. Kamu spontan langsung menarik
tanganmu dari genggaman bisma.
“Udah ah cukup becandaannya. Aku mau pulang, bisma.” Ucapmu.
“Aku ikut kamu pulang aja.” Balas bisma.
“Tidaaak. Jangan. Nggak boleh.” Ucapmu.
“Kenapa? Emang kamu bisa jalan?” tanya bisma melirik kakimu.
“Bisa
kok.” Kamu perlahan berdiri namun saat berdiri kakimu masih sangat
terasa sangat sakit. Bisma menahan tanganmu agar tidak terjatuh dan kamu
kembali duduk.
“Masih mau pulang sendiri?” tanya bisma. Bisma
kemudian berjongkok dihadapanmu dengan maksut akan menggendongmu.
Peristiwa seperti ini sudah lama sekali tidak kamu jumpai, membuatmu
menjadi canggung untuk naik ke punggung bisma.
Bisma sedikit
menoleh. “Ini bukan kali pertamanya kan kamu naik keatas punggungku?”
tanya bisma. Kamu menghela nafas setelah itu naik kepunggung bisma
melingkarkan tanganmu dileher bisma dan menaruh kepalamu dipundak bisma.
“Hmm.. Rasanya masih sama.” Ucapmu,bisma hanya tersenyum dan fokus berjalan mengantarmu pulang.
**
“Ini rumah kamu?” tanya bisma.
“Iya.”
Jawabmu. Bisma lalu meletakkan mu di sofa ruang tamu dan bisma duduk
disampingmu, bola mata bisma berputar melihat isi isi rumahmu.
“Kamu sendiri disini?” tanya bisma sekali.
“Iya bisma.” Jawabmu lagi. “Bisma boleh minta tolong?” sambungmu lagi.
“Apa?” tanya bisma.
“Tolong
ambilin salep di kotak itu dong.” Ucapmu sambil menunjuk kotak yang
terpasang didekat kulkas. Bisma berdiri lalu mengambilkannya untukmu.
“Makasiih
ya.” Jawabmu meraih salep yang dipegang bisma. Kamu mengoleskan salep
itu dan bisma memperhatikanmu lalu dia tersenyum.
“Oh ya.” Ucap bisma tibatiba.
“Kenapa?” tanyamu masih fokus dengan kakimu.
“Kamu
ingat dengan kata kata ini gak?” ucap bisma “Kita akan bertemu
kembali, jika kita memang ditakdirkan untuk bersama.” Sambung bisma.
Kamu berhenti dengan aktivitasm namun masih menunduk. Bisma memandang
kedepan.
“Kamu ingat? Itu kata kataku, lalu kata kata itu kamu
selipkan di sepucuk surat yang kamu berikan padamu. Dan karena surat itu
aku bertahan hingga sekarang.” Ungkap bisma.
“Apa kamu tau? Waktu
itu aku tidak jadi pergi, aku kerumahmu. Namun kamu yang telah pergi
meninggalkanku.” Ucap bisma menunduk lalu tersenyum kecil mengingat
ingat masalalu kalian.
“Aku jadi ingat bagaimana kamu menangis
menahanku agar tidak pergi. Namun saat aku benar benar tidak akan pergi,
kamu malah yang sudah pergi.” Lanjut bisma kembali, bisma masih
menunduk.
Kamu meletakkan salep dimeja dekat sofa lalu kamu
bergeser duduk tepat disamping bisma. Kamu menghadap pada bisma
sedangkan bisma menghadap kedepan. Kamu mengambil tangan bisma lalu
menariknya dipahamu.
“Apa itu semua begitu sulit untuk kamu lalui,
bisma?” tanyamu. Bisma menoleh memandangmu lalu dia tersenyum, dan dia
memutar tubuhnya agar berhadapan denganmu. Tangan bisma terangkat lalu
mengusap rambutmu pelan dan lembut.
“Ya. Sangat sulit.” Ucap
bisma. “Apalagi, ketika pikiran buruk menghampiriku, pikiran bahwa
kenyataan nya kamu telah pergi dan tak akan kembali lagi, disisiku.”
Ucap bisma. Bisma kemudian menarikmu dalam pelukannya.
“Jangan pernah tinggalin aku lagi. Pulang ke Indonesia, bersamaku. Ku mohon.” Bisik bisma.
“Pulang?” tanyamu. Bisma melepas pelukannya lalu mencium puncak kepalamu.
“Stay with me. For now until end.” Lirih bisma..
**
7 Tahun berlalu...
Kamu
duduk dibangku putih dekat sebuah sekolah dasar elit yang berada
dikawasan bandung. Kakimu tak henti hentinya mengetuk ngetuk tanah. Dan
ketika orang yang kamu tunggu datang kamu tersenyum. Kamu melambaikan
tangan pada orang itu, namun ada yang aneh hari ini..
“Mamaa.” Kamu berjongkok dihadapan seorang anak laki laki kecil.
“Kamu bawa siapa, theo?” tanyamu bingung.
“Hehe, perkenalkan mamaku tersayang. Ini temen baruku, namanya lumpia!” ucap seorang anak laki laki yang kamu panggil theo.
“Ih
theo,namaku bukan lumpia tante. Namaku lifia.” Ucap seorang gadis
kecil manis berdagu panjang dan berambut sebahu ini, kamu tersenyum
melihatnya.
“Kok temen baru theo?” tanyamu.
“Aku baru aja pindah tante dari jakarta. Terus tadi duduknya satu bangku sama theo.” Jelas lifia.
“Oh, sama sama kelas 2 SD?” tanyamu dan gadis kecil itu mengangguk.
“Yaudah, ayo pulang theo. Papamu sudah nunggu di dalem mobil tuh.” Ucapmu.
“Loh? Papa udah pulang mah dari luar kota?” tanya theo bersemangat.
“Yaudah
dong.” Tibatiba seorang lakilaki mengejutkan theo dari belakang, theo
menoleh lalu dia tersenyum dan langsung memeluk papanya.
“Pah, theo kangen. Papa keluar kotanya lama banget sih.” Ucap theo.
“Ya
maafin papa dong sayang.” Ucapnya. “Loh ini siapa? Duh kecil kecil udah
bawa cewek ya.” Ucap papa theo lalu melepas pelukannya. Theo lalu
menarik gadis kecil itu lalu membiarkan lifia bersalaman dengan papanya.
“Lumpia! Kenalin ini papa aku, namanya bisma karisma.” Ucap theo dengan bangganya menyebutkan nama papanya. Lifia tersenyum.
“Om, anak om suka ganti ganti nama orang. Nama aku bukan lumpia om. Namaku lifia.” Ucap lifia cemberut melirik theo.
“Haha ada ada aja.” Ucap bisma..
“Lifiaa! Lifiaa!” suara seorang wanita membuat semua terdiam. Lifia memutar tubuhnya lalu dia tersenyum.
“Mamah!” ucap lifia melambaikan tangannya. Lifia berlari lalu menarik tangan mamanya menghampirimu, bisma dan theo.
“Mah, lifia baru aja disini tapi udah punya temen baru loh.” Ucap lifia.
“Ini
mah teman lifia, namanya theo.” Lifia menarik mamanya agar lebih
mendekat denganmu, namun saat itu juga bisma memegang tanganmu.
“Din
din dinda?” lirih bisma. Kamu dan bisma membiarkan wanita yang
dipanggil lifia tadi mendekat dan ketika wanita itu mendekat.. wanita
itu mematung melihat siapa yang ada dihadapannya sekarang.
“Bisma.. (Sebutnamakamu)” ucap wanita tersebut...
“Dinda, apakah itu bener bener kamu?” tanyamu, wanita itu lalu merentangkan tangannya dan langsung memelukmu.
“Ya
benar ini aku, dinda.” Ucapnya. Kamu tersenyum lalu balas memeluk
dinda, bisma tersenyum melihat dinda ternyata baik baik saja hingga
sekarang. Bisma lalu berjongkok menarik lifia dan theo. “Kalian boleh
bermain main dulu ya.tapi jangan jauh jauh dari sini.” Bisik bisma. Theo
terlihat sangat senang sekali lalu theo langsung menarik lifia dan
mengajaknya bermain.
Bisma melangkah mendekatimu, lalu dinda melihat bisma.
“Kamu udah tua, tapi masih ganteng aja bis. Haha.” Ucap dinda.
“Kamu, kamu baik baik aja ternyata.” Ucap bisma.
Kamu melangkah dan berdiri disamping bisma.
“Jelas aku bisa sembuh. Aku punya dokter seumur hidup.” Ucap dinda tertawa kecil.
“Suami kamu dokter din? Mana dia?” tanyamu penasaran.
“Tuh.” Ucap dinda menunjuk seseorang dibelakangmu dan bisma. Kamu dan bisma menoleh dan kamu sangat terkejut.
“Dicky?”
kamu menyebut nama dicky terlalu keras hingga dicky yang tadi menunduk
menjadi mengangkat kepalanya. Dicky lalu menyipitkan matanya, merasa
terpanggil dicky menghampiri istrinya yang berada didekatmu dengan
bisma.
Dinda berjalan lalu menghampiri dicky.
“Ada sesuatu yang harus kamu tau.” Bisik dinda pada dicky. Dinda lalu menarik tangan dicky agar berjalan lebih cepat.
“Taraaaaa!” betapa terkejutnya dicky melihatmu. Dia membolangkan matanya tidak percaya bisa bertemu denganmu kembali.
“Apa apa an ini? Kok bisa?” tanya dicky, semua tertawa melihat tingkah dicky.
“Reunian nih.” Ucap bisma.
“Kurang satu.” Ucapmu, membuat semua mata tertuju padamu. Kamu melirik dicky dan dicky tau maksut kamu.
“Reza. Reza di surabaya. Dia belum punya anak anak karena baru saja menikah. Dia pengusaha sukses disana.” Jelas dicky.
“Lihat
anak kita!” seru dinda. Semua mata tertuju pada theo dan lifia, mereka
sedang bermain ayunan. Theo mengayunkan ayunan yang ditumpangi lifia.
“Apa mereka akan mengulang kisah cinta kita? Haha. Mereka sangat lucu dan polos.” Ucapmu.
“Biarkan
mereka seperti itu, aku menyukainya. Biarkan mereka mempersatukan
keluarga kita, kelak.” Ucap dinda. Semua mata tetap menuju pada lifia
dan theo.
“Happy ending for us, benarkah?” tanya dicky tibatiba.
“Haha,
yaa! Happy ending. Hidup seperti sebuah drama. Dan kita lah orang yang
memilih harus happy atau sad endingkah.” Sambungmu...
**
“Mah,
pah! Lifia tuh cantik banget! Theo gak tau kenapa suka banget liat
wajah lifia.” Ucap theo saat kamu dan bisma menemaninya sebelum tidur.
“Dia
tuh pipinya gendut banget. Makanya aku suka banget panggil dia lumpia
mah!” kata theo, kamu dan bisma hanya tersenyum mendengar cerita dari
theo.
“Sudah malam sayang, cerita lifianya bersambung dulu yah.” Ucapmu menarik selimut agar menutupi tubuh theo.
“Yah mama, gak seru. Padahal kan masiihh...” bisma menempelkan telunjuk jari di bibir jagoannya itu.
“Saatnya
bobo sayang. Mama papa juga capek.” Theo hanya manyun lalu dia
memejamkan matanya. Kamu mematikan lampu kamar theo, lalu pergi
kekamarmu dengan bisma..
“Sepertinya theo sedang jatuh cinta.” Ucapmu melihat bisma keluar dari kamar mandi.
“Haha
benar. Aku pastikan dia akan menjadi pria setia kelak.” Balas bisma.
“Kaki kamu kenapa?” tanya bisma lagi melihatmu duduk ditepi sisi ranjang
dan mengoleskan salep pada kakimu.
“Seperti biasalah, agak linu.” Ucapmu. Dari sisi lain bisma naik ketempat tidur lalu dia memelukmu dari belakang.
“Theo harus lebih setia dari ayahnya. Benarkan, mamaku cayang?:P” ucap bisma.
“Haha ya harus. “ jawabmu sambil menutup salep.
“Kalau aja theo perempuan, pasti dia akan lebih cantik dari aku.” Ucapmu.
“Kalau
gitu, kita kasih theo adik perempuan. Aku juga pengen tahu, kalau kita
punya anak perempuan apa dia akan sejahat mamanya?” ledek bisma.
“Kok
jahat siiih.” Ucapmu menyenggol bisma yang masih tetap memelukmu. Bisma
mencium pipimu lalu dia meletakkan dagunya dipundakmu, menghembuskan
nafasnya disekitar lehermu.
“Lohkan emang jahat.” Ucap bisma.
“Enggalah, aku ngga jahat kok.” Jawabmu.
“Kalau begitu. Lihat saja nanti kalau kita punya anak perempuan.” Ucap bisma.
“Pengen punya anak lagi? Satu aja cukup kok.” Ucapmu.
“Satu itu kurang. Dua cukup.” Sanggah bisma.
“Ish bisma.” Jawabmu. Bisma tersenyum jahil lalu dia tibatiba menggelitiki perutmu..
“Haha,
bisma kenapa suka gelitik orang. Udah udah, ampuun.” Ucapmu. Bisma
masih tetap menggelitikmu, hingga dia merasa puas. Setelah puas bisma
langsung tiduran disampingmu.
“Udah malem, saatnya bobo.” Ucap bisma sok imut, bisma memejamkan matanya lalu dia memeluk pinggangmu.
“Senang
sekali rasanya hidup bersama kamu, bisma. Tertawa dan menangis
bersamamu. Susah seneng sama kamu. Aku ngga salah pilih. Memang dari
dulu kamulah yang tepat buat aku. Kamu lah satu satunya tempat yang bisa
aku singgahi kapan saja aku membutuhkan. I’ll stay with you, forever.”
Lirihmu memandang wajah bisma yang sudah tertidur pulas. Kamu mencium
bibir bisma sekilas lalu menarik selimut agar menyelimuti tubuh bisma,
kemudian kamu menyandarkan kepalamu didada bisma.
“Aku juga akan
selalu tinggal disisimu, selamanya.” Batin bisma yang sedari tadi belum
tertidur. Bisma mengusap rambutmu pelan dan tersenyum kecil, kemudian
dia memejamkan matanya perlahan..
sumber: FB fanadicky bismaniac <3
Tidak ada komentar:
Posting Komentar